Mualaf Asal Belanda Berbagi Pengalaman Masuk Islam

Mualaf asal . (Foto: Merdeka)

Jakarta, 23 Rabi’ul Akhir 1438/22 Januari 2017 (MINA) – Mualaf asal Belanda Malika Feer berbagi pengalamannya tentang awal mula memeluk kepada jamaah Tabligh Akbar di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta, Ahad (22/1). Ia telah memeluk Islam sejak 2003 silam.

“Saya masuk Islam berawal dari rasa penasaran tentang Islam. Di kalangan keluarga saya, Islam terkenal sebagai ajaran teroris. Kemudian saya bertanya, apa benar Islam itu teroris? Kalau Islam itu teroris, berarti kalian semua teroris,” canda Malika diiringi senyuman jamaah yang hadir.

Muslimah yang kini berhijab itu mengaku bahwa sebelum masuk Islam ia sangat membenci Islam. Bahkan, ia enggan bersinggungan dengan orang Islam dan yang berhubungan dengannya.

“Ayah saya seorang Atheis, ia membolehkan saya memeluk agama apapun asal jangan Islam. Karena Islam itu ajaran teroris, terutama setelah peristiwa WTC tahun 2001, saya tidak mau bersinggungan dengan ajaran Islam atau yang berhubungan dengannya,” kata Malika.

Malika mengungkapkan, dirinya sering merenung tentang siapa sebenarnya pencipta keindahan alam ini. “Keindahan sebuah masjid, ada arsiteknya. Kecantikan sebuah lukisan juga ada pelukisnya. Maka tidak mungkin dunia yang indah ini tidak ada penciptanya,” kata Malika.

Dalam perjalanannya mencari pencipta alam semesta, Malika mengaku mulai tertarik terhadap Islam. Ketika itu, ia berusia 18 tahun dan sedang menghadapi ujian kelulusan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Belanda.

“Saya berkata kepada diri saya, bila lulus saya akan masuk Islam, bila tidak saya tidak akan pernah masuk Islam,” kata Malika. Akhirnya ia berhasil lulus dan melanjutkan studi di Amerika. Namun ia belum memutuskan masuk Islam.

Di Amerika, Malika bertemu dan berkenalan dengan teman barunya yang beragama Islam dari Turki.  “Saya berteman baik dengan muslimah Turki dan saya berbicara banyak dengannya mengenai agama dan Tuhan,” kata Malika.

Malika mengungkapkan bahwa ketika itu, temannya dari Turki menginginkan dirinya masuk Islam dan menuntunnya untuk membaca kalimat ‘Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna sayyidina Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu’.

“Setelah saya selesai membaca itu, teman saya berkata: ‘Malika, sekarang kamu sudah masuk Islam’,” kenangnya. Malika mengaku terkejut dengan pernyataan temannya.

Setelah itu, ia menulis di sebuah kertas dengan tulisan latin bahwa ia tidak mau masuk Islam. “Kertas itu masih saya simpan,” katanya. Kemudian ia memutuskan untuk mencari tahu tentang Islam melalui buku dan juga internet.

Selain itu, Malika mengatakan ia juga pergi ke Turki bersama temannya untuk bertemu dengan seorang ulama di sana.

Setelah pulang dari Turki, Malika kembali bertemu dengan temannya seorang warga Irak. Malika pun kembali bertanya tentang Islam kepadanya. Muslim Irak itu pun menjelaskan dengan baik tentang Islam yang sebenarnya kepada Malika. Malika mendapat kesimpulan bahwa Islam tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya, seperti yang diceritakan oleh teman-temannya.

“Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, semua sudah tertera dalam Al-Quran penjelasan tentang Tuhan dan kehidupan,” kata Malika.

Setelah semua proses itu, Malika memutuskan untuk memeluk agama Islam. Walau banyak tantangan berat yang harus dihadapinya dari keluarga serta lingkungannya, ia tetap berpegang teguh kepada Islam. (L/R06/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.