Setiap Umat Dikaruniai Pemimpin

Oleh Mustofa Kamal, Pendakwah Medsos, Alumni Tarbiyah Wustho Lampung

Sudah tercatat dlm sejarah bahwa setiap seorang Nabi meninggal maka digantikan oleh Nabi yang lainnya. Namun tidak ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Setiap Nabi juga disebut sebagai , yang mengarahkan kepada perkara-perkara yang baik, memberi petunjuk kebaikan atas perintah Allah. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Qur’an Surat Al-Anbiya (21) Ayat 73 :

وَجَعَلْنَـٰهُمْ أَئِمَّةًۭ يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ ٱلْخَيْرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِ ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَـٰبِدِينَ

Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang (shalat), menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (QS Al-Anbiya [21] : 73).

Yakni Nabi-Nabi itu menjadi para pemimpin yang dianuti. Mereka menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan seizin-Nya. Dalam firman lainnya disebutkan :

{وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ}

Artinya: “Dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat.” (QS Al-Anbiya [21]: 73).

“Iqamas shalah dan ita-az zakah” di- ‘ataf-kan kepada fi’lal khairat sebagai ‘ataf khas kepada am, yakni hal yang terinci di- ataf -kan kepada hal yang umum.

Artinya mendirikan atau menegakkan shalat dan menunaikan zakat adalah termasuk perkara khusus dari keumuman amalan-amalan yang baik.

{وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ}

Artinya : “Dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (QS Al-Anbiya: 73)

Kepemimpinan umat, dimulai dari masa kenabian, tatkala umat manusia dipimpin para Nabi, serta mereka mengikuti ajaran Nabi.

Ada beberapa Nabi dan Rasul yang sudah harus kita ketahui, yakni 25 Nabi dan Rasul. Mulai dari Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, brahim ,Luth ,Ismail ,dan lainya sampai kepada Nabi yang terakhir yakni Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasallam.

Setiap seorang Nabi wafat maka adalagi penerus kenabian begitu seterusnya sampai terakhir Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Setelah Nabi Muhammad tidak ada lagi. Sebagaimana sabda Rasulullah :

كانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَنَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي …..

Artiny: “Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi….” (HR Bukhari dari Abu Hurairah r.a).

Masa kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah era kekhilafahan dan mulkan. Hal ini seperti disebutkan dalam hadits :

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّيَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِالنُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَاللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُأَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًاجَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَأَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Artinya: ”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR Ahmad dari Nu’man bin Basyir).

Begitulah, bahwa setiap umat dikaruniai oleh Allah seorang pemimpin. Ketika umat ini dalam sabar, sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya, sabar dalam menghadapi kemaksiatan (dalam meninggalkannya) dan selalu menyakini ayat-ayat Allah. Maka Allah akan mengkarunia pemimpin di antara mereka yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana Allah telah berfirman ;

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةًۭ يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS As-Sajdah [32] : 24).

Lafadz وَجَعَلْنا ; Allah telah menjadikan sebagai fiil madi dan naa (Allah) sebagai failnya, dan lafadz مِنْهُمْ ; diantara mereka (umat), kemudian أَئِمَّةً maf’ul bihi. Bermakna bahwa Allah telah menjadikan Imam – Imam dalam setiap masa.

Tinggal semua tergantung kepada kita baik sebagi pemimpin atau umat hendaklah kita Istiqamah pada jalan-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya dengan cara mentaati pemimpin umat selma haq.

Janganlah seperti watak Bani Israel, yang mereka berharap adanya pemimpin. Namun setelah dikaruniai pemimpin dari kalangan Nabi-Nabi, mereka mengingkarinya.

Semoga kita tetap menjadi umat yang terpimpin dan selalu istiqamah dan senantiasa bersyukur. Aamiin. (A/mus/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.