ISLAM DAN INFORMASI

Oleh Rifa Arifin, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Pesan ayat al-Quran begitu jelas, dalam menerima suatu , kaum Muslim diperintahkan memperhatikan kredibilitas sumber berita. Waspadai jika berita itu bersumber dari orang fasik. Siapakah orang yang disebut sebagai fasik?

Kata “fasik” (fasiq), berasal dari kata dasar “al fisq“ yang artinya “keluar” (khuruj). Para ulama mendefinisikan fasik sebagai “orang yang durhaka kepada Allah SWT karena meninggalkan perintah-Nya atau melanggar ketentuan-Nya”. Orang fasik adalah orang yang melakukan dosa besar atau banyak/sering melakukan dosa kecil.

Memang tidak begitu mudah menentukan batasan yang tegas apakah seorang masuk kategori fasik. Di dalam Al Quran, kata fasik muncul dalam berbagai konteks. Terkadang kata fasik dihubungkan langsung dengan kekafiran dan kedurhakaan (QS 49:7) dan terkadang digandengkan dengan kebohongan dan percekcokan (QS 2:197).

Di lapangan hukum , kata “fasik” diperhadapkan dengan kata “‘adil“. Menurut jumhur ulama, adil adalah sifat tambahan dan tidak identik dengan Islam itu sendiri. Maksudnya, orang yang tidak adil (fasik) tidak langsung dikeluarkan dari Islam. Kategori fasik bisa terjadi akibat dosa besar atau dosa kecil, tetapi kategori kafir hanya mungkin terjadi akibat dosa besar. Dengan demikian, dapat dikatakan, setiap kafir pasti fasik, tetapi belum tentu setiap fasik adalah juga kafir. Sebagian ulama madzhab Syafii menyatakan, bahwa seorang dapat dikatakan sebagai tidak fasik (adil) apabila kebaikan dia lebih banyak dari kejahahatannya dan tidak terbukti bahwa ia sering berdusta.

Menyimak uraian para ulama tersebut, dapat diambil pemahaman, bahwa orang fasik terlarang memegang suatu jabatan atau amanah yang  berhubungan dengan “kepercayaan”.

Posisi media massa dan wartawan adalah sebagai ”pembawa amanah” untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Harusnya, posisi ini tidak ditempati oleh orang-orang yang fasik. Artinya, QS al-Hujurat ayat 6 tersebut seharusnya menyadarkan umat Islam, untuk menyiapkan tenaga-tenaga wartawan dan institusi media Islam yang adil dan profesional.

Dalam aplikasinya, pentingnya kaum Muslim sangat berhati-hati dalam menerima, mengolah, dan menyebarkan informasi. Misalnya bisa saja menerima informasi dari kaum fasik, tapi harus dilakukan tabayyun terlebih dahulu. Lakukan cek dan ricek. Jangan percaya begitu saja informasi dari kaum fasik, apalagi kaum kafir. Apalagi, tidak ada informasi yang bebas nilai dan bebas misi. Informasi dalam bentuk berita, analisis, atau apa pun, disebarkan melalui media massa melalui proses pemilihan, penyuntingan, dan lay-out, serta sudut pandang yang sarat kepentingan dan muatan nilai penulis, media massa nya dan pemiliknya.

Bahkan, secara khusus, al-Quran mengingatkan bahwa musuh utama para Nabi – dan tentu juga para pengikut Nabi – adalah setan-setan jenis manusia dan setan-setan jenis jin yang senantiasa menyebarkan ”kata-kata indah” (zukh ru fal qaul), dengan tujuan untuk menipu manusia. (QS an-An’am: 112). Iblis pun menggoda Adam dan Hawa dengan kata-kata indah dan ungkapan yang menawan, bukan dengan ungkapan dan bentakan kasar, sehingga berhasil membujuk Adam dan Hawa melanggar larangan Allah.

Henry Martyn, tokoh misionaris terkenal dengan ungkapan nya, “Aku datang untuk menghadapi umat Islam, bukan dengan senjata tapi dengan kata-kata, bukan dengan kekuatan fisik tapi dengan logika, dan bukan dalam kebencian tapi dalam kasih.”

Perang Salib telah gagal, begitu kata Henry Martyn. Karena itu, untuk “menaklukkan” dunia Islam perlu resep lain: gunakan “kata, logika, dan kasih”. Bukan kekuatan senjata atau kekerasan.

Hal senada dikatakan misionaris lain, Raymond Lull, “Saya melihat banyak ksatria pergi ke Tanah Suci, dan berpikir bahwa mereka dapat menguasainya dengan kekuatan senjata, tetapi pada akhirnya semua hancur sebelum mereka mencapai apa yang mereka pikir bisa diperoleh.”

Lull mengeluarkan resep: Islam tidak dapat ditaklukkan dengan darah dan air mata, tetapi dengan cinta kasih dan doa.

Menurut Eugene Stock, mantan Sekretaris Redaksi Church Missionary Society, tidak ada figur yang lebih heroik dalam sejarah Kristen dibandingkan Raymond Lull. Lull adalah misionaris pertama dan mungkin terbesar yang menghadapi para pengikut Muhammad.

Ungkapan Lull dan Martyn itu ditulis oleh Samuel M Zwemmer, misionaris Kristen terkenal di Timur Tengah, dalam buku Islam: A Challenge to Faith (1907). Buku yang berisi resep untuk “menaklukkan” dunia Islam itu disebut Zwem mer sebagai “beberapa kajian tentang kebutuhan dan kesempatan di dunia para pengikut Muhammad dari sudut pandang missi Kristen”.

Jangan heran, jika kaum misionaris kemudian sangat serius dan professional dalam mengembangkan media informasi untuk mengarahkan pemikiran masya rakat. Tugas media adalah membentuk citra (image), yang seringkali berbeda dengan realitas sebenarnya. Media bisa mencitrakan seorang sebagai “orang baik” dan “orang jahat” yang sering berbeda dengan kenyataan sebenarnya.

Informasi memang hal teramat penting dalam kehidupan manusia. Dan Nabi Muhammad saw memerintahkan: Berjihadlah melawan orang-orang mu syrik dengan hartamu, jiwamu, dan lidahmu. Kini, apa yang sudah dila kukan oleh umat Islam dalam berjuang di bidang media informasi ini? Sudahkah kita semua bersungguh-sungguh berjuang di bidang informasi ini? Jujurlah kita, tanya di sini, di hati ini ! (P013/P2)

sumber ; INSIST

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0