Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjual Berita Buruk

Ali Farkhan Tsani - Senin, 23 Oktober 2017 - 03:44 WIB

Senin, 23 Oktober 2017 - 03:44 WIB

306 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

News is information about current events. (Berita adalah informasi tentang kejadian terkini).

Dalam hal ini wartawan menyebarkan berita melalui berbagai media, baik cetak, elektronik (radio, televisi), maupun online.

Maka, berita dimaknai sebagai  informasi yang dipublikasikan pada media massa tentang kejadian terkini di dunia.

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

Manusia secara umum menunjukkan keinginan yang hampir universal untuk berbagi berita, dan mereka puas dengan saling berbicara dan berbagi informasi.

Apalagi saat ini era perkembangan Teknologi Informasi melalui Media Sosial, telah meningkatkan kecepatan penyebaran berita.

Kecenderungan seperti ini menuntut perlunya kecepatan pemberitaan oleh seorang wartawan dan media massa tempat produksi berita. Tentu tanpa mengurangi nilai ketepatan dan keakuratan berita tersebut.

Informasi di sini adalah fakta, data, dan pengetahuan yang diperoleh wartawan melalui liputan, wawancara, siaran pers, membaca berita dari media lain dan sumber lainnya.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Dalam dunia komunikasi seperti media massa, maka informasi itu bukan sekedar informasi tanpa makna, bukan sekedar melihat lalu mencatat, atau membaca lalu menerjemahkan tanpa isi. Namun informasi (termasuk data) yang membawa misi pengetahuan dan pencerdasan. Ini sesuai dengan makna komunikasi sebagai penerimaan pengetahuan atau kecerdasan (the communication or reception of knowledge or intelligence – Merriam Webster Dictionary).

Dalam dunia Business Dictionary, karena media massa sudah menjadi industri informasi, maka data atau informasi yang punya nilau jual itu mesti memenuhi kriteria akurat dan tepat waktu (accurate and timely), spesifik dan terorganisir untuk suatu tujuan (specific and organized for a purpose), disajikan dalam konteks yang memberi makna dan relevansi (presented within a context that gives it meaning and relevance), dan dapat menyebabkan peningkatan pemahaman dan penurunan ketidakpastian (can lead to an increase in understanding and decrease in uncertainty).

Jika demikian, maka informasi seperti itu akan berharga, punya nilai, bukan hanya dibaca, bahkan orang atau perusahaan rela untuk berlangganan dan membelinya. Bahkan ada yang siap membeli website penyedia berita tersebut hingga ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Sebab informasi yang didapat atau disiarkan dapat mempengaruhi perilaku (behavior), keputusan (decision) dan hasil perusahaan (outcome).

Bahkan berita buruk pun seringkali dianggap menjadi peluang sebagai berita baik. Bad news is good news. Good news is no news. No news is bad news”.

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Dalam kajian Psikologi Perusahaan The School of Herring, dikatakan bahwa berita buruk adalah kabar baik. Manajemen perusahaan menginginkan bisnis dan profesinya menjadi penuh dengan hal-hal positif dan menyenangkan. Untuk ke arah itu, maka pihak perusahaan memperlakukan kabar buruk sebagai kabar baik.

Sehingga bisa dikatakan kabar buruk itu kabar baik, kabar baik bukan kabar, dan tidak ada kabar buruk. Artinya adalah biarkan kabar buruk muncul dalam organisasi maupun informasi. Lalu kabar buruk dibawa ke pihak manajemen perusahaan. Kemudian jajaran direksi dapat mengambil tindakan dan memperbaiki masalah dengan segera. Begitulah kabar baik mereka.

Itulah mengapa yang sering dikatakan sebagai “bad news’ itu, seperti limbah industri yang meresahkan warga, kenaikan biaya listrik yang mencekik rakyat, korupsi yang tersistematis, reklamasi yang menuai kontroversi, ternyata berita-berita seperti itu diperlukan, dibaca orang, bahkan siap dibeli perusahaan.

Ini karena, seperti analisis Prof Jill McCluskey, seorang guru besar ekonomi di Washington State University yang mengemukakan bahwa orang akan selalu menginginkan kabar buruk karena mereka tidak ingin situasi buruk itu terjadi pada mereka.

Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global

Itu semua mesti disajikan oleh wartawan dalam bentuk berita yang menarik. Namun, karena mengingat keterbatasan ruang waktu dan tempat, kesibukan manusia pada bidang pekerjaan masing-masing, serta kecenderungan manusia lebih memilih informasi-informasi singkat, pokok-pokoknya saja, sesuai keperluannya. Maka di sinilah wartawan menyajikannya dalam bentuk berita lempang atau lurus (straight news, soft news).

Selamat menulis dan selamat menjadi wartawan pejuang kebenaran dan keadilan. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Indonesia
Feature
Kolom
Kolom