Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Bersatunya barisan Santri dan Ulama dalam melakukan perlawanan terhadap upaya penjajahan kembali oleh sekutu pada 1945, merupakan bagian dari pelaksanaan syariat bagi umat Islam.
Demikian Mudir (pimpinan) Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, Muflihudin, Lc pada amanat selaku inspektur upacara perayaan Hari Santri Nasional (HSN) di lapangan Gaza, Al-Muhajirun, Negaratu, Natar, Lampung Selatan, Sabtu, (22/10).
“Kepres No.22 tahun 2015 merupakan pengakuan akan besarnya peran para ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan RI. Hari santri tidak bisa dipisahkan dari perjuangan kemerdekaan, proklamasi, oleh karena itu merupakan wujud kesyukuran, walaupun kita tidak meminta pengakuan kepada manusia, tapi setidaknya peran santri dan ulama akan dikenang, walaupun bukan untuk cari nama, tapi betul lillahi ta’ala,” katanya.
Karenanya, Muflihudin berharap momentum hari santri ini, umat Islam bersatu dalam satu barisan sebagaimana yang dilakukan umat Islam saat menghadapi tentara sekutu.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Mudah-mudahan dengan peringatan (HSN) ini kita semua akan semakin menyadari pentingnya arti kesatuan dan persatuan umat Islam, menyadari pentingnya hidup berjamaah bahu membahu sehingga berjaya menaikkan harkat dan martabat,” katanya.
Upacara peringatan HSN diikuti seribu lebih santri. Santriwan menggunakan pakaian putih, berpeci hitam dan sarung, sementara santriwati menggunakan baju hitam jilbab putih. Usai upacara, santri bersilaturahim ke rumah ustadznya, masak dan makan bersama.
Perayaan HSN pada 22 Oktober 2022 diambil dari hari dikeluarkannya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang isinya menggugah dan mengajak santri, laskar Hizboellah, juga umat Islam untuk melakukan Jihad Fardu Ain menentang upaya penjajah kembali menguasai Indonesia yang pada 7 Agustus 1945 sebelumnya telah diproklamirkan kemerdekaan oleh Soekarno. (L/ara/B03)
Mi’raj News Agnecy (MINA).
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta