Hoax Mengacaukan Umat Islam Sepanjang Masa

(KWPSI)

Oleh Tgk Mursalin Basyah Lc MA, Pengurus Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) dan Ketua *

Fenomena atau penyebaran secara meluas dan berdampak besar bukanlah hal baru dalam sejarah manusia, yang dimulai sejak masa Nabi Adam Alaihissallam  ketika mendapat kabar bohong dari Iblis sehingga terusir dari surga, hingga masa Nabi Muhammad Shalallallahu Alaihi Wassallam bahkan dalam kehidupan umat Islam di akhir zaman ini, hoax semakin marak terjadi.

Hoax biasanya menyebar bagai virus. Sehingga wajar saja banyak kabar hoax yang menjadi terkenal dan viral dan bahkan orang-orang dengan tanpa sadar ikut menyebarkan berita tersebut.

Dampak dari menyebarnya informasi bohong dalam bentuk hoax lebih dahsyat dari bom atom. Jika bom atom hanya membunuh manusia satu generasi, tapi hoax mampu merusak banyak generasi yang panjang berabad-abad lamanya seperti hoax oleh Abdullah bin Saba, yang korbannya umat Islam di kalangan Syiah sudah lebih 13 abad mereka membenci dan memusuhi sahabat Nabi yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, bahkan Aisyah‎ istri nabi dituduh berbuat mesum.

‎Hoax yang selalu muncul di tengah umat Islam, adalah senjata paling keji dalam sejarah, dapat menghancurkan banyak generasi sekaligus. Berita hoax biasanya sangat masuk akal dan menyentuh sisi emosional, sehingga ia tidak sadar sedang dibohongi. Bahkan dengan mudah menganggap berita itu adalah fakta yang harus disampaikan kepada orang lain yang dirasa butuh.

Maraknya berita hoax yang akhir-akhir ini melanda dunia media sosial (medsos) bukanlah hal baru. Dalam Islam, berita hoax bahkan sudah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup.

Allah SWT juga memberikan peringatan dalam Al-Qur’an Surah An-Nur ayat 15 yang artinya, “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.‎

Seperti sebagian besar kalangan syiah menjadi korban hoax yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba.

Hoax dapat mengubah timbangan pikiran manusia menjadi amburadul. Seperti Sabda Rasulullah Shalallallahu Alaihi Wassallam: “Akan datang kepada manusia suatu masa yang penuh dengan kebohongan (hoax), orang yang jujur akan dianggap pembohong, pembohong akan dianggap orang jujur. Pengkhianat dianggap amanah, dan orang yang amanah dianggap pengkhianat.” (HR. Ahmad)

Perjalanan hoax dalam sejarah Islam seperti masa‎ Siti Maryam, Ibu Nabi Isa SAW yang dituduh berbuat keji dan zina karena melahirkan seorang anak tanpa kehadiran seorang ayah. Sampai kemudian Allah menurunkan ayat untuk mengklarifasi hal tersebut.

 

فَأَشَارَتۡ إِلَيۡهِ‌ۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِى ٱلۡمَهۡدِ صَبِيًّ۬ا

Artinya: “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Q.S. Maryam: 28)

Penyebaran berita hoax juga terjadi ketika Nabi Nuh AS dituduh orang gila yang berambisi menjadi penguasa. Sebagaimana Allah jelas dalam Al-Quran.

.كَذَّبَتۡ قَبۡلَهُمۡ قَوۡمُ نُوحٍ۬ فَكَذَّبُواْ عَبۡدَنَا وَقَالُواْ مَجۡنُونٌ۬ وَٱزۡدُجِرَ

فَدَعَا رَبَّهُ ۥۤ أَنِّى مَغۡلُوبٌ۬ فَٱنتَصِرۡ

Artinya: “Sebelum mereka, telah mendustakan [pula] kaum Nuh maka mereka mendustakan hamba Kami [Nuh] dan mengatakan: “Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman. Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah [aku].” (Q.S. Al-Qamar: 8-9)

Fir’aun juga menyebarkan berita hoax dengan menyebutkan Nabi Musa AS adalah ahli sihir yang ingin merebut kekuasaan dari Fir’aun dan mengusir rakyatnya dari negeri mereka.

يُرِيدُ أَن يُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِڪُم بِسِحۡرِهِۦ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ . قَالُوٓاْ أَرۡجِهۡ وَأَخَاهُ وَٱبۡعَثۡ فِى ٱلۡمَدَآٮِٕنِ حَـٰشِرِينَ

Artinya: “Ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan? Mereka menjawab: “Tundalah [urusan] dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan [ahli sihir].” (Q.S. As-Syuara: 34-35)

Umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW juga harus berhadapan dengan berbagai macam berita hoax, bahkan Nabi Muhammad sendiri menjadi sasaran kejinya hoax.

Seperti hoax yang disebarkan ketika perang Uhud sedang berkecamuk. Tiba-tiba terdengar berita bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh. Sungguh berita ini mengejutkan para sahabat yang sedang berperang dan terjadi kegoncangan yang cukup besar hingga ada sahabat yang meninggalkan medan perang. Inilah salah satu penyebab besar banyaknya korban umat Islam dalam perang uhud.

