Lazis Jateng Membina 800 Lansia di Kabupaten Semarang

Semarang, MINA – Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Jawa Tengah (Lazis)  Jawa Tengah, dan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat membina 800 lanjut usia di Kabupaten Semarang, Jateng.

“Seiring tingginya jumlah Dhuafa yang harus dilayani, Laziz Jateng hadir memberikan suport kepada Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat untuk membina 800 lansia binaan yang di 13 rombongan belajar,” kata Agung Widodo, Pimpinan Kantor Layanan , Kabupaten Semarang dalam keterangan tertulis, Jumat (23/6).

Ia menuturkan, puluhan lansia tampak duduk bersila di atas karpet sebuah masjid yang tidak terlalu besar. Dengan khidmat dan sesekali diselingi gelak tawa mereka mendengarkan ceramah Ustad Solihin, Direktur Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat, Kabupaten Semarang.

Para jamaah itu mayoritas berusia di atas 60 tahun. Mereka adalah warga Dusun Pancuran Desa Banyubiru. Dusun terpencil di lereng Gunung Kendil di ketinggian 900 mdpl, dengan jalan terjal dan jurang nan dalam di kanan kirinya.

Itulah suasana guyup yang jamak ditemui dalam kegiatan salah satu rombel (rombongan belajar) pesantren khusus lansia ini. Istilah rombel digunakan untuk santri-santri lansia kelas jauh luar asrama. Selain santri yang mukim di pesantren, Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat memiliki 775 santri binaan yang tersebar di 13 rombel di 13 desa dalam 6 kecamatan.

Baca Juga:  Senantiasa Beramal Shaleh adalah Mindset orang Beriman

Di Kabupaten Semarang sendiri, saat ini tercatat 140.000 lansia dari total satu juta penduduk. Mereka mayoritas berlatar sosial ekonomi pra-sejahtera dengan profesi rata-rata petani ladang kecil atau buruh tani. Problem ekonomi, kesehatan dan spiritual memang menjadi masalah utama para lansia tersebut. Di tiga ranah itulah Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat hadir memberikan solusi.

Untuk masalah ekonomi, pesantren memberikan bantuan biaya hidup dengan menggalang dana sendiri atau bekerja sama dengan lembaga amil zakat. Untuk masalah kesehatan pesantren bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat.

Sementara untuk mencover kebutuhan spiritual, pesantren rutin melakukan pembinaan seperti pengajian-pengajian yang digelar rutin di setiap rombel, dengan suport 3 fakultas UIN Salatiga, Fakultas Dakwah, Fakultas Syariah dan FUADAH, Fakultas Usuludin Adab Hadits dan Humaniora

Baca Juga:  PP Muhammadiyah: Jangan Bosan Dukung Kemerdekaan Palestina

Sinergi dengan Laziz Jateng
Seiring tingginya jumlah Lansia Dhuafa yang harus dilayani, Laziz Jateng hadir memberikan suport kepada Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat untuk membina 800 lansia binaan yang di 13 rombel.

Agung Widodo menyampaikan, kerja sama strategis ini akan menjadi tonggak baru program layanan lansia khususnya di Semarang.

“Dengan pengalaman 5 tahun menghadirkan program-program inovatif pelayanan lansia, kami mempercayakan titipan para donatur kami khususnya donatur program lansia untuk disalurkan kepada lansia binaan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Kami berharap dengan kerja sama ini, Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat bisa mendampingi 10 rb lansia dari 140 rb lansia di kabupaten Semarang,” ujarnya.

Tidak hanya bekerja sama dengan lembaga penggalang dana, Pesantren Kasepuhan Raden Rahmatpun bersinergi dengan Dinas terkait di Kabupaten Semarang untuk mengelola program-program lansia khususnya Dhuafa dan Terpencil. Salah satunya adalah perintisan sekolah khusus warga lansia. Tujuan sekolah ini adalah untuk membekali para lansia dengan berbagai pengetahuan.

Baca Juga:  Mulai Bergerak ke Rafah, Israel Usir Paksa Warga Palestina

Sementara Direktur Pesantren Kasepuhan Raden Rajmat Kabupaten Semarang, Mohamad Solikin mengatakan, awal berdirinya sekolah lansia ini adalah TPQ Lansia yang tersebar di 6 kecamatan. Yaitu Getasan, Jambu, Ambarawa, Banyubiru, Tuntang, Bancak dan Pabelan.

“Satu sekolah sudah terbentuk di desa Gedong Banyubiru dan akan melakukan wisuda pada tahun ini, Saat ini PKRR juga tengah merintis pembukaan Pesantren Tetitarah rencananya akan dibuka di Daerah Wiru Kecamatan Bringin. Pesantren ini berfungsi untuk penyembuhan dan pemulihan lansia yang memerlukan perhatian khusus,” ujarnya

Tasliyah (62 tahun) santri lansia asal dusun Gedong, merasa senang dengan program ini, karena banyak tetangganya sekarang rajin ngaji dan shalat.

“Dahulu kampung ini jarang yang bisa shalat dan mengaji, sejak adanya program TPQ Lansia ini, Alhamdulillah lebih dari 80% warga di Gedong ini sekarang rajin shalat dan rajin mengaji,” ujarnya. (R/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.