ISRAEL TERUS BANGUN “YERUSALEM RAYA” HANCURKAN HARAPAN RAKYAT PALESTINA

Ramallah, 24 Rabi’ul Awwal 1437/4 Januari 2016 (MINA) – Direktur Departemen Kartografi dalam Asosiasi Studi Arab dan ahli kebijakan ilegal , Khalil al-Tafkaji, mengatakan, Otoritas Pendudukan Israel sedang melaksanakan rencana untuk meningkatkan mayoritas kaum Yahudi di Kota yang mereka sebut dengan “” untuk membangun ‘Yerusalem Raya’.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Palestinian Information Center (PIC) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Al-Tafkaji menyatakan, “Pemerintah Israel berturut-turut, terutama pemerintah periode pertama dan kedua yang dipimpin Netanyahu, telah berkontribusi dalam proyek permukiman E1, secara geografis bertujuan melepaskan wilayah utara dan selatan dari Tepi Barat. Proyek ini menghilangkan sisa ruang untuk memperluas ‘Al-Quds Timur’ sebagai ibukota untuk (proyeksi) negara . ”

Al-Tafkaji menunjukkan bahwa Otoritas Pendudukan Israel diam-diam bekerja untuk mendirikan sebuah negara “bi-nasional” yang jauh dari solusi dua negara. Dia menegaskan bahwa ini tidak hanya mencakup proyek E1, tetapi juga perluasan secara massif dari permukiman ilegal di wilayah selatan dan utara Kota Al-Quds, di samping perluasan zona industri di permukiman ilegal Ma’aleh Adumim hingga Laut Mati.

Sementara itu, Organisasi Peace Now baru-baru ini mengumumkan skema Kementerian Konstruksi dan Perumahan Israel, yang meliputi pembangunan 55.548 unit permukiman ilegal di wilayah Palestina di Tepi Barat dan Al-Quds. Skema ini terdiri lebih dari 25.000 unit di sebelah timur dari Tembok Pemisah, serta 8.378 unit di At-Tur dan ‘Anata.

Selanjutnya, dua permukiman ilegal Israel yang akan dibangun di sebelah selatan Betlehem dan utara Lembah Yordania, di samping lebih dari 12.000 unit permukiman ilegal di kota tua Al-Quds.

Al-Tafkaji menegaskan bahwa pekerjaan pada proyek permukiman E1 belum berhenti selama bertahun-tahun, sebagaimana infrastruktur yang sudah dibangun, selain markas kepolisian. Zona E1, menurut dia, terhubung dengan permukiman ilegal Ma’aleh Adumim dari timur, serta Jalur Lingkaran Timur dan Bukit Perancis dari barat.

Hancurkan Harapan

Al-Tafkaji menjelaskan, proyek ini bisa menimbulkan dua risiko. Pertama, lokasi proyek menghilangkan harapan Rakyat Palestina untuk memiliki ibukota Palestina di Al-Quds, karena merupakan satu-satunya ruang yang tersisa untuk ekspansi di Al-Quds Timur.

Kedua, proyek merupakan kawasan permukiman ilegal yang luar biasa terhubung dengan Al-Quds Timur dan Ma’aleh Adumim, memisahkan utara dan selatan Tepi Barat.

Tanggapan tokoh Palestina dan Arab untuk rencana Israel, menurut al-Tafkaji, tidak ada, terutama akibat perpecahan di daerah-daerah Arab yang sedang berlangsung. “dengan perpecahan ini, proyek ini tepat waktu, yang memungkinkan Israel untuk melaksanakan seluruh proses tanpa kecaman Arab,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa Israel juga merasa cukup nyaman dalam kaitan dengan Amerika Serikat, karena sekutu utama Israel itu  sedang sibuk dengan kampanye presiden dan sibuk dengan Rusia, Suriah, Irak dan ISIS. Selain itu, Eropa juga sedang sibuk berurusan dengan imigran dan terorisme, sehingga perhatian pada aksi-aksi Israel berkurang dan memberikan Israel ruang untuk mempercepat proyek-proyek permukiman ilegal bagi kaum Yahudi itu.

“Proyek Ini adalah bagaimana Israel telah membangun 217 permukiman, sebagai bagian dari Rencana Bintang Tujuh dari mantan Menteri Perumahan, Ariel Sharon, yang bertujuan untuk terus gencar membangun permukiman-permukiman  Israel di wilayah Palestina,” tegasnya. (R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.