Jakarta, 2 Syawwal 1437/7 Juli 2016 (MINA) – Ketua Bidang Sarana, Hukum, dan Wakaf Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) Natsir Zubaidi mengatakan, tradisi mudik adalah tradisi baik yang harus dilestarikan karena mempererat silaturrahim untuk saling melepas rindu kepada orang tua dan kerabat serta berbagi, bergotong royong dalam kebaikan (ta’awunu alal birri wattaqwa).
“Ternyata tradisi mudik tidak saja menjadi tradisi bangsa kita saja, ada pengalaman waktu saya beberapa tahun lalu transit di Bandara Charles de Gaul, Paris. Saya melihat rombongan pekerja Turki yang pulang mudik dari Jerman dan Belanda sama-sama menunggu pesawat. Waktu itu sepekan menjelang Id. Ini menunjukkan adanya kerinduan untuk saling bersilaturrahim dan berbagi yang dimiliki oleh manusia termasuk rindu akan kampung halaman, keluarga, dan tanah airnya,” kata Natsir kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
Menurut Natsir yang juga anggota Dewan Pertimbangan MUI itu, Idul Fitri di Indonesia tidak saja sebagai keperluan Umat Islam atau hanya sekedar hari Besar Islam tetapi sudah menjadi hari nasional, yang memiliki dampak baik sosial, ekonomi budaya bahkan politik nasional.
“Karena jumlah Umat Islam yang cukup besar, Idul Fitri memiliki ‘multiplayer effects’ terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi negara apakah itu, pangan, pelayanan kesehatan, transportasi, dsb,” ujarnya.
Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan
“Idul Fitri bagi Umat Islam adalah merupakan hari ‘puncak penemuan kesejatian diri sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Setelah selama sebulan penuh menjalankan Ibadah Ramadhan! Oleh karena itu predikat manusia Muslim sudah dinaikkan derajatnya sebagai manusia muttaqin(manusia bertaqwa),” kata Natsir.
Setelah kita semua menyempurnakan Qiyamun Ramadhan maka dianjurkan agar ‘walatukabirrullaha ‘ala ma hadaakum wala’allakum tasykuruun (mengAgung Asma Allah atas petunjuk dann kurnia-Nya yang telah diberikan kita agar kita selalu bersyukur)’.
Oleh karena itu pula ajaran Islam mewajibkan para pemeluknya agar menunaikan Zakat (baik Zakat fitrah maupun zakat maal) guna menyucikan harta dan jiwanya.
Harta, jabatan, kekuasaan, istri dan anak – bagi pandangan Islam pada hakekatnya adalah milik Allah Yang Maha Kuasa -manusia hanya sekedar mendapatkan titipan.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
Oleh karena itu pada Idul Fitri ini adalah merupakan kesempatan untuk berbagi ‘kebahagiaan’, melakukan silaturrahim, saling maaf memaafkan sebagai rasa syukur kita kepada Maha Pencipta.
Karena mudik sudah menjadi semacam ‘pergerakan kolosal’ yang berlangsung setiap tahun. Namun tentu diharapkan agar tradisi mudik tidak mengurangi kekhusyukan dalam pelaksanaan Ibadah Ramadhan.
Ketua PP DMI itu juga menyatakan bersyukur dan terimakasih adanya tempat Ibadah (masjid dan musholla) di jalur mudik baik di Jawa (panturan dann jalur selatan ) maupun Sumatera dan pulau-pulau lainnya – karena adanya Masjid/mushalla yang dibangun oleh pengelola: Bandara, Rest are, SPBU, Pelabuhan, terminal, stasiun dan tempat wisata lainnya.
“Sehingga memudahkan para pemudik untuk melaksanakan Ibadah Shalat atau sekedar istirahat dan keperluan lainnya,” imbuhnya. (L/P002/R05)
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi