Singapura akan Izinkan Hijab untuk Perawat Muslim

Singapura, MINA – Perawat Muslim di Singapura akan diizinkan mengenakan mereka secara bebas mulai November setelah Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan keputusan untuk menambahkan jilbab ke seragam mereka.

“Saya berharap keputusan ini dapat diterima oleh semua pihak dengan semangat yang benar, dalam upaya memperkuat komitmen bersama kita terhadap komunitas multiras dan multi-agama Singapura,” kata Lee saat menyampaikan Pidato Bahasa Inggris National Day Rally (NDR) 2021 pada Senin (30/8), The Malaysian Reserve melaporkan.

“Kami membuat penyesuaian yang hati-hati untuk menjaga kerukunan ras dan agama kami tetap baik. Pendekatan ini telah bekerja dengan baik bagi kami selama bertahun-tahun,” ungkapnya.

“Dan kita harus merayakan apa yang telah dicapai, negara yang benar-benar multiras, multi-agama, di mana banyak interaksi yang menghangatkan hati terjadi setiap hari,” kata Lee.

Dikutip AboutIslam, Keputusan itu menyusul diskusi bertahun-tahun yang dimulai pada 2014 dengan para pemimpin komunitas Muslim.

“Kami berbicara terus terang, dari hati ke hati. Mereka menjelaskan kepada saya mengapa ‘tudung’ [hijab] penting bagi masyarakat, dan apa yang mereka harapkan akan diizinkan oleh Pemerintah,” ujarnya.

“Saya memberi tahu mereka bahwa saya mengerti betapa kuatnya perasaan mereka, tetapi saya juga menjelaskan perspektif Pemerintah, dan alasan di balik kebijakan kami,” kata Lee.

Menerima Hijab

Melihat situasi dengan cermat, pemerintah memutuskan untuk mengizinkan jilbab, dengan mengatakan orang-orang sekarang lebih menerima perbedaan ras dan agama.

“Kami mengamati pada umumnya, interaksi antar ras tetap nyaman. Non-Muslim menjadi lebih terbiasa melihat wanita Muslim memakai ‘tudung’,” ujar Lee.

Menurut statistik dari tahun 2020, sekitar 15,6% penduduk Singapura adalah Muslim.

Mayoritas orang Melayu adalah Muslim Sunni, 14% Muslim di Singapura berasal dari Asia Selatan. Penganut lainnya termasuk orang-orang dari komunitas Cina, Arab dan Eurasia.

Islam melihat hijab sebagai aturan berpakaian yang wajib, bukan simbol agama yang menunjukkan afiliasi seseorang.

Pada tahun 2019, sebuah rumah sakit Derby juga menjadi yang pertama di Inggris yang mengizinkan  hijab bagi para dokter dan staf medis wanita Muslim untuk dipakai guna menghindari kuman menular ke pasien.

Setelah pandemi COVID-19, perancang busana Minnesota dan pemilik Henna & Hijabs, merancang hijab sanitasi yang dapat dengan mudah dicuci dan digunakan kembali dengan aman pada Mei 2020. (T/R7/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.