Ibu Ibukota Awards merupakan wadah apresiasi yang mengangkat cerita perempuan penggerak #AksiHidupBaik yang ada di Jakarta. Digagas oleh Fery Farhati, Istri Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pertama kali diselenggarakan pada 2019 dan berlanjut setiap tahunnya.
Tahun ini, Ibu Ibukota Awards mencari sosok-sosok perempuan penggerak inspirasi, sebagai wajah Ibu Ibukota, yang mau terus belajar dan mengajar bagi sesama. Ibu Ibukota merupakan sosok penggerak yang berdampak bagi kota. Mereka melakukan hal-hal kecil dengan teliti dan berkelanjutan untuk tujuan yang lebih besar. Hadirnya Ibu Ibukota memegang peran penting sebagai roda penggerak dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Rencananya, puncak apresiasi akan dihadirkan pada ajang Apresiasi Ibu Ibukota Awards, Desember 2021, bersamaan dengan peringatan Hari Ibu.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Ibu Ibukota Awards, Kantor Berita MINA pada Senin (1/11) menggelar MINA Talks Edisi Wawancara Khusus bersama Ibu Fery Farhati. Berikut kutipan wawancaranya.
MINA: Bagaimana awalnya gagasan program Ibu Ibukota Awards ini ?
Jadi memang sebelum Mas Anies mendapatkan peran-peran menjadi pejabat pemerintahan, saya banyak berkecimpung dengan orang-orang sekitar rumah, warga sekitar kemudian dengan teman-teman, kalau sebagai warga biasa mungkin saya perginya ke pasar, ke mall, ke sekolah anak-anak. Tapi kemudian berkembang ketika mendapat peran sebagai Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) akhirnya saya bisa bertemu mereka di sudut-sudut kota. Di sanalah saya bertemu dengan sosok-sosok hebat yang luar biasa, yang sudah mengambil tanggung jawab terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya.
Jadi kemudian, terpikir yang selama ini kalau digambarkan tentang Jakarta itu gedung tinggi, macet, banjir kemudian kehidupan yang keras. Padahal apa yang saya lihat itu sungguh membuat hati saya begitu hangat. Banyak sekali perempuan-perempuan dengan kepedulian tinggi, yang kemudian diterjemahkan dalam aktivitas di rumah dan sekitarnya. Dari mulai menjaga lingkungan, mendidik anak usia dini atau mungkin juga bercocok tanam, memilah sampah, itu semua aktivitas-aktivitas yang dilakukan ibu-ibu yang dampaknya bisa dirasakan tidak hanya di sekitar rumahnya, tetapi tentunya ini berdampak kepada Kota.
Jadi seluruh kota terdampak dengan aktivitas kecil di sudut kota, saya selalu gambarkan ini seperti terapi akupuntur. Kalau terapi akupuntur itu ditusuk satu titik dengan jarum yang kecil, tetapi dampaknya ke seluruh tubuh.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Nah ibu-ibu ini melakukan banyak aktivitas akupuntur ini di sudut-sudut Jakarta, yang kemudian dirasakan manfaatnya oleh Kota.
Bisa dibayangkan kalau kemudian ibu-ibu ini tidak mengambil tanggungjawab tidak ikut terlibat dalam pembangunan, tidak ikut terlibat dalam memilah sampah, tidak ikut terlibat dalam mengurusi anak-anak, tidak terlibat di Posyandu, tentunya kekacauan itupun bisa dirasakan di seluruh kota.
Kemudian saya ingin mengangkat kisah-kisah ini, supaya nuansa Jakarta itu tidak hanya tentang kemacetan, tidak hanya tentang suasana kota yang keras, tapi ternyata banyak sekali orang baik yang membuat suasana kota Jakarta menjadi lebih harmonis, penuh harapan.
Dan itu sebelumnya tidak ada yang membicarakan, walaupun apa yang mereka lakukan itu sederhana dampaknya bisa kita rasakan dan bukan hanya satu orang dua orang, tapi banyak. Ini yang kemudian membuat saya melihat mereka begitu tulus, mau meluangkan waktu untuk orang lain meski dari kondisi mungkin terbatas atau biasa saja tapi mereka punya ketulusan yang luar biasa.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Ada salah satu ibu, dia bilang “Saya tidak punya apa-apa tapi saya punya tenaga. Saya punya pikiran (ide)”, karena memang tidak perlu punya uang untuk bisa membantu orang lain. Kemudian dia belajar menjadi kader, dia belajar bagaimana merawat pasien kanker stadium akhir, bagaimana menghadapi orang TBC, kemudian hasil yang dia pelajari itu di manfaatkan membantu orang lain. Ini yang membuat saya begitu kagum, begitu tersentuh dengan apa yang mereka kerjakan.
