PAMERAN MUSLIM ROHINGYA DI ISTANBUL

Pameran yang diadakan di Galata Fotografhanesi di distrik Beyoglu di Istanbul, berjalan sampai 30 Juli. (OnIslam)
Pameran yang diadakan di Galata Fotografhanesi di distrik Beyoglu di , berjalan sampai 30 Juli. (OnIslam)

Istanbul, 26 Ramadhan 1436/13 Juli 2015 (MINA) – Menggunakan seni untuk meningkatkan kesadaran tentang yang tertindas, pemenang penghargaan fotografer Serikat mengadakan sebuah pameran di Istanbul untuk menginformasikan penderitaan warga minoritas Rohingya yang beragama Muslim di Burma.

“Di Burma (Myanmar), kondisi Rohingya cukup memprihatinkan, mereka  terbatas pada satu wilayah geografis, mereka tidak bisa bebas bepergian dari wilayah ke wilayah lainnya, mereka menerima bantuan medis yang sangat sedikit dan pendidikan  anak-anak mereka tak dipedulikan penguasa, “ujar Greg Konstantin kepada Anadolu Agency, OnIslam melaporkan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (13/7).

Berjudul, Exile to Nowhere, pameran menampilkan koleksi foto yang mencerminkan penderitaan Muslim Rohinya di negara berpenduduk mayoritas Buddha.

Sebelumnya pameran serupa sudah diadakan di Washington, Bangkok dan Jenewa untuk menjelaskan penganiayaan dan pelecehan yang dihadapi oleh umat Islam Rohingya.

Kunjungan Konstantin pertama kali adalah ke masyarakat Rohingya di negara bagian Rakhine Myanmar pada tahun 2006, fotografer Amerika itu kemudian membuat delapan perjalanan berikutnya ke daerah lainnya.

“Saya sangat terkejut dengan situasi masyarakat Rohingya yang tinggal di sana,” kata Konstantin, sembari menyatakan kurangnya perhatian masyarakat internasional  kepada masyarakat itu.

Padahal, lanjutnya, PBB sudah menyatakan Rohingya sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia, Muslim Rohingya menghadapi katalog diskriminasi di tanah air mereka.

Hak-hak kewarganegaraanwarga Rohingya ditplak  sejak amandemen undang-undang kewarganegaraan pada tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri.

Pemerintah Burma serta mayoritas Buddha menolak untuk mengakui istilah “Rohingya”, merujuk kepada masyarakat tersebut sebagai “Bengali”. (T/P007/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Septia Eka Putri

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0