Pakistan: Masa Depan Pendidikan Berisiko Bagi Jutaan Siswa Setelah Banjir

Karachi, MINA – Hampir 2,5 juta siswa di Pakistan selatan terancam putus sekolah secara permanen, kata seorang pejabat provinsi, saat negara itu berjuang dengan banjir dahsyat yang melanda negara Asia Selatan itu.

Sardar Ali Shah, Pejabat Tinggi Pendidikan Sindh, mengatakan bahwa survei awal menunjukkan ada 15.000 sekolah di provinsi tersebut telah rusak akibat banjir, sementara 5.000 gedung sekolah saat ini digunakan sebagai tempat penampungan bagi para penyintas banjir.

“Ada kekhawatiran para siswa ini akan putus sekolah secara permanen,” kata Shah seperti dilaporkan Arab News pada Senin (5/9).

Ketika operasi bantuan dan penyelamatan berlanjut di seluruh Pakistan, provinsi Sindh adalah daerah yang paling parah dilanda, di mana setidaknya 492 tewas dan lebih dari 14,5 juta saat ini mengungsi, kehancuran yang meluas mengancam masa depan pendidikan bagi jutaan siswa.

Shah mengatakan, bangunan sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan, akan perlu waktu lebih lama bahkan setelah banjir surut bagi korban untuk mencari tempat tinggal alternatif, yang juga akan berdampak pada saat siswa dapat kembali ke ruang kelas.

“Untuk saat ini, pelajaran formal di daerah yang dilanda banjir sedang dilakukan melalui pusat pembelajaran sementara, dengan pemerintah daerah meluncurkan program pada hari Senin,” kata Shah.

Javed Shah, seorang guru di sebuah sekolah dasar negeri di Sindh, mengatakan kepada Arab News bahwa provinsi itu membutuhkan waktu untuk memulai kembali pelajaran setelah banjir tahun 2011, yang kemudian telah menewaskan lebih dari 400 orang dan mempengaruhi hampir 9 juta lainnya.

“Butuh waktu berbulan-bulan untuk memulai kembali kelas ketika korban banjir ditampung di sini selama banjir 2010-11, dan kami butuh beberapa tahun untuk memperbaiki perabotan sekolah kami,” ujarnya.

Hujan monsun bersejarah dan gletser yang mencair di pegunungan utara membawa bencana banjir, yang mempengaruhi 33 juta orang dan menewaskan sedikitnya 1.290, termasuk 453 anak-anak.

Sepertiga dari negara itu terendam dan cuaca ekstrem, yang secara luas dikaitkan dengan perubahan iklim, masih diperkirakan akan menyebar. (T/R6/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.