Pengungsi Muslim Rohingya: OKI Dorong Tingkatkan Kepedulian

Jeddah, MINA – Organisasi Kerjasama Islam () mendorong  peningkatan kepeduliaan kemanusiaan dan politik negara-negara anggotanya mendukung penyelesaian pengungsi Muslim .

Asisten Sekretaris Jenderal OKI untuk Urusan Palestina, Duta Besar Samir Bakr yang memimpin delegasi OKI dalam pertemuan bersama Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) digelar secara virtual, Rabu lalu, mengatakan, hal ini dipandu oleh Piagam OKI dan resolusi yang relevan dari KTT Islam dan Dewan Menteri Luar Negeri OKI.

Duta Besar Bakr menegaskan, OKI memberikan penekanan khusus pada mendesaknya mengatasi dan menyelesaikan krisis Rohingya pada akarnya.

Kemudian memberikan perhatian kemanusiaan yang efektif kepada komunitas Muslim yang digambarkan oleh PBB sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia.

“Kami di OKI berkomitmen penuh pada prinsip solidaritas, kerjasama internasional dan pembagian beban,” tegasnya.

Menunjukkan bahwa krisis kemanusiaan pengungsi Rohingya juga harus ditangani dalam konteks pandemi global saat ini yang disebabkan oleh virus corona ().

Sementara itu, Utusan Khusus OKI untuk Myanmar Duta Besar Ibrahim Khairat memuji upaya advokasi yang berkelanjutan dan rencana respons OKI untuk menyelesaikan situasi kemanusiaan, politik, dan hak asasi manusia yang mengerikan dari minoritas Rohingya.

Dalam pertemuan yang digelar Sekretariat Jenderal OKI, delegasi UNHCR memberikan taklimat dan update situasional kepada Grup Kontak OKI mengenai situasi kemanusiaan dari pengungsi Muslim Rohingya.

Menurut UNHCR, lebih dari satu juta pengungsi Rohingya telah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar dalam gelombang pengungsian yang berturut-turut sejak awal 1990-an.

Rohingya adalah minoritas Muslim tanpa kewarganegaraan di Myanmar. Eksodus terbaru dimulai pada 25 Agustus 2017, ketika kekerasan meletus di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, mendorong lebih dari 742.000 mengungsi di Bangladesh.

Sebagian besar tiba dalam tiga bulan pertama krisis. Diperkirakan 12.000 orang mencapai Bangladesh selama paruh pertama tahun 2018. Sebagian besar yang mencapai Bangladesh adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 40 persen berusia di bawah 12 tahun.

Sejak pandemi COVID-19 dimulai, pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh mengatakan kepada UNHCR bahwa kehilangan pendapatan dan pembatasan pergerakan telah menyebabkan lebih banyak penderitaan.

UNHCR telah bekerja untuk meningkatkan kehidupan para pengungsi yang tinggal di Bangladesh, mengirimkan bantuan dan bekerja dengan pemerintah untuk membangun infrastruktur, serta menyediakan air bersih dan meningkatkan sanitasi.

Sementara itu, para pengungsi Rohingya telah mengatakan kepada UNHCR bahwa mereka ingin kembali ke Myanmar – dengan damai dan bermartabat.

“Merupakan tanggung jawab Myanmar untuk membuat Rohingya aman pulang dan memulihkan hak-hak dasar mereka, seperti kebebasan bergerak, serta menawarkan jalan bagi mereka untuk menjadi warga negara,” kata UNHCR dalam keterangan resminya.(T/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.