Berlin, MINA – Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim tegaskan sikap negaranya yang konsisten membela Palestina dan menentang segala bentuk penjajahan di negara manapun. Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman, Olaf Scholz di Berlin baru-baru ini.
“Posisi kebijakan luar negeri kami tetap konsisten. Kami menentang kolonialisme atau sikap apartheid dan pembersihan etnis atau perampasan di negara manapun, baik itu di Ukraina maupun di Gaza,” tegasnya, dikutip MINA dari Dawn News, Rabu (13/3).
“Kami tidak dapat menghapus kekejaman dan perampasan selama 40 tahun yang mengakibatkan reaksi dan kemarahan dari masyarakat atau orang-orang-orang yang bersangkutan,” lanjutnya.
Dengan adanya perampasan hak-hak rakyat Palestina oleh Israel, maka Ibrahim memaklumi ketika kelompok pejuang Hamas memberikan perlawanan yang besar pada 7 Oktober 2023.
Baca Juga: Hamas Kutuk Agresi Penjajah Israel terhadap Suriah
“Kami telah mengambil posisi bahwa kita harus memahami akar masalah mendasar bahwa masyarakat, rumah mereka, harta benda, harga diri mereka tidak bisa dijarah. Jika kita dapat menyelesaikannya, mereka mau menyelesaikannya, maka saya dapat memaklumi itu,” jelasnya.
PM Ibrahim mengingatkan negara-negara Eropa, khususnya Jerman bahwa penjajahan Israel atas Palestina tidak dimulai pada 7 Oktober tahun lalu.
“Tentu saja kami mengakui kekhawatiran kami pada peristiwa 7 Oktober 2023 tetapi juga mengimbau negara-negara Eropa dan Jerman khususnya untuk mengingat fakta bahwa selama empat dekade telah terjadi kekejaman, penjarahan, dan perampasan terhadap rakyat Palestina,” kata dia.
“Jadi mari kita bergerak maju dan saya setuju dengan apa yang dikatakan Kanselir (Olaf Scholz) mengenai solusi dua negara untuk memastikan adanya perdamaian bagi kedua negara dan untuk bekerja sama memastikan adanya pembangunan ekonomi kemajuan kemasyarakatan di wilayah tersebut,” sambung Ibrahim.
Baca Juga: Pemukim Yahudi Ekstremis Rebut Rumah Warga Yerusalem di Silwan
Dia pun mengutuk negara-negara Barat karena kurangnya tindakan mereka terhadap kekejaman Israel di Gaza.
“Kemana kita telah membuang kemanusiaan kita, mengapa ada kemunafikan ini?” tegas Ibrahim.
Dia menentang keras narasi miring yang seolah-olah masalah Palestina-Israel baru dimulai pada 7 Oktober 2023. Ia menekankan, bahwa masalah tersebut sudah berlangsung selama lebih dari 40 tahun.
“Saya menolak keras narasi dan obsesi ini yang seolah-olah masalah dimulai dan diakhiri pada 7 Oktober. Ini tidak dimulai pada 7 Oktober dan tidak berakhir pada tanggal tersebut. Ini dimulai emapt dekade sebelumnya dan berlanjut setiap hari,” ucapnya.
Baca Juga: Media Ibrani: Netanyahu Hadir di Pengadilan Atas Tuduhan Korupsi
Menurut Ibrahim, komunitas internasional harus bergerak bersama guna memastikan tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan oleh pihak manapun.
“Permasalahan sekarang adalah permusuhan. Maka stop pembunuhan sekarang juga dan komunitas internasional, Jerman, Malaysia dan negara-negara tetangga memastikan bahwa tidak ada lagi kekerasan yang dilakukan oleh pihak manapun terhadap umat Islam umat Yahudi Kristen. Mereka harus dibiarkan hidup dengan damai,” jelasnya.
Agresi militer Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina dan mencederai lebih dari 72.600 orang lainnya.
Mahkamah Internasional mengeluarkan putusan awal pada 26 Januari yang memerintahkan Israel untuk berhenti melakukan genosida dan mengupayakan perbaikan kondisi kemanusiaan di Gaza. Namun hingga kini, Israel mengabaikan keputusan tersebut. (R/Ai/P2)
Baca Juga: Hamas Sayangkan Terbunuhnya Pejuang Perlawanan di Tepi Barat, Serukan Faksi Palestina Bersatu
Mi’raj News Agency (MINA)