Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Remaja perempuan Palestina, Natalie Iyad Shukha (15 th), kelas 10 menengah, ditahan di penjara HaSharon bersama 11 gadis kecil Palestina lainnya.
Sebelum ditangkap dan ditahan, Natalie dari desa Rammun dekat Ramallah, ditembak oleh tentara pendudukan Israel pada 28 April 2016, dengan peluru tajam di punggung dan dadanya.
Dia ditangkap bersama dengan temannya, Tasneem Halabi, di dekat desa Beit Ur di sebelah barat Ramallah. Natalie dan Tasneem dituduh berusaha menikam tentara pendudukan Israel.
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Tasneem merayakan ulang tahunnya yang ke-15 di dalam Penjara HaSharon.
Natalie saat di dalam penjara sempat menulis surat untuk orang tuanya menceritakan kondisi para tahanan perempuan Palestina di dalam penjara Israel.
Isi suratnya menyiratkan ketegaran dirinya, walau masih sekolah menengah, tapi harus mendekam di dalam penjara. Di antara isi suratnya seperti disebutkan Samidoun, media yang khusus memberitakan kondisi dan perkembangan tahanan Palestina di penjara pendudukan, tertulis :
”Salam saya untuk semua orang dermawan di desa tercinta saya, Rammun. Salam saya untuk dewan desa dan semua orang yang mendukung saya dan saudara-saudara saya di dalam penjara.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
Ibu, Ayah, semua orang di sini bangga dengan para orang tua yang telah membesarkan para pejuang perempuan Palestina. Angkat kepalamu tinggi-tinggi dengan terhormat.
Ibu, Ayah, Saya tinggal satu kamar dengan enam gadis lainnya. Kami adalah dua belas bunga, tahanan yang merupakan gadis-gadis kecil. Kami hidup bersama melalui saat-saat buruk dan baik.
Semoga Allah mempertemukan kita, bersatu kembali, segera. Ya Allah, beri kami kebebasan sekarang!
Mereka tidak akan dapat memenjarakan aroma bunga dalam penjara!“
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
Aksi Protes di Luar Negeri
Beberapa bulan mendekam di dalam penjara pendudukan, protes menuntut pembebasan Natalie dan perempuan di dalam penjara, tidak pernah surut.
Kali ini pada tanggal 10 Januari 2017 para pengunjuk rasa di New York City turun ke jalan untuk membebaskan tahanan anak Palestina. Laporan The Prisoners Diaries.
Para pendemo berkumpul di New York City di luar Best Buy di Union Square untuk memprotes kebebasan tahanan anak Palestina Natalie Shukha dan semua tahanan Palestina.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Protes juga diselenggarakan untuk menyoroti kampanye internasional yang berkembang untuk memboikot merek produk HP yang mengambil keuntungan dari pendudukan Palestina dan pemenjaraan tahanan.
Jaringan Solidaritas Tahanan Palestina Samidoun berkumpul pada musim dingin, membawa tanda-tanda yang menyoroti kasus Natalie Shukha yang berusia 15 tahun.
Bebas Tapi Sedih
Setelah serangkaian persidangan, pengadilan Israel menjatuhkan hukuman 18 bulan penjara kepada Natalie Shukha, sampai hukuman itu naik banding, enam bulan dikurangi, dan dia akhirnya dibebaskan pada 8 Apri 2017.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Sekitar satu tahun ia mendekam dalam penjara Israel, setelah keluar dia masih menderita sakit di tangannya karena cedera.
Kepada Al-Araby Al-Jadeed ia menceritakan bagaimana ia teringat data dua bulan pertama dalam penahanannya, dia masih belum memahami mengapa dirinya dipenjara. Terlebih pihak penjara melarang kunjungan orang tuanya dan keluarganya dengan dalih keamanan.
Ia juga mengatakan, tentara pendudukan sengaja menunda pertolongan pertamanya saat tertembak, dan membiarkannya berlumuran darah. Dia sempat pingsan saat itu.
“Saya diperlakukan dengan buruk oleh sipir dan perawat,” ujarnya mengisahkan.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Pernah ia merasa senang karena akan ada kunjungan keluarganya. Namun saat keluarganya tiba di salah satu pos pemeriksaan militer pendudukan, ternyata tidak diizinkan untuk menyeberang ke dalam penjara, meskipun telah mendapat izin pengunjung.
Pada satu kesempatan lain, adik laki-lakinya Abdel Aziz pernah datang juga, tapi ditarik kembali dengan dalih bahwa dia dilarang oleh pasukan keamanan.
Natalie hanya mencoba bertemu dalam beberapa kesempatan saat di rumah sakit, dan dia mencuri beberapa menit untuk menyambut keluarganya saat di sesi pengadilan.
Ruqayya Karaja Shukha, ibu Natalie, berkata, “Natalie adalah yang tertua di antara saudara laki-laki dan perempuannya, tetapi pemikirannya melebihi usianya di penjara”.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Natalie tinggal di dalam penjara, dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca dan belajar, ujar ibunya.
Ia menyampaikan pesan anaknya bahwa penjara bukan untuk anak-anak seusia dia. Banyak tahanan perempuan yang menjalani hukuman lebih lama dari usia mereka.
Saat penjemputan kebebasan itupun tiba, tepat pada tanggal 9 April 2017. Keluarga Natalie dan warga dari desanya menunggunya di pos pemeriksaan militer Jabara dekat kota Tulkarim di Tepi Barat utara.
Saat bertemu dengan keluarganya dan warga kampung, Natalie menangis karena kegembiraan dan keharuannya.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
“Saya merasa seperti hidup dalam mimpi, lalu saya berlari ke arah mereka untuk memeluk mereka, dan kemudian saya menangis. Tidak ada yang seperti kebebasan. Saya senang, tetapi sekaligus sedih karena masih banyak teman-temannya yang berada di dalam penjara pendudukan,” ujarnya kepada media yang mewawancarainya.
Natalie yang ditembak oleh tentara pendudukan sebelum ditahan, adalah salah satu dari lebih dari 300 anak, termasuk 13 anak di bawah umur, yang ditahan di penjara-penjara Israel. Menurut data tahun 2016. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina