New York, 27 Rajab 1436/16 Mei 2015 (MINA) – Dua pakar Amerika Serikat (AS) mengatakan, pemerintah bisa menyelamatkan Kota Detroit di negara bagian Michigan, dari kehancuran dan kebangkrutan dengan menempatkan puluhan ribu pengungsi perang Suriah yang pandai di kota itu.
Ide yang ditulis di New York Times itu mungkin terlihat seperti politik praktis, tetapi penulisnya berpendapat itu akan menjadi langkah untuk mengakhiri dua krisis yang sulit.
“Dua bencana sosial dan kemanusiaan ini disatukan untuk menghasilkan sesuatu yang positif,” tulis Profesor Stanford, David Laitin dan mantan Kepala Perusahaan Pengembangan Perumahan New York City, Marc Jahr.
Kedua pakar itu mencatat, Gubernur Michigan Rick Snyder sebelumnya telah menyerukan suntikan 50.000 imigran sebagai bagian dari program untuk menghidupkan kembali Kota Detroit, Nahar Net yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Menurut mereka, warga Suriah akan ideal bagi sebuah kota yang sudah memiliki komunitas Arab-Amerika yang hidup dan berwirausaha di Detroit.
Sekitar 2,4 juta warga Suriah telah menyelamatkan diri ke negara tetangganya Turki dan Yordania dari perang saudara yang menghancurkan negara mereka.
Detroit yang dinyatakan bangkrut tahun lalu, sedang berjuang memulihkan kembali “Kota Penggerak” yang kini menjadi “Kota Kosong”.
Jumlah penduduknya telah jatuh dari 1,9 juta jiwa pada pertengahan abad ke-20 menjadi 700.000 orang, meninggalkan pemandangan bangunan kosong yang luas karena ditinggalkan dan banyak lahan kosong.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
“Apa yang bisa kita percaya bahwa pengungsi perang dapat diubah menjadi pengusaha pemula Amerika? Kita tidak bisa tahu pasti,” tulis Laitin dan Jahr.
Tetapi mereka mengatakan, masyarakat lain yang dipindahkan dari zona perang telah membantu menghidupkan kembali masyarakat Amerika lainnya.
Di Kamp Pengungsi Zaatari di Yordania, pengungsi Suriah telah menyiapkan 3.500 usaha, toko dan bisnis lainnya, meskipun mereka mengalami luka psikologis dan sumber daya terbatas.
Laitin dan Jahr mengakui, rintangan politik dan birokrasi besar harus dilalui, termasuk kesepakatan dengan Presiden Barack Obama dan Kongres Amerika Serikat.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Pengolahan pengungsi dan melakukan pemeriksaan keamanan juga akan menjadi tantangan dan akan diperlukan pendanaan untuk layanan sosial bagi warga pendatang baru. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza