Pariwisata Islam (Indonesia menyebutnya pariwisata Syariah) adalah subkategori dari wisata religi yang ditujukan untuk keluarga Muslim, dimana mereka mematuhi aturan-aturan Islam, atau dikatakan sebagai pariwisata yang ramah untuk gaya hidup Muslim.
Kategorisasi barang dan jasa terkait pariwisata, dirancang, diproduksi dan disajikan ke pasar harus berdasarkan aturan Islam atau halal. Seperti banyak penggunaan istilah umum dalam sehari-hari misalnya, hotel, penerbangan, dan makanan halal.
Halal dalam bahasa Arab berarti hal-hal yang dibolehkan, tidak hanya diterapkan untuk makanan, tetapi mencakup produk-produk syariah, dimulai dari transaksi perbankan untuk kosmetik, dan vaksin. Hal ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan Muslim.
Dengan demikian, negara-negara di seluruh dunia harus mulai menggunakan konsep Pariwisata Islam, untuk memastikan wisatawan Muslim mendapatkan kenyamanan yang maksimal selama berwisata dan mampu melaksanakan ibadah ketika berlibur.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Padang, Sumatera Barat adalah salah satu destinasi wisata yang banyak mengandung unsur religi apalagi jika dikaitkan dengan wisata nya, tentu sudah sepantasnya dijuluki kota religi atau destinasi wisata syariah.
Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah dengan gebrakannya yang baru, membuat Padang mendapat banyak penghargaan diantaranya Penghargaan Kota Sehat 2015, Kota Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) 2015 dan lain sebgainya.
Kini adat yang terkenal dengan julukan Adat Bansandi Syarak, Syarak Bansandi Kitabullah itu sudah mulai berkiprah kembali dan berhasil membuat kota penghafal Quran, dengan kewajiban yang diembankan kepada siswa ataupun mahasiswa wajibnya untuk bisa menghafal dan syarat masuk ke sekolah maupun universitas, salah satu contoh, jika hafal 10 juz bisa langsung masuk fakultas kedokteran.
Begitu juga dengan wisatawan manca negara, mulai dari Timur Tengah, Qatar, Arab Saudi, Malaysia dan Singapura, Thailand, Filipina mulai berbondong-bondong mengunjungi Padang, menikmati wisatanya, dan makanannya yang sudah terjamin halal serta menjalin beberapa kerja sama.
Tepat 29 Januari 2016 wartawan kantor berita Islam Internasional Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Septia Eka Putri melakukan wawancara eksklusif tentang destinasi pariwisata syariah kota Padang di kediaman Rumah Dinas wali kota Padang, Mahyeldi Ansharullah. Berikut adalah hasil wawancaranya:
MINA: Apa arti pariwisata Islam menurut Anda?
Mahyeldi Ansharullah: Berbicara masalah wisata, identik dengan pantai dan wisata syariah dan juga dikaitkan dengan budaya, kita juga mempunyai kekayaan sejarah, kemudian budaya dengan berlandas Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK) , kesenian kita tidak ada tarian yang minim busana, rata-rata pakaiannya memiliki busana yang baik, kemudian juga ada wisata pulau, bagaimana akhlak-akhlak yang Islami itu terjaga dan tidak bebas begitu saja, Padang juga memiliki 19 pulau dan di pulau tersebut ada wisata keluarga.
Saat ini di Padang kalau berbicara Rendang sudah pasti dan terjamin kehalalannya, begitu juga kekentalan penduduk yang Islami. Islam adalah cara hidup dimana orang-orang yang menerimanya berdasarkan disiplin ilmu dan apa yang kita percaya. Ketika bepergian, tentu tujuannya adalah makan, lalu manakah makanan yang baik menurut Islam, tentu yang dijamin kehalalalnnya (halal menurut Islam) yang dapat kita makan, dan Padang menyediakan tempat tersebut (Pariwisata syariah).
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Di Padang sudah dari dulu menanamkan peraturan syariah, bahkan sudah mempunyai banyak hotel syariah diantaranya ada Hotel Sriwijaya, Nahwawi, Hotel Rangkayo Basa dan Bunda.
Kita juga melakukan pengontrolan yang ketat terhadap tamu-tamu yang datang.
MINA: Apakah Padang ada upaya tertentu untuk bisa berkompetisi dalam meningkatkan destinasi pariwisata syariah?
Mahyeldi Ansharullah: Kalau kita bicara masalah Padang dan juga syariah, saya kira itu suatu hal yang sudah melekat, bukan hanya kota Padang tapi Sumatera Barat, kenapa? Karena memang falsafahnya ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’ Syarak mangato Adat mamakai.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Secara prinsip itu, dari segi implementasinya kita di Kota Padang sesuai dengan visi misi pariwisata yang dilandasi dengan budaya dan religius tahap 2014-2019 ini, maka dari itu religius merupakan bagian yang akan mewarnai dari pariwisata yang kita kerahkan.
Di antaranya beberapa hal yang dilakukan adalah bagaimana wisatawan menikmati pariwisata yang nyaman dan berkesan kemudian dilandasi budaya dan religius. Sejak pertengahan 2015 lalu, kita mencoba mengimplementasikan itu, sekarang sedang merapikan bangunan yang dulu terkesan agak negatif dan sudah dibersihkan.
Insha Allah hal ini sudah sampai ke Muaro (salah satu nama daerah di kota Padang) nah, ini dari segi pantai, kemudian juga di daerah Pasir Jambak sempat melakukan pembakaran pondok-pondok yang terkesan negatif dan kemudian hal-hal yang berbaur negatif bisa kita hancurkan, selanjutnya dengan kuliner, rendang kita sudah terkenal dan menjadi makanan favorit di dunia.
Alhamdulillah kemarin sudah diresmikan rumah potong hewan, yang terjamin kehalalannya, sebetulnya sudah dari dulu halal, karena di Minang ini tidak ada yang haram, cuma ini secara prosedurnya itu adanya jaminan daging halal. Di rumah potong yang dikelola secara baik bisa dikendalikan secara baik dan juga secara kesehatan, Rumah Potong daging ini berlokasi di Aia Pacah yang sudah mulai bergerak baru baru ini
MINA: Program khusus dilakukan Padang saat ini apa saja? Contohnya seputar apa?
Mahyeldi Ansharullah: Pemerintah Kota juga memberikan dukungan terhadap labeling produk dengan label halal, dan di dukungan dengan dana APBD dan kita juga melangkah kepada ke restoran, bagaiman restoran itu bisa di sertifikasi halal, yang nantinya akan dijamin kehalaln dan diberikan label halal, mewujudkan kota yang halal, dan kita juga berkomunisai dengan MUI yang seharusnya senin lalu bisa bertemu dengan balai POM untuk menciptakan pariwisata halal.
Namun, karen ada halangan jadi tertunda untuk sementara waktu. Saya sudah berkomunikasi denga MUI, dan kita salah satu kota yang direkomendasikan dengan pariwisata yang halal, bahkan kita sekarang sedang berusaha untuk memaksimalkan mengajak investor dari Timur Tengah untuk membantu pembenahan salah satu kawasan pariwisata.
Pada bulan Oktober yang lalu saya bergabung dengan rombongan presiden di Qatar, saya bertemu Auotority Investmen dan kita sudah bertemu dengan duta besar (dubes) RI di Qatar, bertemu Raja Qatar. Lebih kurang 15 hari lalu saya bertemu Dubes Qatar di Indonesia, hanya kota Padang yang bergabung dengan bapak Presiden, sebelumnya kita sudah berkomunikasi dengan dubes Qatar untuk melihat kawasan yang kita tawarkan.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Kawasan seluas 400 hektar adalah kawasan terpadu wisata halal. Pada April 2016 ini tim dari Arab Saudi juga akan datang, kita juga mempersiapkan tim khusus untuk mempromosikan produk kita di Arab Saudi.
MINA: Berapa jumlah turis asing, domestik tiap tahun, adakah peningkatan dalam kunjungan?
