Oleh Arina Islami (Relawan Aqsa Working Group)
Aksi pro-Palestina begitu gencar dilakukan mahasiswa-mahasiswa di Amerika Serikat (AS). Kita tidak pernah menyangka, gerakan intifadah itu nyaring terdengar dari negara utama pendukung Zionis dan gerakan itu kini menjadi inspirasi mahasiswa di seluruh dunia untuk menyuarakan solidaritas Palestina.
Mahasiswa di AS membuktikan bahwa masih ada rasa kemanusiaan untuk Palestina di negeri Paman Sam. Dengan penuh keberanian dan solidaritas, mereka mengibarkan bendera Palestina sembari meneriakkan “Free Palestine” dan slogan-slogan mengecam Zionis di berbagai universitas ternama negara itu. Meski harus menghadapi penangkapan dan tindakan represif aparat kepolisian, para mahasiswa malah menunjukkan wajah riang tanpa takut. Senyuman yang terpancar semakin menunjukkan bahwa yang mereka suarakan adalah kedamaian di Palestina.
Berawal dari aksi pro-Palestina oleh mahasiswa dari Universitas Colombia pada 17 April 2024. Mereka melakukan berbagai bentuk protes terhadap kampusnya yang menjalin kerja sama dengan penjajah Zionis Israel, mulai dari mendirikan tenda hingga mengambil alih sebagian gedung di universitas tersebut. Unjuk rasa ini telah berlangsung lebih dari sepekan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Alih-alih memberikan ruang untuk menyampaikan pendapat dan merawat kebebasan berekspresi, Universitas Colombia malah menghukum mahasiswanya yang terlibat dalam aksi kemanusiaan itu. Salah satu mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di kampus itu mengatakan, “Pihak kampus menskors lebih dari 100 mahasiswa. Pagi ini kami menerima email yang dikirimkan secara pribadi terutama mahasiswa yang dianggap mengikuti protes pada 17 atau 30 April 2024,” kata Rizka Azelia, Jumat (3/5).
Ia menyampaikan bahwa pihak kampus bersikap represif terhadap mahasiswa, terbukti adanya pengerahan petugas New York City Department (NYPD). NYPD atau Departemen Kepolisian Kota New York menangkap mahasiswa pro-Palestina. Polisi dan pihak kampus melakukan penindakan, penangkapan dan pembubaran secara paksa.
“Ini tidak bisa disebut bentrok karena tindakan kampus represif, satu arah. Tidak ada perlawanan seimbang dari mahasiswa terutama saat kampus mendatangkan NYPD,” tegas Rizka.
Rupanya aksi mahasiswa Colombia dan kekerasan aparat, menyulut rasa solidaritas dari kalangan mahasiswa lainnya. Lahirlah gerakan-gerakan serupa di berbagai universitas AS.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Mengikuti jejak Colombia, mahasiswa Yale University melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes terhadap universitasnya. Mereka menekan sekolah Ivy League tersebut untuk melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mempersenjatai dan membantu Zionis Israel.
Bahkan kelompok mahasiswa itu juga menulis surat kepada Peter Salovey selaku rektor universitas yang dimana isi surat tersebut secara keseluruhan menyebut Yale telah terlibat dalam genosida di Gaza dan menuntut sang rektor agar secara terbuka berkomitmen untuk mengakhiri investasi universitas di perusahaan senjata Israel. Protes di Yale University ini pun tidak luput dari penangkapan polisi. Sebanyak 60 orang yang juga termasuk 47 mahasiswa ditangkap pada Senin pagi (22/4).
Selanjutnya, gerakan pro-Palestina ini disusul oleh mahasiswa dari kampus lain, di antaranya New York University, University of California, Universitas Princeton, hingga Harvard University.
