Tingkat Kebebasan Ekonomi Indonesia Harus Diperbaiki

Seminar Nasional “Diplomasi Dagang Indonesia Di Afrika”, di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY (Foto: UMY)
Nasional “Diplomasi Dagang Di Afrika”, di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu
(Foto: UMY)

, 20 Jumadil Awwal 1437/28 Februari 2016 (MINA) – Staf Khusus Menteri Perdagangan untuk Prioritas Kebijakan Global, Drs. Iman Pambagyo mengatakan tingkat kebebasan masyarakat Indonesia masih harus diperbaiki lagi. yang masih buruk, menjadi salah satu pemicu faktor melemahnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Hal itu disampaikan Iman Pambagyo saat Seminar Nasional bertajuk “Diplomasi Dagang Indonesia Di Afrika”, di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, beberapa waktu lalu. Demikian laman resmi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Pemerintah mengundang investor asing dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, namun tingkat kebebasan ekonomi masih buruk. Kebebasan ekonomi Indonesia memasuki peringkat ke 108 dari 178 negara di dunia. Oleh karena itu, kebebasan ekonomi sebagai kebebasan warga untuk berproduksi, mengonsumsi dan melakukan investasi harus diperbaiki.

Jika hal tersebut tidak diperbaiki maka akan berdampak pada penurunan perekonomian di Indonesia. Ada empat faktor yang melemahkan pertumbunan perekonomian di Indonesia diantaranya investasi dalam sektor pertambangan, belanja pemerintah, ekspor, dan konsumsi.

“Investasi utama yang ditonjolkan oleh Indonesia yaitu dalam sektor pertambangan. Namun sektor ini ternyata tidak dapat menyumbang pertumbuhan industri. Karena sektor ini tidak dapat menaikkan pertumbuhan perekonomian. Jika Indonesia terus mengandalkan sektor ini, pertambangan tentu akan melemahkan Indonesia. Selain itu dalam hal ekspor, Indonesia masih bersandar pada ekspor bahan mentah dengan persentase mencapai angka 70 persen. Sementara harga bahan baku mentah di dunia terus turun,”ungkap Iman.

Sementara itu, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Dr. Arifi Saiman, M.A mengatakan Afrika bisa menjadi mitra dagang Indonesia, karena benua tersebut memiliki potensi emas dalam hal perekonomian. Namun ia juga mengakui bahwa sekalipun Indonesia sudah memiliki ikatan kerjasama dengan Afrika sejak lama, tapi dalam hal perekonomian masih belum maksimal.

“Negara-negara di kawasan Afrika yang saat ini potensial dan menjadi mitra dagang utama Indonesia yaitu Nigeria, Afrika Selatan, Mesir, Angola, Pantai Gading, Aljazair, Djibouti, Benin, Ghana, Tanzania, Kenya, dan Ethiopia. Dalam hubungan kerjasama tersebut terbukti memberikan peningkatan pendapatan di Indonesia. Pada tahun 2014, kerjasama perdagangan Indonesia dengan Afrika meningkat sebesar 11,7 persen yaitu sebesar USD 11,7 milyar dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar USD 9,88 milyar,” tutur Arifi.

Jika dilihat dari kawasan Afrika, Afrika termasuk kawasan yang kontroversial. Jati diri Afrika apabila dipetakan terdapat empat bekas koloni yang menjadikan perbedaan kesuksesan perekonomian di kawasan tersebut. Keempat pemetaan tersebut yaitu bekas koloni Inggris, Prancis, Portugal, serta Spanyol.

“Pemetaan ini yang mengakibatkan sukses atau tidaknya penetrasi perekonomian di kawasan Afrika. Supaya mengetahui potensi pasar, harus mengetahui terlebih dahulu dari pembagian pemetaan bekas koloni ditiap negara. Ini disebut dengan intelligent market,” pungkasnya. (T/ima/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.