Ustadzah Yunibar, Nenek 65 Tahun, Pendiri Rumah Tahfidz di Painan

Ustadzah Yunibar.(Foto: Istimewa)

Oma, begitulah santri-santri memanggilnya. Wanita berusia 65 tahun itu adalah pengajar sekaligus pendiri Rumah Tahfidz Ibnu Jannah, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, .

Nama aslinya adalah Yunibar, ia adalah pengajar Al-Quran bagi 100 lebih orang. Uniknya, mereka tak hanya terdiri dari anak-anak dan remaja saja, namun juga nenek-nenek. Ya, di Rumah Tahfidz Ibnu Jannah, Ustadzah Yunibar bersama anaknya mengajar Al-Qur’an.

Dalam keterangan tertulis PPPA Darul Quran yang diterima MINA, Rabu (11/11), perjalanan dakwahnya bermula sejak 2002 silam. Saat itu, ia sudah mengajar santri dari berbagai usia, bahkan manula yang tak lain adalah kerabatnya sendiri. Saat itu, tempat mengajinya belum memiliki nama. Namun, santri-santrinya kian hari kian bertambah.

Pada 2009, tepatnya sebelum insiden gempa bumi dahsyat yang mengguncang Sumatera Barat, santrinya sudah mencapai puluhan. Mereka mengaji mulai dari pagi, siang, sore bahkan malam.

Namun akibat tragedi gempa bumi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter dan menewaskan sebanyak 1.117 orang itu, rumah pribadinya yang juga merupakan tempat belajar Al-Quran itu hancur. Ia pun terpaksa meniadakan kegiatan belajar mengajarnya cukup lama.

“Gempa dulu, tahun 2009, rumah nenek habis, kamar, ruang tamu, dapur, semuanya hancur, jadi anak-anak ndak ngaji dulu,” ujar Ustadzah Yunibar.

Bukan Ustadzah Yunibar namanya jika menyerah dengan keadaan. Akhirnya setelah perjuangan yang berat, rumahnya pun kembali berdiri dan dapat memulai lagi kegiatan mengajinya.

Kejaiban pun datang. Selepas gempa, tempat mengajinya justru semakin diburu masyarakat. Maka tak heran, beberapa bulan setelah dimulai kembali kegiatan belajar mengajarnya rumah Ustadzah Yunibar penuh oleh santri yang mengaji.

Ia menggelar kajian di rumahnya sendiri. Tepatnya di ruang tamu berukuran sedang. Santrinya kian bertambah dan ruangan tersebut tak lagi mampu menampung mereka semua. Alhasil, ruang dapur pun digunakan untuk menampung santri.

Ustadzah Yunibar bersama santri-santrinya. (Foto: Istimewa)

Ia sendiri tak menyangka akan menerima santri begitu banyak. Sebab ia mengaku awal menjadi pengajar Al-Quran hanya dari permintaan teman-temannya yang menginginkan dirinya menjadi bagi mereka. Namun, lama-kelamaan anak dan cucu kerabatnya itu pun ikut mengaji kepadanya.

Ustadzah Yunibar sangat senang karena ilmunya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kebahagiaan Ustadzah Yunibar semakin lengkap dengan diresmikannya tempat mengajinya pada 12 Januari 2020 lalu. Dihadiri oleh Dewan Syariah Daarul Qur’an, KH. Ahmad Kosasih, Koordinator Daerah Rumah Tahfidz wilayah Sumatera Barat, Ustadz Syukur Utsman dan jajaran tokoh masyarakat, tempat mengaji itu dinamakan Rumah Tahfidz Ibnu Jannah.

Kini aktivitas sehari-hari Ustadzah Yunibar hanya berkecimpung dengan Al-Quran. Bagaimana tidak, dari pagi, siang, sore bahkan malam, ia terus menerima santri yang belajar bersamanya.

Di usia senjanya ini, Ustadzah Yunibar bersyukur karena dapat berperan dalam dakwah Al-Quran. Ia tidak sedikitpun mengeluh karena kelelahan, karena motivasinya mengajarkan Al-Quran adalah karena lillahi ta’ala.

“Nenek tuh, dulu suka greget sama orang yang baca basmallah aja salah, adzan di masjid salah, panjang-pendeknya, jadi dari situ nenek coba pelan-pelan belajar bareng,” tuturnya.

Banyak santrinya yang telah berprestasi di bidah tahfidzul Qur’an. Kebanggaan yang ia rasakan tak dapat digambarkan. Sebab, anak-anak yang ia didik akhirnya berhasil menghafal Al-Qur’an dan bahkan mendulang berbagai prestasi.

Prinsipnya sangat sederhana, yakni dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan wasilah Al-Quran, ia berharap perjuangannya di dunia kelak Allah gantikan dengan surga. Serta ilmu yang ia turunkan kepada santri-santrinya menjadi wasilah kesuksesan mereka di kemudian hari.(AK/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.