MINA: Apa tujuan dari Program Ibu Ibukota Awards ini?
Ibu Ibukota Awards ini punya beberapa tujuan. Di antaranya ingin mengapresiasi apa yang sudah dikerjakan oleh ibu-ibu perempuan penggerak di Jakarta, kemudian tujuan yang kedua kita ingin mendorong keterlibatan masyarakat khususnya para ibu agar melakukan aksi baik di lingkungan masing-masing. Dengan adanya Ibu Ibukota Awards ini diharapkan masyarakat khususnya para ibu mengetahui kemudian juga mau bergerak untuk melakukan sosialisasi aksi baik, dan ceritanya digaungkan semakin luas.
Kemudian tujuan yang ketiga kita ingin memunculkan sudut pandang lain tentang kota Jakarta dengan menampilkan gambaran Jakarta yang humanis dan harmonis, karena selama ini kita melihat Jakarta itu kota metropolitan, dinamis, penuh dengan ambisi dan lain-lain.
MINA: Tahun ini ada 21 sosok perempuan yang terpilih sebagai wajah Ibu Ibukota. Siapakah sosok-sosok ini dan kriteria apa yang menjadikan mereka terpilih menjadi Ibu Ibukota?
Alhamdulillah Ibu Ibukota Awards ini sudah berjalan tiga tahun. Di tahun pertama kita menampilkan 21 sosok ibu ibu kota yang kemudian mengambil tanggung jawab terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya. Ibu Ibukota Awards ini bukan dinominasikan oleh diri sendiri. Jadi bukan mendaftar menjadi sosok itu, tapi dari warga sekitar yang merasakan manfaatnya.
Pada tahun pertama kami berhasil mengumpulkan 150 cerita dari masyarakat yang kemudian diseleksi melalui proses verifikasi. Benar ngga nih orangnya ada dan aktivitas berjalan, sampai akhirnya mengerucut dari 150 itu kita pilih kembali akhirnya merujuk pada 21 sosok ibu-ibu yang melakukan aktivitas di berbagai bidang. Ada yang bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan dan bidang wirausaha, jadi kami klasifikasikan.
Di tahun kedua, sosok-sosok ini adalah orang-orang yang terus bergerak walaupun kondisi pandemi. Mereka ikut mengambil tanggungjawab mengatasi permasalahan yang ada, mereka tidak hanya memikirkan bagaimana survive tapi juga memberikan bantuan untuk orang lain di masa pandemi.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Waktu itu kita melakukan penyesuaian juga, untuk acaranya kalau di tahun pertama kita kunjungan menemui mereka, wawancara langsung melihat situasi di lapangan dan di tahun kedua kita terbatas karena pandemi. Kita kemudian mengajak influencer agar mereka berinteraksi langsung dengan para Ibu Ibukota.
Kemudian di tahun ketiga ini sosok-sosok yang kita angkat adalah sosok yang saya bilang pembelajar. Jadi mereka belajar literasi, dan penggerakny. Yang mereka pelajari bukan hanya untuk mereka tapi juga mengajarkan orang lain dan kemudian membuat dampak yang luar biasa. Jadi selama tahun pertama, kedua, ketiga, sampai saat ini mereka melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi yang kemudian kita angkat kisahnya.
MINA: Selama menjalankan program ini Ibu banyak berinteraksi dengan sosok-sosok penggerak, apa hal-hal berkesan yang pernah ibu jumpai?
Alhamdulillah proses seleksi ini dari awal sampai akhir banyak sekali pengalaman yang luar biasa. Seperti saya bisa tahu bahwa banyak sekali anak muda yang punya perhatian terhadap hal-hal seperti ini, karena kita membuka peluang untuk ikut menjadi relawan membantu acara ini. Kita umumkan di sosial media dan terdaftar 500 hingga 600-an lebih relawan yang ingin membantu, tapi kemudian hanya bisa 60 orang saja.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Ternyata banyak sekali anak-anak muda yang ikut memperhatikan hal-hal seperti ini dan mau ikut terlibat, jadi Ibu Ibukota Awards ini bukan dikerjakan sendiri diharapkan bisa melibatkan sebanyak mungkin orang untuk ikut menyebarkan ceritanya.
