Sebut Kata Rohingya, Medsos Myanmar Hujat Paus Francis

Francis dalam kunjungan ke pengungsi di Dhaka, Bangladesh, Jumat 1/12/2017. (AP News)

Vatikan, MINA – Pimpinan tertinggi gereja Katolik Paus Francis menyebut kata ‘Rohingya’ dalam kunjungannya ke pengungsi minoritas Muslim di ibukota Bangladesh, Dhaka, Jumat (1/12).

Pelukan Sri Paus terhadap komunitas Rohingya itu ternyata memicu beberapa komentar hujatan dari pengguna media sosial di Myanmar. Peninsula Qatar melaporkan, Ahad (3/12).

Paus menyebut para pengungsi sebagai “Rohingya”, sebuah istilah yang tidak dapat diterima banyak orang di Myanmar. Mereka dianggap sebagai “imigran gelap” Bengali dan bukan sebagai kelompok etnis yang berbeda.

Dalam pidatonya di lawatan sebelumnya di Myanmar yang sebagian besar beragama Buddha, Paus Francis tidak menyebut nama kelompok tersebut.

Lawatannya mendapat tepuk tangan dari minoritas Katolik kecil Myanmar, yang mengkhawatirkan kelompok garis keras Buddha.

Namun, pertemuannya dengan pengungsi di Bangladesh tak kuasa membuatnya menangis.

“Saya menangis. Saya mencoba melakukannya dengan cara yang tidak dapat dilihat,” katanya kepada wartawan. “Mereka juga menangis.”

Komentar tersebut memicu hujatan di media online di Myanmar, sebuah negara yang tertutup dari komunikasi modern selama lima dekade. Namun kini memiliki media sosial yang aktif.

“Dia seperti bunglon yang warnanya telah berubah karena cuaca,” kata pengguna Facebook Aung Soe Lin.

“Dia telah menjadi salesman atau broker, karena menggunakan kata-kata yang berbeda, meskipun dia adalah seorang pemimpin agama,” kata seorang pengguna medsos lainnya bernama Soe Soe.

Gereja Katolik Myanmar sebelumnya telah menyarankan kepada Paus Francis untuk tidak menyimpang ke dalam isu pembekuan status Rohingya di Myanmar. Khawatir dapat memperburuk ketegangan dan perlakuan terhadap orang-orang Kristen.

“Paus adalah orang suci, tapi dia mengatakan sesuatu di sini (di Myanmar), namun dia mengatakan berbeda di negara lain,” kata akun Ye Linn Maung.

“Dia harus mengatakan hal yang sama, jika dia mencintai kebenaran,” lanjutnya.

Namun ada nada lebih optimis tentang pilihan bahasa Paus Francis setelah dia meninggalkan tanah Myanmar.

Maung Thway Chun, ketua partai nasionalis Partai Patriot 135, memuji keputusan Paus untuk tidak menyebutkan nama Rohingya di Myanmar, meski mendapat tekanan dari kelompok hak asasi manusia.

“Itu berarti dia menghormati orang Myanmar,” katanya.

“Dia bahkan tidak menggunakan kata itu berkali-kali di Bangladesh. Saya pikir dia mengatakannya sekali, dan itu hanya untuk menghibur organisasi hak asasi manusia,” ujarnya. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.