Jakarta, 10 Jumadil Akhir 1438/9 Maret 2017 (MINA) – Pengamat Konflik Korea Utara Ratu Ayu Asih Kusuma Putri menilai, Indonesia tidak akan terseret jauh dalam kisruh yang terjadi antara Malaysia dengan Korea Utara (Korut), meski salah satu warga negara Indonesia yakni Siti Aisyah ikut tersandung kasus pembunuhan saudara tiri pemimpin Kim Jong-un.
Menurut Ayu, selama Indonesia bisa terus bersikap seimbang dengan tetap memberikan dukungan terhadap Siti Aisyah secara legal, Indonesia tidak akan ikut terseret. Namun, bisa dilihat perkembangan dari hubungan bilateral Korea Utara dan Malaysia ke depannya.
“Saya rasa Indonesia sudah melakukan langkah yang tepat untuk hanya terlibat dalam persoalan perlindungan hak hukum Siti Aisyah, tanpa menunjukkan posisi politisnya terhadap kasus ini,” ujar Wakil Ketua Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara (Binus) itu kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta, Kamis (9/3).
Ia menambahkan, inti dari friksi antara Malaysia dan Korea Utara ini sebenarnya ada pada rasa saling tidak percaya antara kedua negara terkait penanganan kasus pembunuhan saudara tiri dari pemimpin tinggi Korea Utara Kim Jong-un, yakni Kim Jong-nam.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Rasa saling tidak percaya itu, menurutnya, berasal dari pihak Malaysia sendiri yang enggan untuk memberikan akses kepada Korea Utara dalam investigasi kasus kematian itu, karena ada indikasi keterlibatan oknum pemerintah. Tapi di sisi lain, lanjut Ayu, Kora Utara juga berhak melakukan klaim atas warga negaranya, apalagi saudara dari presidennya yang menjadi korban pembunuhan di negara lain.
“Posisi Malaysia memang dilematis karena kemudian ketidaktransparansian proses investigasi ini memunculkan tuduhan bahwa Malaysia sebagai aliansi Korea Selatan. Saya pikir bola panasnya ada di Malaysia, Malaysia mau tidak mau harus bisa menghitung cost dan benefit dari setiap langkah politiknya ketika kemudian warga negaranya pun tersandera di Korut,” katanya.
Lebih lanjut, ia menambahkan, sebaliknya warga Korea Utara pun tidak diperbolehkan untuk kembali ke negaranya. Jika kasus ini semakin panas, bisa jadi kemudian Cina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat akan terlibat.
“Tapi saya pikir Malaysia pun mungkin tidak akan memilih langkah yang terlalu ekstrem yang bisa mengancam stabilitas negaranya,” katanya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak pun mengatakan, tidak akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Korea Utara dan kini tim investigasi dari Malaysia masih mendalami kasus tersebut. Jika nanti ditemukan bahwa Korea Utara terlibat dalam masalah itu, menurut Ayu ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
“Pertama Korut menolak sama sekali hasil investigasi, kedua dengan membuat isu ini menjadi isu kriminal biasa atau non politis, diplomat dan staf Koryo Air dijadikan tumbal. Tapi lagi-lagi ini sebenarnya juga persoalan citra pemerintah Korut di mata dunia. Hasil investigasi yang ada sekarang mengarah ke motif politik,” katanya.
Ia juga menilai, jika Malaysia mengembangkan inestigasi kasus ini tanpa mempertimbangkan hal tersebut, maka bisa sangat merusak hubungan antara Malaysia dengan Korut.
“Secara diplomatis memang tidak dikemukakan oleh PM Najib karena selama ini kan baik Malaysia, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara cenderung mengambil sikap netral terhadap dinamika di Semenanjung Korea,” tambahnya. (L/R08/RI-1)
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)