Mullah Haibatullah Akhunzada, Pemimpin Baru Taliban

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

perlu dua tahun untuk mengkonfirmasi kematian pemimpin mereka, Mullah Omar, yang tewas pada 2013.

Namun, setelah pembunuhan dalam serangan pesawat tak berawak (drone) Amerika Serikat terhadap pengganti Omar, Mullah Akhtar Mansoor, Taliban hanya butuh empat hari untuk mengumumkannya ke publik.

Konfirmasi kematian Mullah Mansoor diumumkan oleh Taliban pada Rabu pagi, 25 Mei 2016, sekaligus juga mengumumkan penunjukan pemimpin baru, Mullah Haibatullah Akhunzada yang dikenal sebagai “ulama” dan karena perannya sebagai hakim “kejam” dalam menjatuhkan hukuman mati selama pemerintahan Taliban di Afganistan.

Akhunzada lahir pada pertengahan 50-an dan berasal dari provinsi Kandahar. Ia berperang melawan Rusia selama tahun 1980 dan kemudian bergabung dengan gerakan Taliban pada 1994 di bawah kepemimpinan Mullah Omar yang menegakkan hukum Islam di Afghanistan.

Setelah Akhunzada bergabung dengan Taliban, Omar menunjuknya sebagai Kepala Pengadilan Militer di Kandahar dan ia menjadi tokoh kuat dalam kelompok.

Akhunzada berasal dari kubu Taliban tradisional dan dikenal karena perannya dalam serangan bom ketika ia menjabat sebagai wakil Mullah Mansoor.

Baca Juga:  Renungan Hardiknas 2024: Pendidikan Bermutu untuk Memperkuat Daya Saing Bangsa

“Dia dikenal karena perannya kejam selama pemerintahan Taliban saat ia menjabat sebagai hakim di Kandahar. Dia mempertahankan posisinya sebagai mujahid tradisional (tempur) aktif mengambil keputusan dalam enam bulan terakhir setiap kali Mullah Mansoor tidak ada,” kata Akbar Agha, mantan pemimpin faksi yang memisahkan diri dari Taliban.

Menurut Agha, Akhunzada akan membantu menjalankan gerakan Taliban persis seperti Mullah Omar lakukan, karena pola pikir mujahidin tradisionalnya.

Penunjukan Mullah Mansoor sebelumnya telah diperdebatkan, karena terjadi pada saat munculnya perpecahan dalam kepemimpinan kelompok.

Seiring itu, dilaporkan terjadi bentrokan antara dua kelompok Taliban yang bersaing di Afghanistan selatan, mengakibatkan kematian lebih dari selusin pejuang di kedua fihak.

Agha meyakini bahwa Mullah Yaqub, anak sulung dari Mullah Omar dan sekarang dipromosikan sebagai salah satu dari dua deputi Akhunzada, akan memainkan peran utama dalam mempersatukan kelompok.

“Taliban sangat menghormati mantan pemimpin mereka Mullah Omar, sehingga memiliki Mullah Yaqub sebagai salah satu wakil bagi Akhunzada akan terbukti sangat bermanfaat bagi gerakan Taliban di Afghanistan,” kata Agha.

Baca Juga:  Dukungan Mahasiswa AS untuk Palestina Menginspirasi Dunia

Sami Yousafzai, seorang ahli Afghanistan yang telah bertemu dengan Mullah Mansoor dan Mullah Akhunzada beberapa kali mengatakan, Akhunzada memiliki reputasi yang sangat “konservatif” dan “tidak suka diambil gambarnya”.

“Dia bahkan tidak tahu bagaimana menggunakan ponsel. Dia dikenal sangat berpikiran sempit dan memiliki sikap khas seorang pria suku,” kata Yousafzai kepada Al Jazeera.

“Latar belakang Akhunzada misterius dan kebiasaannya yang rahasia. Dia tidak suka tampil di depan umum, seperti Mullah Omar. Kebanyakan pejuang Taliban takut kepadanya karena perannya sebagai hakim di masa lalu. Mereka mengatakan, Akhanzada menyatakan bahwa siapa pun yang menantang atau tidak mendukung Mullah Mansoor harus dieksekusi,” ujarnya.

Tidak ada harapan pembicaraan damai

Seorang mantan diplomat Taliban di Afghanistan yang terlibat dalam putaran perundingan yang ditengahi oleh Pakistan antara perwakilan pemerintah Afghanistan dan Taliban di Murree tahun lalu, mengatakan dalam status anonimitas, bahwa harapan dari pembicaraan damai sekarang sempit.

“Mullah Mansoor tewas oleh serangan pesawat tak berawak AS, sehingga alih-alih berbicara tentang perdamaian, mereka berencana membalaskan dendam Mullah Mansoor,” kata sumber itu.

Baca Juga:  Dukungan Mahasiswa AS untuk Palestina Menginspirasi Dunia

Menurut sumber tersebut, Akhunzada sangat dekat dengan Mullah Mansoor dan keduanya mengambil keputusan dengan suara bulat.

“Jadi jika Mansoor tidak bersedia untuk mengambil bagian dalam pembicaraan damai, tipis kemungkinan Akhunzada bergerak maju,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua misi Resolute Support pimpinan NATO di Afghanistan, Staf Komunikasi Angkatan Darat Brigjen Charles H. Cleveland mengatakan, tidak ada jadwal pembicaraan damai dengan pemimpin baru Taliban dalam waktu dekat.

Agha, mantan pejabat Taliban, meyakini bahwa Akhunzada hanya akan mengambil bagian dalam pembicaraan damai jika tuntutan kelompok dipenuhi oleh pasukan pendudukan dan pemerintah Afghanistan.

“Mereka tidak menentang perdamaian, tetapi lebih terhadap bagaimana tuntutan mereka tidak terpenuhi, yaitu untuk menerapkan hukum Islam dan mengusir pasukan asing dari negara itu,” katanya Agha.

Menurut PBB, 2015 adalah tahun paling mematikan di Afghanistan sejak invasi 2001 oleh pasukan AS. Lebih dari 11.000 warga sipil tewas dan terluka. Satu dari empat korban tersebut adalah anak-anak, dan satu dari 10 korban adalah wanita.

Diperkirakan 59.000 korban sipil telah tercatat sejak PBB mulai melacak jumlah pada tahun 2009. (P001/P2)

Sumber: Al Jazeera

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.