Washington D.C., MINA – Militer Amerika Serikat (AS) membeli data lokasi yang dikumpulkan dari aplikasi seluler yang diunduh jutaan kali di seluruh dunia.
Investigasi dilakukan oleh Motherboard, majalah online milik grup Vice Media Amerika-Kanada, melalui catatan publik, wawancara dengan pengembang, dan analisis teknis.
Aplikasi paling populer di antara mereka yang menjadi target adalah aplikasi sholat Muslim dan aplikasi Alquran bernama Muslim Pro, yang memberi pengguna waktu sholat yang tepat, dan menunjukkan arah kiblat
Aplikasi tersebut diunduh lebih dari 98 juta kali di seluruh dunia, demikian Anadolu Agency melaporkannya yang dikutip MINA, Rabu (18/11).
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Sementara aplikasi lainnya termasuk aplikasi pengenalan Muslim, dan aplikasi untuk mengikuti kabar cuaca, dan sejenisnya.
Banyak pengguna aplikasi yang terlibat dalam rantai pasokan data adalah Muslim, yang dipandang sebagai kelanjutan dari kebijakan AS yang telah berusia puluhan tahun di sebagian besar negara Muslim seperti Afghanistan dan Irak.
Seorang juru bicara Komando Operasi Khusus AS, cabang militer yang berfokus pada kontraterorisme, membenarkan laporan berita itu, dengan mengatakan data dibeli untuk membantu operasi luar negerinya.
Sementara pihak aplikasi Muslim Pro memberikan klarifikasi bahwa laporan tersebut tidak benar.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
“Muslim Pro berkomitmen untuk melindungi dan mengamankan privasi pengguna kami. Ini adalah masalah yang kami tangani dengan sangat serius,” Tulis Muslim Pro dalam pernyataan resmi yang diunggah di akun resmi Twitter-nya, Selasa (17/11). (T/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran