Puasa sebagai Perisai (KH Bachtiar Nasir)

Oleh

Da’i dan Ulama mengkaji dan mendalami Ilmu-Ilmu Al-Qur’an

SEBAGAI orang yang beriman kepada adanya hari akhir, dimana semua amal perbuatan kita di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan di depan Hakim yang Maha Adil, Allah ta’ala, setiap kita tentu menginginkan kebahagiaan dan kemenangan di akhirat nanti. Tidak ada kemenangan yang lebih tinggi daripada diselamatkan dari siksaan neraka dan dimasukkan ke dalam surga Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَ‌كُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ‌ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُ‌ورِ‌

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Surat Ali ‘Imran [3]: 185).

Dan tidak ada kerugian yang lebih besar dari kerugian kita di hari Akhir nanti. Allah Subhanallahu ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِ‌ينَ الَّذِينَ خَسِرُ‌وا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَ‌انُ الْمُبِينُ

Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Surat Az-Zumar [39]: 15).

Ungkapan bahwa puasa itu adalah perisai merupakan bagian dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

عن أبى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : ” كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَسْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ ، فَلْيَقُلْ : إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ ” ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ ، أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا : إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Berfirman, ” Setiap amalan Bani Adam adalah baginya sendiri kecuali puasanya. Sesungguhnya puasa itu adalah untuk Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Puasa itu adalah perisai. Apabila seseorang sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor pada hari itu dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki oleh orang lain dan diajak berkelahi, hendaklah ia berkata ‘aku sedang berpuasa’. Demi Allah, sesungguhnya nafas dari mulut orang yang sedang berpuasa itu di hari kiamat nanti lebih harum dari bau kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan, yaitu ketika berbuka, ia bergembira dengan berbukanya, dan ketika berjumpa dengan Allah kelak, ia bergembira dengan puasanya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Secara bahasa junnah berarti perisai atau pelindung. Itu mencakup setiap sesuatu yang dijadikan sebagai pelindung yang menghalangi sesuatu mengenai badan kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan ibadah puasa itu sebagai perisai bagi yang melakukannya dari melakukan dosa dan maksiat. Pada akhirnya puasanya itu menjadi perisai bagi dirinya dari siksaan neraka.

Dalam hadits di atas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang sedang berpuasa tidak seharusnya berkata-kata kotor dan bertengkar. Puasa yang dilakukannya seharusnya menjadi perisai bagi dirinya untuk tidak mengerjakan maksiat dan hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala. Puasa yang dilakukannya semestinya menjadi perisai bagi dirinya untuk tidak mengikuti hawa nafsunya. Bahkan jika ada yang memprovokasinya untuk melakukan perbuatan dosa, maka ia harus selalu mengingatkan dirinya bahwa ia sedang berpuasa sehingga ia terhindar dari melakukan perbuatan dosa itu.

Karena kalau puasanya itu tidak dapat menjadi perisai bagi dirinya dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat, maka puasanya itu tidak akan punya nilai di sisi Allah Ta’ala.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan melakukan itu, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (Riwayat Bukhari).

Jika puasa seseorang sudah dapat menjadi perisai baginya dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat, maka itu berarti puasanya sudah menjadi perisai baginya dari siksaan neraka pada hari kiamat nanti, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain:

عن عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ فَقَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : الصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ.

Dari Utsman bin Abi al-‘Ash, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Puasa itu adalah perisai dari neraka seperti perisai salah seorang dari kalian ketika ingin berlindung dari pembunuhan.” (Riwayat Ahmad dan An-Nasa`i).

Ibnu al-‘Arabi menjelaskan bahwa puasa itu menjadi perisai dari siksaan neraka karena puasa itu menahan dari hawa nafsu dan jalan neraka itu dipenuhi dengan hawa nafsu. Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa jika seseorang yang berpuasa telah menahan dirinya dari mengikuti hawa nafsunya di dunia ini, maka itu akan menjadi pelindung baginya dari siksaan neraka di akhirat nanti.

Semoga puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini bisa menjadi perisai bagi kita dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah. Sehingga puasa kita dapat menjadi perisai bagi diri kita dari siksaan pedih api neraka.

(A/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.