Jakarta, MINA – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro memperkirakan, harga vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan dari berbagai negara akan melonjak.
Hal tersebut dikarenakan permintaan tinggi dengan suplai vaksin yang belum mencukupi. Demikian keterangan tertulis yang diterima MINA, Rabu (10/6).
Sehingga menjadi tantangan bagi Indonesia yang perlu mengimunisasi paling tidak 130 juta penduduk (setengah populasi) hingga 170 juta penduduk (dua per tiga populasi).
Pengembangan vaksin untuk strain virus Covid-19 dalam negeri juga diperlukan karena berdasarkan ‘whole genome sequencing‘ atau pengurutan menyeluruh dari gen virus yang ada di Indonesia, strain virus Covid-19 yang menyebar masuk dalam 13 strain virus.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini sudah mengumpulkan tujuh ‘whole genome sequencing‘ dari Covid-19 di Jabodetabek dan Universitas Airlangga (Unair) sudah mengumpulkan enam ‘whole genome sequencing‘ dari episentrum atau pusat wabah Covid-19 di Surabaya dan sekitarnya.
Dari total 13 ‘whole genome sequencing‘ ini, baru dua strain yang diidentifikasi sebagai strain Covid-19 yang beredar di Eropa. Sebelas strain sisanya masih dilabeli ‘others‘ atau masih belum masuk kategori yang dikenali oleh GISAID, yaitu bank data influenza dan coronavirus dunia.
“Indonesia baru menyampaikan kira-kira 13 whole genome sequencing. Itu karakter dari virus. Dari 13 yang sudah disubmit, tujuh oleh Eijkman dan enam dari Unair. Itu berarti tujuh dari Jabodetabek. Enam dari Surabaya yang sekarang menjadi salah satu episentrum dari jenis virus tersebut,” katanya.
Kemenristek/BRIN saat ini melakukan pengembangan vaksin secara paralel atau bersamaan. Strategi utama pengembangan vaksin dilakukan dengan mendukung dan mendanai LBM Eijkman dalam mengembangkan vaksin untuk strain Covid-19 yang hanya menyebar di Indonesia.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Pengembangan vaksin dilakukan secara paralel dalam pengertian kita tetap mengembangkan vaksin yang dari awal dikembangkan di Indonesia dipimpin oleh Eijkman menggunakan ‘platform’ yang namanya protein rekombinan. Saat ini sedang dalam tahap untuk mengidentifikasi protein yang nantinya diujicobakan terhadap virusnya dan kelebihan dari metode ini adalah kita hanya melakukan pengembangan vaksin yang berbasis virus yang beredar di Indonesia, baik di Litbangkes maupun di Eijkman. Kalau kita bisa menemukan vaksin dari pendekatan ini, hampir pasti ini akan ampuh terhadap virus yang beredar di Indonesia,” ungkap Menteri Bambang.
Strategi kedua pengembangan vaksin adalah melalui bekerja sama dengan negara lain, yaitu Cina dan Korea Selatan namun strategi ini memiliki kelemahan Indonesia tidak bisa mendapatkan transfer teknologi terkait penemuan vaksin Covid-19. (R/R11/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta