Kedubes Palestina di Jakarta Gelar Peringatan 75 Tahun Nakba

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun, pada Peringatan 75 Tahun Hari Nakba di Jakarta, Jumat (19/5/2023).(Foto: Abdullah/MINA)

Jakarta, MINA – Kedutaan Besar  di Jakarta, pada Jumat (19/5), menggelar Peringatan 75 Tahun Hari , yang merupakan peringatan peristiwa pengusiran Bangsa Palestina di tahun 1948 oleh Zionis Israel dan hingga saat ini para pengungsi Palestina belum dapat kembali ke tanah air mereka.

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun, menyampaikan, peristiwa Nakba adalah salah satu akar dari permasalahan atas apa yang hari ini kita saksikan di tanah yang terjajah – Palestina. Kejadian ini juga merupakan akar dari penderitaan bangsa Palestina yang berkelanjutan.

“Peristiwa Nakba bukanlah peristiwa masa lalu, ini masih terjadi hingga sekarang. Berbagai tindakan pengusiran paksa dan kolonialisme Israel, seperti penjarahan sumber daya alam, blokade, aneksasi, penolakan tempat tinggal, segregasi, isolasi, penghancuran rumah, dan penerapan sistem perencanaan serta perizinan yang diskriminatif terus terjadi setiap hari,” tegas Al-Shun saat menyampaikan sambutannya.

Dia juga menyampaikan apresiasinya atas dukungan tak henti Indonesia pada perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaannya.

“Indonesia akan selalu ada di hati seluruh masyarakat Palestina,” ujarnya.

Untuk itu, dia juga mendorong Indonesia dan komunitas internasional mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan, guna membantu menghentikan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel.

“Kami memohon kepada Pemerintah Indonesia dan semua pendukung kebebasan Palestina di negara ini untuk mengintervensi dan mengaktifkan mekanisme hukum internasional, guna meminta pertanggungjawaban otoritas pendudukan Israel atas berbagai kejahatan dan pelanggaran HAM yang dilakukan terus menerus terhadap warga sipil Palestina,” pungkas Dubes Al-Shun.

Dia menambahkan, seluruh organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) internasional kemudian setuju pada fakta bahwa warga Palestina hidup dalam situasi apartheid, dan tindakan melawan bangsa Palestina adalah bagian dari tindakan kejahatan perang.

Peringatan 75 Tahun dihadiri Staf Khusus Presiden RI Diaz Hendropriyono, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antar-Lembaga Muhsin Syihab, Direktur Timur Tengah Kemenlu RI Bagus Hendraning Kobarsyah, tokoh bangsa, pimpinan perwakilan lembaga-lembaga kemanusiaan kepalestinaan, seperti Aqsa Working Group (AWG), dan lainnya.

Sejumlah duta besar juga hadir dalam kegiatan ini, para duta besar itu berasal dari Maroko, Yordania, Uni Emirat Arab, Qatar, Sudan, Rusia, Venezuela, dan negara-negara sahabat lainnya.

Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antar-Lembaga, Muhsin Syihab, mewakili Menlu RI, dalam sambutannya menyampaikan, dukungan dan solidaritas Indonesia yang tak tergoyahkan kepada pemerintah dan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaannya.

“Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pesannya. Peringatan ini harus menjadi momentum untuk menghidupkan kembali dukungan terhadap perjuangan Palestina,” ujarnya.

Kata “Nakba” berarti “malapetaka” dalam bahasa Arab, dan merujuk pada pembersihan etnis sistematis terhadap dua pertiga populasi Palestina pada saat itu oleh paramiliter Zionis antara 1947-1949 dan penghancuran hampir total masyarakat Palestina.

Data dari Biro Pusat Statistik Palestina mencatat, setidaknya 975 ribu warga Palestina diusir secara paksa oleh zionist Israel dari kampung halaman mereka, 531 desa dihancurkan, dan 51 titik pembantaian dilakukan yang menewaskan lebih dari 15 ribu rakyat palestina. Karena itulah hari ini disebut sebagai hari malapetaka atau yang disebut dengan Nakba.

Peristiwa Nakba mengarah pada tragedi pengusiran massal dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina, kota-kota, dan pedesaannya di bawah tangan para pemukim ekstrimis Yahudi dan milisi Zionis.

Pembantaian terjadi di desa-desa Palestina, saat milisi Zionis melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga yang tak bersenjata dan menguburkannya secara massal. Diperkirakan, sekitar 15.000 warga Palestina tewas, dan lebih dari 750.000 lainnya harus lari dari rumah mereka dan hidup sebagai pengungsi.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.