Junta Myanmar Janjikan 15 Desa untuk Etnis Rohingya yang Dipulangkan dari Bangladesh

Etnis Rohingya. (Foto: Anadolu Agency)

Naypydaw, MINA – menjanjikan 15 desa baru dengan 750 petak lahan pertanian di negara bagian Rakhine, sebagai bagian dari program percontohan yang akan menampung 1.500 dipulangkan dari kamp pengungsi di negara tetangga Bangladesh bulan depan.

Media pro-junta melaporkan, para pengungsi yang kembali akan disaring dan diterima di kamp pengungsi Taung Pyo Letwe dan Ngar Khu Ya di kotapraja Maungdaw.

Ini merupakan bagian dari program percontohan, sebelum mereka dikirim ke kamp sementara Hla Pho Khaung selama dua bulan. Demikan dikutip dari Radio Free Asia, Sabtu (26/3).

Setelah itu, para pengungsi yang pulang akan dimukimkan kembali di desa-desa yang direncanakan, yang akan dilengkapi dengan infrastruktur dasar menjelang kedatangan mereka, kata laporan, mengutip Kepala Junta negara bagian Rakhine Htin Lin.

Rohingya di Bangladesh menyatakan keinginan mereka untuk pulang ke , di mana mereka melarikan diri dari penumpasan militer yang dimulai pada tahun 2017.

Namun mereka bersikeras, mereka hanya akan melakukannya jika dapat kembali ke lokasi asal mereka dan dijamin hak kewarganegaraannya, kebebasan bepergian dan persamaan hak dengan etnis lain.

Orang-orang “memiliki banyak keraguan” tentang niat program percontohan junta, kata Khin Maung, Direktur Asosiasi Pemuda Rohingya di Cox’s Bazar, tempat sekitar 1 juta pengungsi dari yang teraniaya tinggal di kamp-kamp kumuh.

“Jika mereka jujur kepada para pengungsi, mereka harus memukimkan kembali mereka (Rohingya) di lokasi asalnya dan memberi hak yang sama sebagai warga negara,” katanya.

“Tapi mereka tidak menyebutkan apapun tentang masalah tersebut. Itulah mengapa saya pikir mereka hanya mencoba mengimplementasikan proyek mereka untuk membangun reputasi internasional yang baik bagi diri mereka sendiri,” tambahnya.

Pada hari Rabu (22/3), delegasi beranggotakan 17 orang dari Myanmar yang dipimpin Menteri Imigrasi Negara Bagian Rakhine Myo Aung kembali dari Bangladesh. Mereka mewawancarai keluarga Rohingya untuk program percontohan. Wakil Menteri Penerangan Junta Mayor Jenderal Zaw Min Tun mengatakan program percontohan dapat dimulai paling cepat pertengahan April, Agence France-Presse melaporkan.

Junta mengatakan pihaknya berencana menerima 5.000 pengungsi yang kembali lagi dari 1.500 keluarga jika proyek percontohan berhasil dilaksanakan.

Upaya RFA untuk menghubungi pejabat junta tentang program percontohan tidak dijawab hari Jumat.

Pengumuman junta bahwa mereka akan membangun desa baru untuk pengungsi yang kembali beberapa hari setelah Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan rencana repatriasinya “tidak kondusif untuk pengembalian pengungsi Rohingya yang berkelanjutan” menurut situasi yang tidak stabil saat ini di Myanmar dan di negara bagian Rakhine.

Myanmar penuh dengan konflik setelah kudeta militer 1 Februari 2021 dan terperosok dalam krisis kemanusiaan yang melibatkan sekitar 1,7 juta orang yang mengungsi akibat kekerasan di seluruh negeri, menurut perkiraan baru-baru ini oleh PBB.

Terlepas dari kekhawatiran UNHCR atas program percontohan tersebut, badan pengungsi PBB mengakui dalam sebuah pernyataan awal pekan ini mereka mengangkut pejabat junta dengan kapal PBB tanpa tanda ke kamp pengungsi Bangladesh pekan lalu. Sebuah langkah yang dikritik karena berisiko bagi pekerja kemanusiaan dan “pelanggaran serius” atas kenetralan PBB.

Menurut statistik yang dikumpulkan oleh RFA, hampir 2.000 orang Rohingya telah ditangkap dalam perjalanan ke Malaysia dari kamp pengungsi di negara bagian Rakhine dan Bangladesh sejak Desember 2021 hingga Maret 2023.

Junta menghukum hampir 500 dari mereka dua sampai lima tahun penjara di bawah undang-undang imigrasi Myanmar.

Rohingya di kamp pengungsi Thae Chaung Rohingya di kota Sittwe Rakhine mengatakan, mereka tidak memiliki kesempatan kerja dan bergantung pada 500 kyat (US$0,25) per orang per hari, yang disediakan oleh Program Pangan Dunia.

Sekitar 14.000 pengungsi tinggal di kamp selama lebih dari satu dekade setelah kekerasan etnis di negara bagian Rakhine pada tahun 2012 dan banyak yang telah menjual semua harta benda mereka serta mempertaruhkan nyawa bepergian ke Malaysia dan negara mayoritas Muslim lainnya untuk mencari peluang baru.

Beberapa meninggal atau hilang selama perjalanan, sementara yang lain mengalami pelecehan di tangan calo atau dipenjara. (T/R7/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.