Riyadh, MINA – Arab Saudi dan Irak berencana membuka perbatasan Arar guna kegiatan perdagangan untuk pertama kalinya sejak 1990.
Perbatasan itu ditutup setelah Riyadh dan Baghdad memutuskan hubungan setelah invasi Saddam Hussein ke Kuwait, media lokal Saudi melaporkannya pada Selasa (15/8).
Pejabat Saudi dan Irak melakukan tur ke lokasi tersebut pada Senin dan berbicara dengan peziarah Irak, yang selama 27 tahun terakhir mengakses persimpangan tersebut hanya sekali setahun selama musim haji, demikian laporan surat kabar Makkah.
Gubernur Anbar, provinsi Irak di barat daya, mengatakan pemerintah Irak telah mengirimkan pasukan untuk melindungi rute padang pasir yang mengarah ke Arar dan menyebut pembukaan itu sebagai sebuah langkah signifikan untuk meningkatkan hubungan.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
“Ini merupakan awal yang bagus untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan antara Irak dan Arab Saudi,” kata Sohaib al-Rawi seperti dilansir Ahram Online yang dikutip MINA.
Pengumuman tersebut menyusul keputusan kabinet Saudi pada Senin untuk membentuk komisi perdagangan bersama dengan Irak.
Saudi dan Uni Emirat Arab sama-sama berusaha merayu Baghdad dalam upaya untuk menghentikan pengaruh musuh bebuyutan mereka, Iran.
Negara Sunni di Teluk telah menjadi tuan rumah bagi ulama Syiah Irak yang berpengaruh, Moqtada al-Sadr, untuk melakukan pembicaraan dengan pangeran mahkota dalam beberapa pekan terakhir. Itu merupakan kunjungan langka setelah bertahun-tahun menjalani hubungan yang bermasalah.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Kantor Al-Sadr mengatakan pertemuannya dengan Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, menghasilkan sebuah kesepakatan. Saudi setuju menyumbangkan US$10 juta (Rp133 miliar) kepada pemerintah Irak dan mengkaji kemungkinan investasi di wilayah Syiah di selatan Irak.
Pembukaan pelintasan perbatasan untuk perdagangan juga tertera dalam daftar kesepakatan yang diumumkan oleh kantor Al-Sadr.
Sadr memiliki banyak pengikut di kalangan kaum miskin kota Baghdad dan selatan Irak, dan merupakan satu dari sedikit pemimpin Syiah Irak yang mempertahankan jarak dengan Teheran.
Upaya normalisasi hubungan hubungan Saudi-Irak berlanjut pada 2015, ketika Arab Saudi membuka kembali kedutaan besarnya di Baghdad setelah 25 tahun.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengunjungi Baghdad pada Februari, dan kedua negara mengumumkan pada bulan Juni bahwa mereka akan membentuk dewan koordinasi untuk meningkatkan hubungan. (T/R11/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata