Pengungsi Tertua di Dunia Asal Afghanistan Terhindar dari Deportasi

Bibihal Uzbeki. (Clarin.com)

Swedia, MINA – Bibihal Uzbeki, pengungsi tertua di dunia yang menghadapi deportasi dari Swedia, akan tetap tinggal di negara tersebut setelah pengadilan memutuskan kondisi perempuan berusia 106 tahun itu tidak layak untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya, Afghanistan.

Pada hari Rabu (4/10), Pengadilan Banding Migrasi memutuskan Bibihal Uzbeki “berada dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk, yang dapat memburuk secara drastis.”

Putusan itu mengesampingkan putusan sebelumnya yang dikeluarkan oleh Swedish Migration Agency, Russia Today melaporkan yang dikutip MINA, Kamis (5/10).

“Dari perspektif kemanusiaan, akan sangat mengejutkan jika dia harus melakkan perjalanan ke negara asalnya,” kata hakim.

Baca Juga:  Ismail Haniya: Tidak Ada Satu pun Rumah Di Gaza Kecuali Ada Syuhadanya

Wanita tersebut diberi izin tinggal terbatas selama 13 bulan, yang akan berakhir pada tanggal 19 Juli 2019. “Itupun setelah dia dapat mengajukan perpanjangan,” kata cucunya, Mohammed Uzbeki.

Meskipun kebijakan badan imigrasi Swedia adalah bahwa orang seusia dia tidak relevan menentukan suaka, pengadilan memutuskan pertimbangan khusus harus diberikan dalam kasus ini, karena penggugat sangat tua dan kesehatannya sangat buruk.

Uzbeki melarikan diri dari rumahnya di Afghanistan karena takut dengan gerilyawan kelompok Taliban yang meraih kemajuan pada tahun 2015. Perjalanannya mencari suaka kemudian menjadi berita utama di media internasional.

Wanita tersebut berhasil melintasi Iran, Turki, Yunani, dan Kroasia sebelum berakhir di Skaraborg, Swedia.

Baca Juga:  Houthi Klaim Serang 107 Kapal Sejak November

Sejak ia merasa sulit untuk berjalan, putra dan cucunya harus menggendong Uzbeki jauh sebelum mereka akhirnya diberi kursi roda.

Upayanya untuk mendapatkan suaka di Swedia ditolak pada bulan Juni, dan pihak berwenang mempertimbangkan untuk mengirim perempuan berusia 106 tahun itu ke Afghanistan.

Pernah menjadi salah satu negara yang paling ramah bagi pencari suaka dan pengungsi, Swedia memperketat undang-undang imigrasinya pada tahun 2016 untuk melonggarkan tekanan pada infrastrukturnya, di tengah kemarahan partai-partai sayap kanan yang antiimigran dan kontra-.

Akibat dari kebijakan itu, Swedia menerima lebih dari 160.000 aplikasi suaka pada tahun 2015, namun hanya 30.000 pada tahun 2016.

Meskipun pemberontakan Taliban terus berlanjut, badan migrasi Swedia tidak mempertimbangkan kedatangan pengungsi dari Afghanistan berada pada tingkat risiko tertinggi. (T/R11/RS3)

Baca Juga:  Massa Pendukung Israel Serang Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas California

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Syauqi S

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.