Kemudian hoax yang paling keji yang disebarkan oleh orang-orang munafik di Madinah adalah hoax tentang fitnah kepada istri nabi, Aisyah. Atau sering disebut dengan hadisatul ifki.

Dalam sebuah perjalanan, Aisyah terpisah dari rombongan karena hendak mencari kalung saudaranya yang tertinggal. Aisyah pun menunggu hingga ketiduran. Saat itu, Shafwan bin Al Muthal juga tertinggal dari rombongan. Shafwan lalu meminta Aisyah segera naik ke atas unta, sementara ia sendiri memegang tali kendali untanya tanpa menoleh dan berbicara dengan Aisyah.

Abdullah bin Ubay yang melihat hal itu, merasa mendapatkan ilham untuk menyerang Rasulullah. Ia pun menyusun rencana memfitnah Aisyah berzina. Banyak masyarakat muslim yang termakan hoax murahan itu.

Kabar dusta ini akhirnya sampai juga di telinga Rasulullah. Semua orang sepertinya telah mendengar tentang gosip ini kecuali Aisyah sendiri. Aisyah yang baru sembuh dari sakit, sempat heran melihat perilaku suaminya yang berbeda dari biasanya.

‎Satu bulan hoax ini membuat suasana begitu genting, hingga ada sahabat Rasul yang termakan dengan hoax ini. Bahkan sikap Rasul pun berbeda dengan Aisyah dari biasanya dan tidak bicara selama sebulan, hingga kemudian Allah turunkan ayat Alquran untuk mengklarifikasi hoax keji tersebut.

‎“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar dari dosa yang diperbuatnya, dia mendapt azab yang besar pula.” (QS. An Nur: 11)

Cukup banyak hoax yang tersebar di Madinah dengan tujuan untuk melemahkan Rasul dan umat Islam. Penyebar hoax paling dikenal ketika itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Seringnya hoax menyerang umat islam di Madinah hingga Allah menurunkan ayat yang berbunyi ancaman keras bagi orang-orang yang suka menyebarkan berita hoax.

مَّلۡعُونِينَۖ أَيۡنَمَا ثُقِفُوٓاْ أُخِذُواْ وَقُتِّلُواْ تَقۡتِيلاً۬

Artinya: “Dalam keadaan terla’nat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” (Q.S. Al-Ahzab: 60)

Berita hoax juga menjadi penyebab lahirnya fitnah yang cukup besar di kalangan umat Islam setelah Rasulullah wafat, yaitu terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan. Fitnah ini terus melebar hingga terjadi perang jamal dan perang shiffin yang terjadi antara sahabat-sahabat rasulullah, yang kemudian menjadi cikal bakal timbulnya beberapa kelompok besar dalam Islam.

Di era modern, kita masih ingat tentang salah satu peristiwa besar invansi Amerika kepada Negara Irak. Seluruh dunia menyaksikan bagaimana luluh lantaknya sebuah negara hanya gara-gara berita hoax yang tidak bisa dibuktikan sampai hari ini.

Kejinya senjata bernama hoax ini bahkan menyerang Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Zat Maha pencipta, ketika manusia menyatakan bahwa Allah beranak.

أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَـٰنِ وَلَدً۬ا

Artinya: “Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” (Q.S. Maryam: 90)

Allah pun menjadi sasaran hoax‎ hingga saat ini ketika ada yang mengatakan tuhan itu beranak. Bumi hampir runtuh dan hancur, ketika ada yang katakan Allah punya anak. ‎Nabi Isa juga menjadi sasaran hoax ketika ada yang bilang Isa itu sebagai anak tuhan yang harus disembah. Tersebarnya agama selain Islam dan tuhan selain Allah, juga hoax besar dalam keyakinan Islam. Karena itu semua ‎informasi tidak jelas kebenarannya.

Agama Islam juga memberi arahan dalam menerima sebuah berita agar terhindar dari hoax. Seperti disebutkan dalam Alquran Surat Al-Isra’: 36. “Jangan lakukan dan katakan apapun tanpa ilmu. Definisi dasar ilmu yang disepakati adalah sebuah maklumat yang sesuai dengan fakta”. Juga dalam surat Al-Hujara: 6 yaitu, “sebuah berita harus bisa dipastikan kebenarannya, bukan hanya berita yang datang dari orang fasik, tapi dari siapapun”

Sebuah berita benar belum tentu boleh disebarkan, seperti berita-berita berisi vulgar, kriminal dan perbuat-perbuatan keji. Sebuah berita benar namun berpotensi SARA dan kegaduhan, hendaknya dimusyawarahkan dengan ahlinya, jangan langsung disebarkan.

Orang yang suka menyebarkan semua berita apa saja yang ia terima, mengindikasikan bahwa orang tersebut adalah pembohong. “Cukuplah menjadi tanda seseorang itu pembohong, adalah ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)

(R01/RS3)

*Tulisan ini disampaikan saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (25/1/2017) sebagaimana keterangan pers KWPSI

Wartawan: Rana Setiawan

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.