Jakarta, MINA – Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Viada Hafid meminta pemerintah Myanmar segera menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap etnis Rohingya di negaranya. Aksi pembakaran desa-desa Rohingya oleh tentara dan polisi Myanmar dinilai sudah diluar batas kemanusiaan.
“Myanmar harus menghentikan tindakan ini, jika tidak, ada baiknya pemerintah Indonesia mengevaluasi hubungan bilateral dengan Myanmar,” tegas Meutya dalam laman DPR RI yang dikutip MINA, Kamis (31/8).
Sebagai negara yang sudah lama bersahabat dengan Myanmar, Meutya khawatir tindakan pembersihan etnis itu akan mengancam stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara.
Meutya mengingatkan kepada Myanmar akan gelombang manusia kapal Rohingya pada tahun 2012-2015 lalu, yang saat ini diterima oleh tiga negara yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia.
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian
“Kami tidak ingin aksi kekerasan di Myanmar akan membuat negara-negara ASEAN lain berada kesulitan akibat pengungsi,” ujar politisi F-PG itu.
Meutya juga mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri RI untuk mendukung penyelesaian aksi kekerasan terhadap masyarakat Rohingya di Myanmar. Namun, pihaknya juga meminta agar tekanan yang lebih keras diberikan terhadap Myanmar.
“Pendekatan lain juga bisa dilakukan melalui organisasi tingkat regional maupun internasional. Indonesia bisa bawa permasalahan ini ke PBB, untuk dilakukan sidang darurat,” saran politisi asal dapil Sumatera Utara itu.
Sebelumnya, dikabarkan sejumlah kelompok aktivis hak asasi manusia melaporkan bahwa pembakaran dengan sengaja desa-desa yang menjadi tempat tinggal bagi warga Rohingya di Rakhine, Myanmar terjadi, Selasa (29/8/2017). Pasukan militer negara itu dituding berada di balik peristiwa ini.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
Banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, utara Rakhine yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial.
Diyakini pasukan militer dengan sengaja melakukan tindakan keras sebagai upaya menekan kelompok militan yang diduga berasal dari etnis Rohingya.
Dilaporkan juga oleh Arakan Times, pasukan tentara Myanmar serta polisi penjaga perbatasan di Rakhine membakar setidaknya 1.000 rumah warga Rohingya. Tindakan keras ini dimulai pada Sabtu dan berlanjut hingga Senin lalu. (R/R09/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta