Khartoum, MINA – Pasca terjadi bentrok bersenjata antara sejumlah oknum mantan anggota Dinas Intelijen dan Keamanan Nasional (National Intellegence and Security Service/NISS) yang sangat berkuasa pada masa Pemerintahan Omar Al Bashir, yang saat ini tergabung dalam Dinas Intelijen Umum (General Intelligence Service) berhadapan dengan pasukan Angkatan Bersenjata (AB) Sudan, telah menewaskan dua tentara dan empat lainnya mengalami luka-luka,
Dari Pantauan yang tersebar di media sosial baik Cetak maupun Online di Khartoum memberitakan bahwa kejadian ini bermula di salah satu Markaz Operasi Militer di daerah Kafuri, Bahri pada Rabu siang (15/1) hingga sore.
Koresponden MINA melaporkan, bentrokan juga terjadi di beberapa tempat Markaz Badan Operasi Militer, seperti di Soba dan di sekitar bandara internasional Khartoum.
Pihak Dewan Pimpinan Transisi Sudan menegaskan akan terus mengawal jalannya proses transisi politik di Sudan dan tidak akan membiarkan adanya gangguan keamanan.
Baca Juga: PBB: Serangan Israel ke Suriah Harus Dihentikan
Kepala Staf Angatan Darat Sudan dan Ketua Majelis Transisi Pemerintahan Sudan, dalam sebuah wawancara dengan Stasiun Televisi Nasional Sudan, Rabu sore mel;aporkan, 2 tentara tewas, dan 4 lainnya terluka dan langsung dirawat intensif di Rumah Sakit Militer di Omdurman.
Badan Operasi Militer merupakan warisan mantan Presiden Sudan Omar Hasan Bashir, dengan jumlah pasukan tentara terdiri dari 13 ribu, yang bertugas di berbagai bidang, baik lapangan hingga teknisi.
Badan ini bergabung menjadi satu kesatuan dengan Dinas Intelijen Umum (General Intelligence Service) dengan pasukan Polisi Militer Angkatan Bersenjata (AB) Sudan,
Hingga masa transisi yang sudah berjalan enam bulan, badan ini hanya bekerja di bidang pengumpulan dan pencarian informasi intelijen.
Baca Juga: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Hal ini menurut sumber informasi, menjadi dilema besar bagi para pasukan tentara tersebut, karena tanpa ada perangkat militer lagi.
Mereka dihadapkan pada tiga pilihan utama yang ditawarkan Dinas Intelijen Umum (General Intelligence Service) dengan pasukan Polisi Militer Angkatan Bersenjata (AB) Sudan, yaitu masuk dalam Dinas Intelijen Nasional Sudan, masuk dalam Pasukan Tentara Bantuan Cepat, atau resign dan ambil upah.
Sebagian besar dari para mantan tentara pasukan Badan Operasi Militer lebih memilih resign dan mengambil upah.
Namun upah tersebut mereka anggap tidak sesuai, tanpa menyebutkan berapa jumlahnya. Kemudian mereka turun ke jalan dengan menembakkan senapan ke atas langit dan menutup jalan sebagai aksi protes mereka. (L/B02/RS2).
Baca Juga: PBB: 16 Juta Orang di Suriah Butuh Bantuan
Mi’raj News Agency (MINA)