Mahyeldi Ansharullah: Dari tahun ke tahun terus adanya peningkatan wisatawan asing maupun domestik, yang banyak adalah turis domestik, kalau turis dari luar negeri, sering adanya kunjungan, Arab Saudi, Mesir, tapi tidak terlalu banyak.
Secara potensil kita meliputi peluang yang besar, kita sangat bersinergi dengan Malaysia, karena turis dari Timur Tengah khususnya lebih banyak ke Malaysia. Dalam rangka mengajak turis Timur Tengah, kita juga bekerja sama dengan Malaysia. Malaysia sendiri juga cukup banyak melakukan kunjungan, kalau tahun lalu 1 flight (penerbangan) sekarang 3 flight sehari.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Kemudian juga dari Singapura sedang di persiapkan, di Malaysia kunjungan sering dimaksimalkan untuk acara seminar diskusi, lalu rombongan dari Klantan, sambil mereka berwisata ke beberapa daerah Sumatera Barat, mereka juga mengadakan pertemuan internasional dengan Padang sekaligus mengundang dari Filipina dan Thailand, dan kita mendorong adanya konferensi internasional tersebut.
MINA: Ridwan Kamil wali kota Bandung terkenal dengan Smart City, bagaimana dengan Padang sendiri?
Mahyeldi Ansharullah: Kita sudah lama merancang, dan bahkan dari dinas kita sudah full IT, perizinan kita sudah satu pintu, sistem keuangan, perhubungan sudah memakai IT, bisa memantau beberapa titik melalui cctv dan pelanggaran di lampu merah, dan ini untuk mensinergikan.
Bahkan kita sudah dalam penggangaran full elektronik, perencananaa di kelurahan sudah bisa online, kalau di Bandung ada komandonya, kita insha Allah mengarah kesana, kalau hal lainnya kita sudah memakai sistem full IT.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
MINA: Berbicara tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah sejauh mana sosialisasi dan persiapan mengingat saingan didalam pasar global?
Mahyeldi Ansharullah: Kaitan dengan masalah Mea, banyak bidang tentunya, kita sudah menyikapi waktu yang lama berkaitan dengan Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKN), di kota padang sejak 2010, penguatan terhadap UMKM produk kita dirikan koperasi jasa keungan syariah ada disetiap 104 kelurahan dan koperasi Syariah tersebut untuk mem back up modal terhadap UMKM, sekarang kita sudah punya aset sebanyak 45 Miliar.
Koperasi masjid juga ada, upaya kita meguatkan modal tersebut tentu memerlukan pendampingan. Ada pendamping kelembagaan syariah sebanyak 350 orang pendamping, uang intensif kota Padang, ini untuk menyikapi kualitas produk, dan dukungan label halal UMKM, dalam rangka mempersiapkan persaingan secara internasional.
Mau tidak mau ukuran label adalah bagian memenuhi kriteria yang bisa live ditataran internasional. Kita juga mencoba melakukan trobosan pasar untuk prodak UMKM, dan ini upaya nyata. Sekarang sudah ada surat keputusannya yang akan memenuhi kriterian internasional, di antaraya ada Rendang Tuna, yang memenuhi kriteria, dan rumah potong hewan.
MUI mengeluarkan label halal, salah satu deposit apakah memenuhi kesehatan? Memenuhi kriteria syariah tidak? Maka, rumah potong hewan salah satu bagian rumah potong yang memenuhi persyaratan, ini dalam rangka menyiapkan kualitas produk kita, hingga label halal, kemudian kuliatas produknya dan dukungan dalam bersaing.
Berkaitan dengan dengan Sumber Daya Manusia (SDM), kemarin kita bekerjasama dengan LPK San Marino Jogjakarta, dari Timur Tengah, menyediakan lapangan kerja trampil seperti kesehatan, perhotelan, pariwisata dan perkapalan. Lulusannya untuk bekerja di Timur Tengah sana.
Tamatan SMK, kita sudah siap dikirim kesana, dan ini salah satu termasuk program Kota Padang yang baru 2015 sudah ada lulusan SMK yang dikirm. Tentu yang dikirm juga harus memenuhi kriteria seperti kemampuan bahasa Inggris dan Arabnya serta potensial dan memiliki skil. (L/P007/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)