Setelah ramai-ramai mahasiswa AS menyuarakan protes atas genosida Israel di Gaza, universitas belahan dunia lain pun mulai lantang menunjukkan keberpihakannya pada Palestina sekaligus sebagai solidaritas terhadap mahasiswa AS yang mengalami tindakan represif.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Selama beberapa pekan terakhir, kamp protes pro-Palestina telah muncul di setidaknya tujuh universitas di seluruh Australia. Universitas Queensland (UQ) di Brisbane telah menjadi tempat berkumpulnya kamp-kamp yang dihuni oleh para anggota Students for Palestine UQ. Mereka didirikan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang dikepung Israel di Gaza. Mereka juga meminta mengungkapkan semua kaitan dengan perusahaan dan universitas Israel dan memutuskan hubungan dengan perusahaan senjata.
Selain di UQ, protes juga terjadi di wilayah Sydney. Di Universitas Sydney, sekitar 50 tenda berjejer di area segi empat tempat 100 pengunjuk rasa tidur setiap malam.
Di Universitas Newcastle, Inggris sebuah perkemahan kecil pro-Palestina telah didirikan di halaman depan gedung perguruan tinggi tersebut, seperti yang ditunjukkan dalam video dan gambar di media sosial. Akun X “Newcastle Apartheid Off Campus” membagikan gambar perkemahan mereka yang beberapa dihiasi dengan bendera Palestina. Mereka menuntut Universitas Newcastle mengakhiri kerja sama dengan perusahaan pertahanan yang memasok Israel.
Mahasiswa di kota-kota lain di Inggris seperti Leeds, Bristol dan Warwick juga mendirikan tenda di luar gedung universitas mereka untuk memprotes genosida di Gaza.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Sementara di Perancis, aksi pro-Palestina meletus di Universitas Sciences dan Universitas Sorbonne pada akhir April 2024. Sciences Po adalah salah satu universitas dengan peringkat paling tinggi di Prancis dan almamater dari banyak presiden termasuk pemimpin petahana Emmanuel Macron. Sebagaimana kita tahu, pemerintah Perancis kerap kali menerapkan standar ganda atas apa yang terjadi antara Israel dan Palestina.
Universitas Al-Nahrain di Irak juga tak mau ketinggalan. Para mahasiswa bersama sejumlah dosen melakukan aksi pro-Palestina di Ibu Kota Baghdad selama beberapa pekan terakhir. Para demonstran ini turut mengapresiasi apa yang dilakukan mahasiswa AS dalam menentang penjajahan Zionis.
Gerakan mahasiswa AS ini pun menginspirasi universitas-universitas di Indonesia. Puluhan mahasiswa dari Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor melakukan aksi solidaritas Bela Palestina di sekitar kampusnya pada Kamis (2/5). Mereka membawa poster bertuliskan “Unpad Supports Free Speech in Columbia University” dan “We Support American Students for Justice in Palestine” jadi aspirasi mereka.
Sehari setelahnya, ratusan massa terdiri dari mahasiswa, dosen, hingga guru besar civitas Universitas Indonesia (UI) menggelar aksi bertajuk “Perkemahan Solidaritas Palestina UI (UI Palestine Solidarity Camp)” di Lapangan Rotunda UI, Depok, Jawa Barat pada Jumat (3/5) sore. Kegiatan tersebut ditandai dengan pemasangan tenda sebagai simbol solidaritas terhadap aksi mahasiswa Amerika Serikat Pro-Palestina.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Sabtu (4/5), mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta berkumpul di Jalan Malioboro. Mereka membentangkan porter-poster dukungan untuk Palestina dan solidaritas terhadap mahasiswa AS.
Fenomena ini membuktikan bahwa kebaikan itu menular, merambat dengan cepat. Jika AS yang mayoritas penduduknya non-muslim saja bisa begitu nyaring meyuarakan kebebasan Palestina, maka kita sebagai muslim seharusnya bisa lebih gencar bergerak demi Palestina.
Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa julukan mahasiswa sebagai “agent of change” memang benar adanya. Pemuda selalu memiliki tingkat keberanian yang lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang lebih tua. Ini menjadi bekal seorang pemuda, apalagi mahasiswa sebagai akademisi dilengkapi pula dengan pengetahuan. Sehingga kolaborasi antara berani dan ilmu menciptakan sebuah gerakan mengagumkan, inilah yang kita lihat hari ini, dilakukan oleh mahasiswa AS dan menginspirasi seluruh dunia.[]
Mi’raj News Agency (MINA)