Khartoum, MINA – Keberadaan mantan Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir dipertanyakan pada hari Rabu (26/4/2023) setelah seorang mantan menteri di pemerintahannya, yang dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), melarikan diri dari penjara Khartoum yang sama.
Mantan menteri Ahmed Haroun mengatakan bahwa dia dan mantan pejabat pemerintah Bashir lainnya telah meninggalkan penjara Kober dan akan bertanggung jawab atas perlindungan mereka sendiri, dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan di Tayba TV Sudan pada hari Selasa. The New Arab melaporkan.
Pertempuran berkobar lagi di Sudan pada Selasa malam meskipun ada deklarasi gencatan senjata oleh faksi-faksi yang bertikai, di saat lebih banyak orang menyelamatkan diri dari Khartoum dalam kekacauan itu.
Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) menyetujui gencatan senjata 72 jam yang dimulai pada hari Selasa setelah negosiasi yang ditengahi AS dan Arab Saudi.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Namun tembakan dan ledakan terdengar setelah malam tiba di Omdurman, salah satu kota kembar Khartoum di Sungai Nil di mana tentara menggunakan drone untuk menargetkan posisi RSF, kata seorang wartawan.
Utusan khusus PBB untuk Sudan Volker Perthes mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa bahwa gencatan senjata “tampaknya bertahan di beberapa bagian sejauh ini.”
Namun dia mengatakan bahwa tidak ada pihak yang menunjukkan kesiapan untuk “bernegosiasi secara serius, menunjukkan bahwa keduanya berpikir bahwa mengamankan kemenangan militer atas pihak lain adalah mungkin.”
“Ini salah perhitungan,” kata Perthes, seraya menambahkan bahwa bandara Khartoum tetap beroperasi, tetapi landasannya rusak. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20