Nah utuk bisa melibatkan banyak orang kita juga mengajak relawan, komunitas, kemudian juga seperti MINANEWS ini salah satu kolaborator kita, yang mau membagikan kisah-kisah ini dan semakin banyak yang terlibat, Insya Allah ceritanya semakin luas, semakin tergaungkan, jadi untuk acara dari Ibu Ibukota Awards ini melibatkan banyak orang, banyak profesi, kita juga menghubungkan para penggerak ini dengan masyarakat luas dan diberikan apresiasi.
Dan paling menarik dari pengalaman berharga yang saya alami adalah bahwa orang-orang yang terlibat dalam proses seleksi sampai ke puncak acara itu hatinya tersentuh, kita punya perasaan yang sama sehingga terjalin hubungan erat dan hangat antar kita. Di tahun pertama misalnya kita dengan tim seleksi baru kenal di proses ini, sering bertemunya itu paling sebulan dua bulan tapi di ujung acara ketika mendengarkan kisah-kisah mereka suasana hati kita sama begitu hangat, tersentuh. Bahkan mereka semua bilang kita hangat seperti saudara.
Bisa dibayangkan kalau apa yang saya rasakan bersama tim seleksi itu juga dirasakan oleh warga Jakarta lainnya ketika mendengarkan cerita ibu-ibu ini. Tim seleksi ini kan mewawancarai, bertemu dengan sosok, mendiskusikan serta membicarakan apa yang dikerjakan kemudian nanti digaungkan. Cerita ini di sudut-sudut Jakarta, maka Jakarta akan jadi lebih hangat.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Kemudian yang menarik lagi waktu di tahun pertama, sosok itu kan dari wilayah. Ketika mereka tampil ada acara nonton bersama di tempat tinggalnya, yang melibatkan warga sekitar, mereka merasa punya hero, punya orang hebat dari wilayahnya, sampai mereka membuat acara untuk menyemangati, seolah-olah bahwa sosok ini itu hero mereka.
Bisa dibayangkan kalau semakin banyak orang yang merasa punya kepedulian dan rasa bangga terhadap kampungnya, semakin banyak orang merasa memiliki kampungnya dan mereka merasa memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di kampungnya, di lingkungannya. Saya berharap Ibu Ibukota Awards ini bisa menyatukan seluruh warga Jakarta untuk mau bersama-sama mengambil tanggungjawab terhadap permasalahan yang ada di lingkungan dan ada rasa memiliki kebanggaan terhadap tempat tinggalnya.
MINA: Kemudian apakah program ini akan terus berlanjut meski nantinya Ibu tidak lagi di DKI?
Dari tahun pertama sampai sekarang kita membuat pola kegiatan yang kurang lebih sudah terstruktur, di antara rangkaian acaranya kegiatan showcase yang tujuannya agar aktivitas baik sosok ini bisa ditunjukkan kepada masyarakat, kemudian kita ada juga pemotretan, kemudian ada konten ilustrasi-ilustrasi dari aktivitas yang dikerjakan oleh sosok-sosk tersebut. kemudian juga kita buat video profil.
Jadi pola kegiatannya sudah terbentuk. Ujung puncak acarnya setiap Desember, saat peringatan Hari Ibu untuk memberikan Award ini. Tahun ini sudah tahun ketiga. Polanya sudah ada, strukturnya sudah ada, kemudian saya juga melibatkan Ibu Sekda, Ibu Walikota, istri dari asisten pemerintahan. Mereka orang-orang yang memang ada di pemerintahan DKI, nah merekalah yang saya harap akan melanjutkan dan juga Ibu Gubernur berikutnya jadi bisa melanjutkan.
Mudah-mudahan saja kegiatan Ibu Ibukota Awards ini bisa terus berlanjut, sudah ada tradisinya tinggal melanjutkan. Dan saya juga berharap bukan hanya ibu-ibu yang ada di Jakarta tapi seluruh Indonesia dan mudah-mudahan ibu-ibu di seluruh pelosok di seluruh provinsi Indonesia, dapat melakukan hal yang sama kalau aktivitas ini bisa diduplikasi di tempat lain dengan pola yang menarik oleh ibu-ibu di provinsi di Indonesia itu rasanya akan lebih luar biasa.
Mudah-mudahan ini bisa terwujud, aktivitas seperti Ibu Ibukota Awards nanti di provinsi lain, mungkin dengan nama berbeda. Tapi intinya adalah menghargai, mengapresiasi, apa yang sudah dikerjakan oleh penggerak dari wilayah mereka. (W/R7/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)