Oleh: Nissa Al-Karimah dan Risma Tri Utami, Keduanya Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
Sayida Ounissi (28 th) seorang Muslimah muda, modern dan berpendidikan, merupakan aktivis terkemuka dari Partai Gerakan Islam Moderat Ennahda dan pendatang baru di Parlemen Tunisia. Ennahda, partainya pada Pemilu 2014 mendapatkan 67 kursi dari 217 yang diperebutkan. Padahal partainya sempat dilarang pada masa Presiden Zine El Abidine Ben Ali, sebelum Revolusi Tunisia 2010-2011.
Jati dirinya adalah seorang aktivis Muslimah yang tegas, terutama dalam soal jilbab bagi kaumnya, tapi ia moderat dalam berpolitik. Sejak ia masuk Parlemen 2014, dimulailah transisi damai yang menandai tonggak transformasi nasional Tunisia menjadi demokrasi penuh. Dan, salah satu pengubah politik itu adalah Sayida Ounissi.
Dengan latar belakang modernisasi partai politik yang pesat, Ounissi, puteri salah satu pendukung Ennahda, merupakan mahasiswi kandidat doktor dalam ilmu politik di Universitas Pantheon-Sorbonne di Paris, Perancis. Karena itu, ia fasih berbahasa Perancis, di samping Bahasa Arab.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Ia telah menjadi anggota penting di partainya Ennahda. Pesan-pesan di tweet–nya banyak dikutip oleh media internasional.
Pendidikannya di Perancis dan komitmennya yang kuat untuk memberdayakan kalangan pemuda dan hak-hak perempuan, telah membuatnya menjadi bintang politik yang terus meningkat di negaranya, yang masih terus berjuang untuk menentukan sendiri di wilayah bergolak, Timur Tengah-Afrika Utara.
Berikut petikan wawancara eksklusif HuffPost Maghreb dengan politisi muda Sayida Ounissi, yang dikutip oleh Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA). Wawancara mulai dari masalah politik, pandangannya tentang masa depan Tunisia, hingga yang menyangkut kegiatan pribadinya.
Apa yang ingin Anda capai dalam 10 tahun ke depan Tunisia?
Saya ingin berada dalam posisi untuk mengusulkan dinamika baru dalam hubungan antara negara, para wakil terpilih dan warga Tunisia. Seperti semua masyarakat, kami memiliki tradisi pemerintahan politik yang unik. Saya menemukan bahwa sistem Tunisia saat ini adalah salah satu kendala utama dalam praktik kewarganegaraan di satu sisi, dan salah satu penyebab utama dari kurangnya transparansi dan tanggung jawab di sisi lain.
Menjadi terpilih dan dipercaya sebagai anggota parlemen pada usia saya yang relatif muda (28 th), cukup menjadi hambatan. Karena di masyarakat kami masih kental dominasi patriarkal (kaum laki-laki), dan memang masih dalam masa transisi demokrasi.
Karena itu, saya harus membuktikan bahwa saya tahu pekerjaan saya cukup baik, sambil terus menunjukkan inisiatif, semangat tim dan menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Saya sering mengajak teman-teman muda dan mahasiswa ngobrol bersama di kafe untuk membicarakan kondisi Tunisia. Pertama saya terkejut terkejut dengan komen-komen mereka, ada berbagai hujatan atas situasi politik. Namun setelah terjadi dialog santai, selanjutnya meraka tertarik dan akhirnya berdiskusi. Mengelola untuk membangun dialog santai dan dianggap serius, adalah tantangan nyata.
Siapa yang menjadi panutan Anda dalam kehidupan Anda?
Jelas ibu saya. Ia adalah orang yang telah membentuk pandangan saya tentang dunia, dan pemahaman saya tentang peran seorang perempuan.
Ibu selalu mengajarkan anak-anaknya sebagai warga negara yang bertanggung jawab, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Ketika saya berumur enam tahun, ibu saya mengikutseratakan saya dalam suatu aksi protes di Paris terhadap kediktatoran Tunisia. Juga dalam aksi solidaritas pro-Palestina, demo menentang perang di Irak, dan berbagai kegiatan amal melayani kalangan miskin.
Ibu saya selalu berbagi makanan dengan tetangga dan memberikan tempat tidur terbaik untuk para tamunya. Dengan menempatkan kenyamanan orang lain atas dirinya sendiri dan mempertimbangkan kepekaan dari orang-orang di sekelilingnya, dia membuktikan kepada saya bahwa kita bisa memberikan apa yang kita miliki tanpa perlu khawatir akan menjadi miskin.
Topik apa yang Anda lihat di media?
Topik yang positif dan kabar baik dari semua jenis, yang datang dari seluruh dunia. Ada gagasan terbentuk sebelumnya bahwa berita yang paling menarik adalah yang paling ekonomis menguntungkan. Tapi saya tidak benar-benar yakin tentang itu. Saya percaya bahwa pembaca membutuhkan seseorang untuk mengatakan kepada mereka apa yang sedang terjadi dengan baik.
Siapa orang yang paling Anda kagumi?
Zoulaykha Gharbi, seorang wanita Muslimah Tunisia, isteri Mohamed Mouldi Gharbi, mantan tahanan politik. Dia disiksa oleh pasukan keamanan Tunisia, saat dia sedang mencari suaminya. Dia berani mengajukan gugatan terhadap penyiksa beberapa tahun kemudian.
Saya sangat mengagumi keberaniannya. Saya sering berpikir, suatu ketika saya sendiri dalam situasi tertentu, saya harus berani juga melaporkan atau mengambil tindakan terhadap tindakan ketidakadilan. Saya menemukan kekuatan seperti itu darinya.
Apa saran yang akan Anda berikan kepada seorang pria muda atau wanita yang mencoba untuk memutuskan apa yang harus ia lakukan dalam hidup?
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Setiap kali saya memiliki kesempatan, saya memberitahu mereka yang lebih muda dari saya dan yang segenerasi dengan saya, bahwa jangan takut menghadapi jalan yang sulit. Kita jangan takut melakukan hal-hal yang berbeda, mengambil waktu yang kita butuhkan untuk mencapai potensi kita, dan mari kita membebaskan diri dari hayalan atas model-model keberhasilan orang lain. Tapi kita harus menciptakan kesuksesan kita sendiri.
Apa yang paling Anda syukuri?
Keluarga saya pasti. Seperti semua keluarga, kami telah mengatasi kesulitan bersama keluarga. Setiap kali, itu membuat saya lebih kuat dan membawa saya lebih dekat dengan keluarga.
Saudara-saudara saya dan kakak saya adalah penasihat terpercaya saya. Mereka memastikan bahwa saya tidak kehilangan cara. Ini berkat keluarga saya. Bahwa saya bisa mengabdikan diri sepenuhnya untuk peran saya dan misi baru saya.
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Sebuah keluarga penuh kasih, keluarga yang lucu, memungkinkan saya untuk meletakkan segala sesuatunya begitu tiba di rumah pada malam hari.
Hal itu memungkinkan saya untuk bergerak melewati perjuangan sehari-hari, menghadapi penghinaan, kegagalan dan dalam kasus saya, hingga menjawab kritik orang lain.
Bagaimana Anda mendapatkan informasi?
Saya memiliki beberapa sumber berita. Saya menggunakan media online dan cetak, saya aktif di jejaring sosial, khususnya twitter. Saya tidak membeli koran, hanya majalah mingguan. Hingga dari situ saya membuat berita sendiri.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
Apa masalah yang ingin Anda selesaikan dalam sepuluh tahun ke depan?
Dalam sepuluh tahun ke depan, saya ingin menjamin kebebasan bergerak bagi semua warga Tunisia. Masalah migrasi juga prioritas, mereka tidak bisa lagi dilihat hanya melalui sisi keamanan atau ancaman ekonomi semata.
Saya percaya bahwa jika kita bekerja cukup keras untuk negara, maka negara akan benar. Dan itu semua tentu memerlukan proses dengan selalu ada kemungkinan yang datang dan pergi di tempat-tempat yang berbeda.
Oh ya, apa hal pertama yang Anda lakukan ketika bangun pagi?
Tentu yang pertama adalah berwudhu, lalu shalat shubuh dan membaca doa pagi. Saya berusaha memulai hari saya dengan cara menjaga stabilitas spiritual yang berharga. Ini adalah melebihi meditasi yang sangat diperlukan, sebelum menghadapi padatnya jadwal harian, yang seringkali penuh dengan tekanan (stress).
Apa yang Anda lakukan untuk menghadapi stress?
Ya, saya melakukan pekerjaan rumah tangga dan berkebun. Saya seharian menghabiskan hari-hari saya di ruang sidang, pada pertemuan profesional atau di acara-acara publik. Itu memang bagian hidup saya sebagai politisi. Bahkan bersosialisasi dengan orang banyak dari berbagai kalangan sudah menjadi bagian dari pekerjaan saya.
Namun sebaliknya, berada di rumah, mengurus rumah, mengatur ruangan agar terlihat lebih menarik, itu adalah sesuatu yang memungkinkan saya untuk mengambil istirahat dari itu semua. Merawat bunga dan menyiram tanaman di kebun, mengajarkan saya kesabaran dan menghormati lingkungan.
Tentang kaum perempuan bagaimana?
Saya menginginkan pada tahun 2025, negara harus mampu mengakui bahwa wanita layak mendapat gaji yang sama sebagai manusia, dan berhak mendapatkan cuti yang diperlukan untuk merawat bayinya.
Berapa jam Anda tidur setiap malam?
Saya tidur antara enam sampai delapan jam malam. Tidur sangat penting bagi saya. Tapi tentu pada saat-saat banyak bekerja intens, saya tidak tidur banyak. Tapi saya segera tidur begitu saya mendapatkan kesempatan.
Namun, meskipun jelas lelah, saya tidak selalu pergi tidur lebih awal, karena kehidupan politik di Tunisia. Saya selalu memikirkan dan memiliki perasaan bahwa pemberontakan besar akan terjadi di malam hari. (T/nis/ima/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)