Pentingnya Pembinaan Umat

Oleh Ahmad Zubaidi Ardani, Amir Tarbiyah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) 

Orang yang hidup pasti selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Begitu pula ini. Karena umat adalah kumpulan manusia dalam jumlah besar, yang juga mengalami perubahan. Perubahan itu tentu saja bisa ke arah lebih baik, atau ke arah lebih buruk. Sangat tergantung siapa pemimpin umat yang memberi pengarah dan pengaruh dominan.

Jika pengarah dan pengaruh dari pemimpin berlevel sampah, maka kualitas umat tentu bisa lebih buruk, busuk dan bau melebihi sampah. Begitu pula sebaliknya, bila pengarah dan pengaruh dari pemimpinnya berkualitas emas, maka bisa ditebak akan lahirlah umat yang cerdas: intelektual, emosional, spiritualnya, berani dan punya daya kritis terhadap pemimpinnya dalam rangka tawa sawbilhaq watawa shawbisshabr.

Maka antara pemimpin dan umat satu sama lain saling mempengaruhi dan inilah dalam istilah ilmu komunikasi disebut GIGO (Garbade In Garbade Out) artinya jika yang masuk sampah yang keluar sampah pula. Tentu kita berharap sebaliknya.

Amar Makruf Nahi Mungkar

Islam adalah agama yang sempurna, jalan hidup seorang muslim yang ingin meraih kesucian dunia dan akhirat. Kesempurnaan Islam sudah teruji dalam laboratorium sepanjang sejarah umat manusia.

Salah satu dari kesempurnaan Islam itu adalah upaya amar makruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan melarang pada keburukan). Begitu juga kaitannya dalam menjaga kualitas umat ini, agar terus meningkat kebaikannya di dunia dan selamat di akhirat, maka seorang pemimpin termasuk umat yang dipimpinnya harus berusaha untuk amar makruf dan nahi mungkar.

Dengan amar makruf umat terus diarahkan agar seiring dengan pertambahan umur bertambah pula iman dan taqwanya, bertambah pula amal sholehnya sehingga bisa menjadi tabungan kebaikan di dunia dan akhirat.

Sementara, nahi mungkar adalah sebuah upaya untuk membentengi umat dari berbagai penyakit sosial termasuk penyakit ruhani yang bisa merusak kualitas iman sebuah umat. Dua tugas mulia ini merupakan “pengawal” umat  yang dengan izin Allah Ta’ala mampu menyelamatkan pemimpin dan umatnya dari keburukan dunia dan akhirat.

Amar makruf dan nahi mungkar adalah dua hal yang harus dipahami dan diamalkan secara secara serius dan sistematis serta  terukur dari waktu ke waktu secara berjamaah. Dua hal ini wajib ada, dan jika tidak dilakukan, maka jangan pernah bermimpi doa akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala.

Jika umat mengabaikan dua hal tadi, maka azab dari berbagai arah pasti akan datang silih berganti, dan tak ada jalan keluar yang mampu mengatasinya kecuali dengan bertaubat serta berniat untuk mengamalkan kembali amar makruf nahi mungkar tersebut.

umat yang sangat pokok adalah adanya amar makruf nahi mungkar karena hal ini merupakan tuntutan dan tuntunan dari Allah dan RasulNya. Adakah yang melebihi Allah dan RasulNya ?

Setiap Muslim Wajib Berjama’ah

Dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 100-112, secara lengkap, jelas, dan rinci, Allah Ta’ala memberikan petunjuk yang terbaik bagi sistem kehidupan umat manusia. Bila sistem itu diabaikan, maka akibat buruknya tentu akan dirasakan sendiri oleh umat manusia baik di dunia lebih lagi di akhirat kelak.

Ada lima (5) kandungan dalam Quran surat Ali Imran ayat 100-112 tersebut, antara lain sebagai berikut. Pertama, Allah Ta’ala melarang kaum muslimin sebagai umat terbaik di alam ini untuk mengikuti cara beragama ahli kitab. Di antaranya, mereka beragama tetapi tidak lagi mengamalkan kitab sucinya.

Akibatnya, agama dicampakkan dari kehidupan dan dianggap candu. Arah kehidupannya menjadi liar bak binatang buas, dan yang menjadi pemimpinnya adalah nafsu birahi (libido seksual – Segmund Freud). Mereka inilah yang dalam bahasa Al Quran dinyatakan sebagai orang-orang yang tak tahu diuntung alias kembali kufur sesudah beriman (Qs. Ali Imran: 100).

Akankah umat Islam hari ini seperti ahli kitab? Tentu saja tidak. Kita berharap dan terus beramar makruf nahi mungkar agar umat Islam ini seluruhnya bisa hidup terpimpin dalam kehidupan berjama’ah berimamah di bawah pimpinan satu imaamul Muslimin.

Kedua, umat senantiasa diajak mendalami kitab suci dan sunnah Nabi serta berpegang teguh kepada keduanya, niscaya mereka akan ditujuki kepada jalan hidup yang lurus, (tadabburi : Qs. Ali Imran ayat 101).

Ketiga, umat terus dibina menuju ketakwaannya sampai tingkatan takwa yang sebenar-benarnya hingga ajal datang menjemput tetap istiqamah dalam ketakwaannya.

Keempat, umat harus hidup mengamalkan Quran dan sunnah secara berjamaah, dan tidak anarkis. Jika anarkis yang dikedepankan, maka sama halnya umat berada di tepi jurang neraka. Jika umat berhasil dipimpimpin menegakkan khilafah mengikuti manhaj Rasulillah, niscaya umat mendapat hidayah, selamat di dunia dan akhirat (tadabburi : Qs. Ali Imron ayat 103).

Kelima, dalam hidup berjamaah mesti ada pembagian tugas atau amanah yang jelas (tidak tumpang tindih amanah) agar bisa maksimal dalam membina umat. Pembagian tugas itu antara lain; ada sekelompok orang yang secara sistematis melakukan seruan kepada kebaikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari berbagai kemungkaran. Mereka inilah para umaro dan ustad yang mendapat amanah untuk senantiasa menyirami ruhiyah umat agar tidak kering kerontang dari keimannan.

Jika amanah ini bisa dilakukan dengan baik dan terencana, maka umat akan mengalami keberuntungan. Keuntungan itu bisa jadi kualitas kesejahteraannya meningkat, jasmani ruhaninya sehat, terhindar dari berbagai penyakit yang merusak. Iman takwanya terpelihara sampai akhir hayatnya (tadabburi: QS Ali Imran ayat 104).

Jika sudah demikian, maka ketaatan umat akan bertambah kepada para pemimpin sebab umat merasakan keberhasilan dari pemimpin dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Jangan Anarkis

Muslimin saat dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Khulafaur rasyidin mempunyai wibawa, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditakuti musuh walau perjalanan masih menempuh pada jarak dua bulan perjalanan.

Mengapa demikian? Sebab kaum muslimin masa itu hidup terpimpin, itulah jawabannya. Karena itu, Allah Ta’ala melarang dengan sangat keras bagi orang yang beriman untuk anarkis, dengan mengancam akan diberi azab yang sangat berat (tadabburi: QS Ali Imran: 105).

Tetapi Allah Ta’ala juga menjanjikan dengan janji yang pasti dengan kenikmatan surga bagi siapa saja yang bisa  menjaga diri dalam kesatuan Jama’ah.

Allah menggambarkan beratnya azab bagi umat islam yang berfirqah (anarkis) seperti dalam firmanNya yang artinya, “Wajah-wajah mereka ada yang hitam kelam tetapi ada pula yang putih berseri. Adapaun yang hitam kelam Allah katakan, rasakan azab sebab kekufuranmu (anarkis). Sedang yang wajahnya putih berseri mereka dalam rahmat Allah (surga) kekal di dalamnya.”(QS Ali Imran : 106-107).

Pada ayat berikutnya Allah Ta’ala menegaskan, semuanya telah dibacakan ayat-ayatNya dengan haq (benar), dan Allah tak akan pernah berlaku dzalim kepada hambaNya. Semua yang ada di langit dan di bumi milik Allah, dan kepada Allah dikembalikan segala urusan. Tidak lagi kepada pikiran dan perasaan masing-masing (tadabburi: QS Ali Imran : 108-109).

Umat Terbaik

Pada ayat berikutnya Allah mengulangi lagi tentang betapa pembinaan umat dengan selalu menegakkan amar makruf dan nahi mungkar. Jika itu dilakukan dengan baik seperti telah diterangkan di atas, pasti akan terwujud umat yang terbaik. Ahli kitab pun jika mengimani dengan benar ayat-ayat Allah, pasti akan mendapatkan kebaikan, tetapi kebanyakan mereka fasik (melanggar agama Allah). Karena itu wahai mukmin (umat Islam) jangan lagi kamu seperti mereka !

Allah menjamin dengan istikomah hidup mengamalkan islam secara berjamaah, godaan, gangguan, pengaruh bahkan permusuhan ahli kitab dan yang lain tak akan membahayakan kamu, karena kamu dalam keadaan kuat. Jika mereka memerangi kamu sekalipun, akhirnya mereka akan melarikan diri mundur kebelakang (tadabburi: QS Ali Imran : 111).

Kehinaan Umat

Kehinaan akan menimpa siapa pun ahli kitab maupun yang lain termasuk umat islam, jika dalam hidupnya tak memelihara aturan Allah dalam hubungannya dengan Allah juga dengan sesama manusia …..mengkufuri ayat-ayat Allah, mengingkari sunah-sunah RasulNya, pasti kemaksiatan dan pelanggaran batas yang mewarnai umat…itulah kehinaan dunia akhirat (tadabburi: Qs. Ali Imron : 112 ). Nauzubillah, wallahu a’lam bishawab. (R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.