Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Bersama Bulan Suci Ramadhan Meraih Gelar Takwa

Ali Farkhan Tsani - 35 detik yang lalu

35 detik yang lalu

0 Views

Ali Farkhan Tsani (Dok MINA)

BULAN Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan berbagai keutamaan, untuk meraih gelar takwa.

Untuk itu, berikut hadir Khutbah Jumat “Bersama Suci Ramadhan Meraih Gelar Takwa,” yang ditulis oleh Ustadz Ali Farkhan Tsani, Dai Nasional Bersertifikat Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang juga Redaktur Senior Kantor Berita MINA.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَذِى جَعَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرَ الصّيَامِ وَالْقِيَامِ وَأشْهَدُ أنْ لا اِلهَ اِلااللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى أرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ صَلِّ وِسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ لِقَاءِ رَبِّهِمْ.

فقد قال الله تعالى في كتابه الكريم: فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadikan Bulan Ramadhan Istimewa

وَقَالَ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ  الاية أمَّا بَعْدُ،

Sidang Jumat rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya milik Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para ahli keluarganya dan sahabatnya, serta kita sekalian umatnya.

Khatib selalu mewasiatkan ketakwaan kita kepada Allah, agar kita mendapatkan kesuksesan, kemenangan dan ampunan  dan selamat hidup di dunia dan akhirat.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H

Hadirin yang dimuliakan Allah

Terasa begitu gembira dan bahagia setiap kali bulan suci Ramadhan tiba, hati kita pun bersuka-cita, menyambut bulan puasa, mengiringi firman Allah:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183).

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bergembira Menyambut Bulan Ramadhan          

 

Melalui ayat ini, Allah berbicara kepada orang-orang beriman dari kalangan umat ini dan memerintahkan shaum Ramadhan kepada mereka.

Karena itulah, setiap orang yang merasa di dalam dirinya ada iman, tentu akan bersedia mengubah kebiasaannya, menahan nafsunya, bersedia bangun malam untuk makan sahur. Lalu bersedia menahan diri dari makan, minum, dan dari hal-hal yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga Maghrib, selama bulan Ramadhan.

Kita tentu siap menahan lapar dan dahaga demi menggapai kemuliaan shaum Ramadhan, demi mencapai ridha Ilahi.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Diri Memasuki Bulan Ramadhan  

Kaum Muslimin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah

Adapun tujuan disyariatkannya puasa Ramadhan adalah,“agar kalian bertakwa”.

Ujung ayat 183 dari Surat Al-Baqarah ini merupakan tujuan puasa, yakni mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah.

Caranya adalah dengan meninggalkan keinginan yang mudah didapat dan halal, demi menjalankan perintah-Nya. Dengan demikian mental kita terlatih di dalam menghadapi godaan nafsu syahwat yang diharamkan, dan kita dapat menahan diri untuk tidak melakukannya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Melaksanakan Syariat Islam Secara Kaffah

Allah mengingatkan di dalam firman-Nya :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Yusuf  [12]: 153).

Tidak sedikit manusia tergelincir ke jurang neraka akibat tidak dapat mengendalikan hawa nafsu dirinya, terutama yang dilakukan oleh mulut dan kemaluannya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah Perpindahan Arah Kiblat

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits :

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ

Artinya :Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya tentang penyebab yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga.Maka beliau menjawab, “Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak yang baik”. Dan beliau ditanya tentang penyebab yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Beliau menjawab, ”Mulut dan Kemaluan.” (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Karena itu, jamaah kaum Muslimin

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kemenangan Palestina dan Isra Mi’raj

Dengan puasa Ramadhan sebulan penuh yang akan kita laksanakan, terlatihlah jiwa pengendalian diri kita. Bagaimana tidak, kalau di segala waktu dilarang memakan makanan yang haram, maka di bulan Ramadhan, makanan yang halalpun dilarang.

Itu semua dilakukan karena kadar imannya yang membimbingnya menjadi manusia terkendali. Walaupun mungkin berada di tempat terpencil, seorang diri, tetapi kadar imannya menahannya agar jangan sampai melanggar aturan-Nya.

Dengan demikian orang-orang beriman mendidik kemauannya serta mampu mengendalikan hawa nafsunya, karena Allah. Nafsu yang dikendalikan yakni nafsu perut dan nafsu syahwat. Kalau keduanya ini tidak terkendali, maka manusia akan terjerumus ke dalam lembah nista, terjerembab ke dalam makanan haram, berbuat maksiat, dan menumpuk dosa.

Dengan makna takwa tersebut maka shoimun terdidik untuk senantiasa berjihad menjalankan perintah Allah dan menjauhi meninggalkan segala larangan-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah di Balik Musibah  

Shoimun akan terbiasa untuk selalu waspada, menjaga diri, dan berhati-hati terhadap sesuatu, yakni berhati-hati terhadap rambu-rambu syariat yang telah ditetapkan Allah berupa perintah dan larangan.

Takwa menjadi wasiat abadi karena mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Takwa merupakan kumpulan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan takwa, seorang mukmin akan mendapatkan dukungan dan pertolongan dari Allah. Dengan takwa pula seseorang menjadi mulia di sisi Allah.

Semoga kita dapat berjumpa, berpuasa dan beramal kebajikan semaksimal mungkin pada bulan suci Ramadhan tahun ini, dan semoga dapat meningkatkan derajat takwa kita di hadapan Allah. Aamiin yaa Robbal ‘Aalamiin. []

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bulan Rajab, Isra Mi’raj dan Solidaritas Palestina

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda