Indonesia Segera Miliki Kereta Api Hidrogen

Kereta Api Hidrogen (dok: DW)

Berlin, MINA – Indonesia selangkah lagi mewujudkan impian memiliki kereta berbahan bakar hidrogen pertama di Asia.

Dalam sebuah pertemuan di Berlin, Jerman, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyerahkan MoU kepada (perusahaan pembangkit listrik dan transportasi rel) Jerman jelang kunjungan mereka ke Indonesia.

Sebelumnya, pada kunjungan Direktur Maret lalu, telah disampaikan ketertarikan Indonesia untuk menggunakan buatan ALSTOM tersebut.

“Ini wujud keseriusan kita untuk memulai kerja sama. Kita sudah sampaikan draft MoU nya, dan ALSTOM akan sampaikan tanggapan. Target kita, saat kunjungan delegasi ALSTOM ke Indonesia nanti, MOU sudah bisa ditandatangani,” kata Aloysius Guntur Setyawan, Vice President New Business Cooperation and Policy PT KAI, seperti dikutip dari DW News, Senin (24/6).

Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno yang turut hadir dalam pertemuan menekankan kerja sama antara PT KAI dan ALSTOM ini bagian dari babak baru kerja sama Indonesia Jerman untuk industri ramah lingkungan.

“Kalau pada tataran pemerintah kita fokus di strategi dan kebijakan, dan di tingkat swasta kita dorong proyek kerja samanya. Apa yang akan disepakati oleh PT. KAI dan ALSTOM jadi bentuk nyata dari strategi dan kebijakan yang kita upayakan sejauh ini, khususnya untuk teknologi ramah lingkungan. Setelah pertemuan ini tentu kedua pihak akan mendetailkan aspek teknisnya”, ujarnya.

Dari pertemuan tersebut pihak ALSTOM juga menyampaikan keinginannya untuk berkunjung ke Indonesia. Indonesia merupakan negara Asia pertama yang secara serius menunjukkan ketertarikannya pada kereta hidrogen.

“Dalam waktu yang tidak lama kita berencana akan berkunjung ke Indonesia. Selain untuk membahas aspek teknis lebih jauh, kita juga ingin melakukan survey lapangan untuk lokasi proyek kereta hidrogen ini”, tutur Jörg Nikutta, Managing Director ALSTOM Jerman–Austria.

Kereta hidrogen yang akan dikerjasamakan antara PT KAI dan ALSTOM merupakan teknologi ramah lingkungan. Pengoperasian kereta ini menggunakan elektrifikasi dari proses kombinasi hidrogen dan oksigen. Dengan teknologi ini emisi yang dikeluarkan adalah air.

Bahan baku utama yang digunakan adalah hidrogen yang berasal dari biomass ataupun sumber-sumber energi berkelanjutan seperti energi angin dan matahari. Kehadiran kereta hidrogen di Indonesia dapat menjadi bagian dari pembangunan sektor transportasi yang berkelanjutan.

Alstom mengklaim dalam jangka panjang biaya investasi kereta hidrogen lebih murah ketimbang kereta berbahan bakar diesel.

“Kendati biaya pengadaan kereta yang lebih mahal, namun biaya pengoperasiannya cukup rendah sebab tidak menggunakan grid listrik dan mesin diesel. Disamping biaya perawatannya yang juga murah,” kata Stefan Schrank, seorang petinggi perusahaan.

Menurutnya kereta hidrogen memiliki fitur kenyamanan yang sulit ditandingi berupa suara mesin yang tenang, membuat perjalanan terbebas dari kebisingan mesin kereta.

Kereta hidrogen pertama di dunia ini diluncurkan pada 16 September 2018 silam di Jerman. Meski tergolong lambat, dengan kecepatan maksimal 140km/jam, kereta hidrogen sangat hemat karena hanya membutuhkan sekali pengisian bahan bakar dalam jarak 1.000 kilometer.

Selain Indonesia, sejumlah negara lain juga berniat mengadakan kereta hidrogen buat menggeser kereta bermesin konvensional. Negara-negara itu adalah Austria, Inggris, Belanda, Denmark, Norwegia, Italia dan Kanada. (T/Sj/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sajadi

Editor: Zaenal Muttaqin

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.