Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SOLUSI CEGAH LIBERALISASI DI INDONESIA

Admin - Sabtu, 23 Mei 2015 - 22:49 WIB

Sabtu, 23 Mei 2015 - 22:49 WIB

584 Views ㅤ

Seminar-Nasional
Seminar-Nasional
Seminar-Nasional

Seminar Nasional Liberalisasi Pendidikan di Indonesia,  UIKA Bogor Sabtu (23/5).

Bogor, 5 Sya’ban 1436/23 Mei 2015 (MINA) – Teuku Ramli Zakaria, Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan, mengatakan, Pembentukan karakter anak dapat menjadi solusi untuk mencegah liberalisasi di Indonesia.

“Selain pembentukan karakter, anak juga dibekali dengan kemampuan potensi insani berupa kecerdasan yang dapat mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi ini,” katanya pada acara seminar nasional bertema,” Liberalisasi Pendidikan di Indonesia,” di Universitas Ibnu Khaldun (UIKA), Bogor, Sabtu (23/5).

Ia mengatakan, imbas dari globalisasi dan liberalisasi di bidang pendidikan antara lain dengan lahirnya berbagai organisasi kerjasama internasional, dan Indonesia juga ikut menjadi salah satu anggotanya. Sehingga Indonesia juga harus lebih bersaing dengan negara lain.

Adian Husaini, Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) pada acara yang sama mengatakan, hal yang harus diwaspadai adalah dampak negatif dengan adanya liberalisasi

Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan

Ia menjelaskan, dari segi positifnya, pemerintahan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi pendidikan, seperti membangun pesantren tanpa campur tangan pemerintah.

Namun, negatifnya, terjadi liberalisasi di bidang pluralisme, akhlak dan nilai moral, itulah yang harus dikritisi, ujarnya.

“Umat Islam harus lebih kuat lagi, bukan lagi mengisi tapi mencari bentuk sistem pendidikan Islam yang ideal,” lanjutnya.

Ia menambahkan, kunci utama untuk mendidik anak pada jaman sekarang adalah mendidik diri sendiri untuk kebangkitan umat.

Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan

Sementara, Erma Pawitasari, Ketua TIM Jurnal Pascasarjana UIKA Bogor, menyebutkan, wanita memerlukan pendidikan kognitif, seperti ilmu waris, zakat, memiliki hafalan, dan persiapan menempati pos-pos fardu kifayah, seperti, bidan, guru dan lainya. (L/P005/nda/P4)

Miraj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
MINA Millenia