Strategi SMPN I Balikpapan Agar Orang Tua Sukarela Sumbangkan Buku

Ada yang menginspirasi yang dilakukan oleh Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim) dalam meningkatkan literasi siswa. Sekolah yang memiliki siswa 1.074 ini, lebih dari 75 persen wali muridnya menyumbang untuk sekolah, bahkan juga wali kelas mereka. Nah bagaimana ini terjadi? Berikut ini gambaran strateginya.

Untuk memancing sumbangan buku dari orang tua siswa, sekolah menyelenggarakan lomba di setiap kelas. Orang tua secara sukarela diharapkan bisa berkontribusi pada acara itu. Untuk itu, para orang tua wali murid tersebut terlebih dahulu diundang oleh tiap wali kelas untuk menerima rapor ujian tengah semester.

Saat rapat itulah, yang diadakan di pertengahan bulan Oktober 2018, wali kelas di masing-masing kelas membeberkan pentingnya literasi di hadapan mereka. Orang tua kemudian diajak berpartisipasi dalam kegiatan lomba perpustakaan mini tersebut, terutama dalam pengadaan buku dan tempatnya.

Hampir semua orang tua siswa menyambut baik ide tersebut. Mereka sukarela menyumbangkan buku, bahkan banyak yang lebih dari satu. Buku-buku yang disumbangkan adalah bacaan yang sesuai dengan usia siswa; novel, buku fiksi, komik dan lain-lain.

Ibu Irma, guru Bahasa Inggris SMPN 1 Balikpapan yang menjadi salah satu panitia kegiatan tersebut menjelakan, ide mengadakan lomba perpustakaan mini ini datang setelah seorang guru, ibu Aryanti penanggung jawab bagian literasi di sekolah, mengikuti pelatihan literasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang juga bersamaan dengan pelatihan .

“Kedua program ini saling menunjang untuk peningkatan literasi di sekolah kami. Dari Tanoto kami banyak belajar strategi literasi,” ujar Irma, Senin (21/1), sebagaimana keterangan pers yang diterima MINA.

Panitia lomba perpustakaan mini yang terdiri dari guru-guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris juga menyusun kriteria-kriteria pemenang lomba. Di antara kriterianya adalah jumlah buku di tiap perpustakaan mini minimal 60 buku, ada daftar buku, buku pengunjung, dan kreatifitas pembuatan perpustakaannya.

Orang tua siswa tidak langsung turun membantu membangun perpustakaan mini tersebut. Yang mengerjakan adalah para siswa dibantu wali kelas. Buku-buku yang disumbangkan juga dibawa oleh anak mereka ke sekolah. Persiapan lomba dilakukan selama sebulan semenjak rapat dilakukan.

Penjurian lomba diadakan selama dua hari. Hari pertama, dua orang juri yaitu Bapak Surata dan Mely Yana berkeliling untuk mengevaluasi perpustakaan mini di tiap kelas.

“Pada hari tersebut, kami belum menilai, tapi memberi masukan terhadap tampilannya agar diperbaiki pada hari itu,” ujar ibu Sri Natalisniwati, salah seorang panitia menceritakan.

Penilaian dilakukan di hari kedua. Juara kemudian diumumkan pada hari Jumat saat acara Jumat Ilmiah di lapangan sekolah. Tiap jenjang kelas memiliki juara masing-masing. “Karena kelas satu kan masih polos ya. Jadi penilaian untuk mereka juga harus juga dibedakan,” ujar bu Irma.

Juara 1, 2 dan 3 tiap tiap jenjang kelas masing-masing mendapatkan dua buku. “Tentu saja, walaupun jumlah bukunya sama, nilainya berbeda,” ujar bu Irma.

Biaya penyelenggaraan kegiatan dan hadiah buku Rp 1.200.000 diambil dari dana sekolah.

Ide lomba ini pada awalnya dibicarakan dengan kepala sekolah. Kepala sekolah menyetujui dan kegiatan melibatkan juga komite sekolah.

Untuk mendorong literasi sekolah, sekolah yang terletak di tengah kota Balikpapan ini juga mengadakan lomba resensi buku, membuat jurnal siswa, pembiasaan membaca 15 menit dan sebagainya.

“Peran orang tua siswa dalam gerakan literasi di sekolah sangat urgen. Selain menyumbang buku, orang tua siswa punya peranan penting untuk mendorong pembiasaan membaca di rumah. Misalnya, dengan membangun kesepakatan dengan anak mematikan hp dan televisi sampai waktu tertentu, digantikan dengan belajar atau membaca buku,” ujar Affan Surya, Provincial Coordinator program PINTAR Tanoto Foundation Kaltim.

Menurut Affan, literasi yang rendah pada tingkat individu bisa menyebabkan kurangnya kemampuan individu tersebut untuk memahami informasi dan mengolahnya menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi hidupnya, rendahnya pendapatan, pekerjaan, pengembangan diri yang kurang, rendahnya percaya diri, dan bahkan pada problema kesehatan individu.

“Pada tingkat masyarakat, menyebabkan minimnya orang yang memiliki pengetahuan dan skill sehingga mempengaruhi pendapatan negara. Rendahnya Kualitas partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Hoaks juga mudah menyebar yang membuat masyarakat rentan konflik,” ujarnya menutup.

Tanoto Foundation adalah Yayasan Filantropi dari Soekanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kemenag daerah mitra, yayasan ini mendorong sekolah-sekolah untuk melakukan gerakan literasi. Namun tidak cuma literasi, lewat Program PINTAR, sekolah juga didorong untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah yang akuntabel dan transparan.(AK/R01/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.