Abu Dhabi, MINA – UEA berhasil merampungkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Timur Tengah, dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Barakah yang kini beroperasi penuh.
Reaktor keempat dan terakhir pembangkit tersebut mulai beroperasi secara komersial pekan ini, yang merupakan tonggak penting bagi ambisi energi negara tersebut. Middle East Monitor melaporkan, Ahad (8/9).
Pembangkit listrik Barakah, yang berarti “berkah” dalam bahasa Arab, terletak di Abu Dhabi dan akan menghasilkan listrik sebanyak 40 terawatt-jam (TWh) setiap tahun. Menurut Emirates Nuclear Energy Corporation (ENEC) milik negara, hasil produksi ini akan memenuhi 25 persen dari permintaan listrik UEA.
Pembangkit listrik tersebut juga akan memasok listrik ke industri-industri utama seperti Abu Dhabi National Oil Company, Emirates Steel, dan Emirates Global Aluminium.
Baca Juga: Komunitas Arab di Inggris Desak PM Keir Starmer Hentikan Genosida di Gaza
Presiden Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan memuji penyelesaian pembangunan pembangkit listrik tersebut sebagai “langkah signifikan” menuju tujuan nol emisi bersih UEA.
“Kami akan terus memprioritaskan keamanan dan keberlanjutan energi demi kepentingan bangsa dan rakyat kami hari ini dan esok,” katanya dalam sebuah posting di X.
Pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan bagian dari strategi negara Teluk yang lebih luas, untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan meningkatkan energi terbarukan pada tahun 2050.
Program nuklir UEA, yang diluncurkan pada tahun 2009, merupakan investasi senilai $20 miliar. Dengan keempat reaktor yang sekarang beroperasi, negara tersebut bergabung dengan sekelompok kecil negara dengan pembangkit listrik tenaga nuklir yang berfungsi.
Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza
Namun, UEA telah menegaskan kembali ambisi nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, yang membedakannya dari program nuklir Iran di dekatnya, yang diperlakukan dengan kecurigaan oleh Israel, negara-negara Teluk tetangga dan sekutu Barat mereka.
Rekan negara GCC, Arab Saudi juga sedang mengejar rencana untuk mengembangkan industri nuklir sebagai bagian dari strategi transisi energi yang lebih luas. Kerajaan tersebut berencana menambah kapasitas energi nuklir sebesar 17 gigawatt pada tahun 2032. Namun, kemajuannya relatif lambat, dengan negara tersebut masih dalam tahap awal upaya pengembangan nuklirnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Sanksi Organisasi dan Perusahaan Israel Pendukung Kolonialisme