Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENGATASI PENGUNGSI TIMUR TENGAH

Widi Kusnadi - Sabtu, 12 September 2015 - 17:21 WIB

Sabtu, 12 September 2015 - 17:21 WIB

738 Views

Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur. (MINA)
Imaamul Muslimin, KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA

Imaamul Muslimin, KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA

Oleh : Imaamul Muslimin, KH. Yakhsyallah Mansur, MA

Berdasarkan data yang dirilis lembaga PBB untuk pengungsi, UNHCR per 18 Juni 2015 jumlah pengungsi dunia mencapai 59,5 juta jiwa. Suriah menjadi negara dengan jumlah pengungsi terbanyak hingga 7,6 juta jiwa.

Beberapa bulan terakhir, mereka mengadu nasib ke negara-negara Eropa. Mereka mengarungi Laut Mediterania, mempertaruhkan nyawa demi menggapai masa depan yang lebih baik.

Menjadi ironi sebab hingga kini belum ada komitmen nyata yang ditunjukkan oleh sebagian besar negara-negara di kawasan  Timur Tengah dalam menyikapi keberadaan jutaan pengungsi warga negara tetangganya itu.

Baca Juga: Agar Waktu Menjadi Berkah

Ketidaksiapan negara-negara Arab ini tentunya memiliki sejarah panjang, sebab tak satu pun dari negara-negara Timur Tengah adalah penandatangan PBB Konvensi Pengungsi 1951, yang menyebutkan kewajiban menampung para pengungsi serta kewajiban negara untuk melindungi mereka.

Namun untuk menampung pengungsi, tampaknya masih jauh panggang dari api. Dalam hal visa saja misalnya, seperti laporan Amnesti International menunjukkan ada enam negara di kawasan Teluk yang diminta menerima visa pengungsi asal Suriah.

Negara-negara tersebut adalah Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Oman dan Bahrain. Namun , mereka tidak mengeluarkan visa para pengungsi itu.

  1. Kembali kepada Al Qur’an

Tentunya ada hal yang mendesak untuk mengubah kebijakan pemerintah negara-negara Timur Tengah untuk menerima pengungsi Suriah dan negara-negara tetangganya.

Baca Juga: Serangan Siber Fisik di Lebanon: Perang di Era Baru?

Kami juga menghimbau kepada para pemimpin Timur Tengah untuk kembali kepada Al-Quran dan Assunnah mengedepankan sikap tolong menolong yang merupakan ciri khas umat Muslim sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan  shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā: sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. At-Taubah [9]:71)

Sebagaimana Rasulullah bersabda dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, “Orang Islam saudaranya orang Islam yang lain, tidak boleh ia menganiayanya, tidak boleh membiarkannya (dengan tidak mau menolongnya). Dan barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya, Allah akan menolong kebutuhannya. Barangsiapa yang meringankan satu kesusahan orang muslim, Allah akan meringankan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahannya pada hari qiyamat, dan barangsiapa menutup aib (cela) orang Islam, Allah akan menutup aib (cela)nya besok pada hari qiyamat”. [HR. Bukhari juz 3, hal. 98]

Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Barangsiapa meringankan satu kesusahan orang mukmin dari kesusahan-kesusahan-nya di dunia, maka Allah akan meringankan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari qiyamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang dalam kesulitan, Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutup aib orang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2074]

Baca Juga: Geger Peretasan Alat Komunikasi Hezbollah oleh Israel, Amankah Handphone dari Ancaman Peretas?

Kepada pemimpin negara-negara Timur Tengah hendaknya mengambil langkah-langkah menuju perdamaian dengan menekankan perlunya konsolidasi Arab dan Islam untuk mengatasi krisis politik dan ekonomi berkepanjangan yang diakibatkan pertentangan antara elit politik.

  1. Peran Ulama

Para ulama khususnya di Timur Tengah mempunyai peran penting dengan memberikan fatwa dan pernyataan yang menyejukkan masyarakat. Peran ulama dalam membangun motivasi, semangat masyarakat sangat dibutuhkan di tengah krisis seperti saat ini.

Sejak dulu, ulama memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai peristiwa sejarah penting, terutama sejarah perubahan masyarakat (social engineering). Bahkan nyaris tidak ada satu pun perubahan masyarakat di dunia ini yang tidak melibatkan peran ulama.

Mereka jugalah orang pertama yang menyebarkan kesadaran ini di tengah-tengah masyarakat hingga masyarakat memiliki kesadaran kolektif untuk melakukan perubahan. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa ulama merupakan sumber dan inspirasi perubahan.

Baca Juga: Adam ‘Alaihissalam Khalifatullah

Peran dan fungsi strategis ulama sebagai pewaris para nabi, harus memelihara dan menjaga agama Allah Swt dari kebengkokan dan penyimpangan. Perannya bukan hanya sekadar menguasai khazanah pemikiran Islam, baik yang menyangkut masalah akidah maupun syariah, tetapi juga bersama umat berupaya membangun peradaban, sehingga Islam menjadi mulia.

  1. Potensi para Aghniya (Orang Kaya)

Kaum aghniya dan filantropis juga memiliki peran penting  dalam membangun ekonomi Timur Tengah. Uang yang disimpan di bank-bank Amerika, atau yang diinvestasikan di klub-klub sepak bola Eropa akan lebih bermanfaat jika sebagiannya digunakan untuk membantu pengungsi, membantu menciptakan lapangan kerja bagi saudara-saudaranya dari Timur Tengah.

Negara-negara Arab yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah tentunya memiliki tanggung jawab moral melihat gelombang pengungsi ke Eropa itu. Mereka hendaknya terketuk hati melihat penderitaan para pengungsi.

Majalah The Richest merilis tokoh-tokoh Arab dengan Kekayaan Supernya seperti ; Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dari Uni Emirat Arab (UEA) dengan nilai kekayaan mencapai USD 4,5 miliar (Rp 54,7 triliun). Ada juga Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan dengan kekayaan mencapai USD 4,9 miliar (Rp 59,6 triliun). Ia adalah Menteri Urusan Pemerintahan di Abu Dhabi, dan Sheikh Khalifa Bin Zayed Al Nahya dengan kekayaan mencapai lebih dari USD 150 miliar (Rp 1,8 ribu triliun) dengan Abu Dhabi Investment Authoritynya

Baca Juga: Renungan Surah Ash-Shaff Ayat 2-3 bagi Wartawan sebagai Penyeru Kebenaran

Sementara itu, di Qatar ada nama Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani yang memiliki kekayaan USD 2,4 miliar (Rp 29,2 triliun). Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, pundi-pundi keuangannya mencapai USD 2 miliar (Rp 24,3 triliun). Ia memilih menanamkan modal di beberapa perusahaan Inggris seperti Harrods, Barclays and Sainsbury’s.

Ada juga Sheikh Faisal bin Qassim Al Thani dengan kekayaan mencapai USD 2,2 miliar (Rp 26,7 triliun). Ia memiliki perusahaan Al Faisal Holding Company yang bergerak di berbagai industri, termasuk real estate. Perusahaan pimpinannya sering terlibat dalam pembangunan hotel mewah dan hunian kelas atas.

Di Arab Saudi, ada Sheikh Mohammed Hussein Ali Al-Amoudi (orang terkaya ke-63 di dunia) dengan kekayaan mencapai USD 14,3 miliar (Rp 174 triliunan). Ia meraih gelar Sheikh karena kekayaan dan prestasinya di dunia bisnis.

  1. Kontribusi Indonesia

Indonesia sebagai negara terbesar jumlah penduduk Muslimnya dapat menawarkan bantuan bagi para pengungsi Timur Tengah sebagaimana pernah menyediakan Pulau Galang (Batam) pada 1979 – 1996 untuk para pengungsi Vietnam.

Baca Juga: Tadabbur Surat Al-Ahzab Ayat 56, Allah dan Malaikat Pun Bershalawat kepada Nabi SAW

Rakyat Indonesia juga terkenal dengan sikap santun dan dermawan. Setiap terjadi musibah bencana alam atau tragedi kemanusiaan, kita selalu memberi bantuan berupa barang pangan, pakaian, medis, sampai tenaga relawan.

Bagi ormas-ormas Islam, mereka bisa menyumbangkan pemikiran, ide, gagasan dan menggalang dana untuk membantu mengatasi permasalahan pengungsi sebagaimana Vatikan yang menganjurkan para jamaahnya memberikan bantuan makanan dan pakaian kepada para migran di negaranya.

  1. Waspada Campur tangan Asing

Para pemimpin Timur Tengah sudah selayaknya sadar akan intervensi pihak-pihak asing terhadap negaranya. Isu demokrasi yang dihembuskan, Arab Spring yang menjadi tren di negara-negara kawasan teluk justru menjadi momok yang menjadikan masyarakatnya menjadi pengungsi.

Demokrasi sudah jelas tidak cocok bagi masyarakat Timur Tengah. Sistem itu tidak bisa dipaksakan untuk diterapkan disana. Keselamatan dan keamanan rakyat jelas lebih utama untuk diupayakan dibanding penerapan demokrasi bagi negaranya.

Baca Juga: Terapi Hutan Dalam Tinjauan Sains dan Islam

Adanya ISIS yang mengatasnamakan Islam juga menjadi bahaya tersendiri bagi masyarakat Timur Tengah. Dengan kekejaman dan kebengisan yang mereka lakukan, mereka harus dihapuskan dari bumi Timur Tengah.

Untuk menghadapinya, tentu harus menggunakan pendekatan akidah dan pemahaman yang benar. Tindakan militer hanya akan memperparah penderitaan rakyat tak berdosa yang ada di sekitarnya.

(R05/R03)

 

Baca Juga: Shalat dan Transformasi Spiritual

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

Baca Juga: Kesabaran dan Eksistensi Manusia

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Internasional
Palestina
Internasional