Utusan Khusus Kanada Desak ASEAN Tuntaskan Kasus Rohingya

(Foto: Anadolu Agency)

Rakhine, MINA – Seorang utusan khusus untuk Myanmar yang bertugas mendesak pemimpin negara di ASEAN untuk menuntaskan krisis Rohingya telah mengunjungi  ke Northern Rakhine State dengan helicopter.

Ia mengatakan pada Kamis (15/2) tingkat kerusakan di desa Muslim Rohingya tersebut meluas.

“Tingkat kerusakan, yang bisa Anda lihat dari udara, ratusan desa yang telah hancur total,” kata Bob Rae kepada CTV News.

“Saya prihatin melihat tingkat permusuhan yang mendalam terhadap muslim Rohingya. Tingkat permusuhan itu adalah masalah mendasar,” tambah Rae. Seperti Anadolu Agency melaporkan dikutip Mi’raj News Agency (MINA).

Rae dan rombongannya diizinkan untuk melakukan perjalanan melalui udara karena Myanmar berusaha untuk menunjukkan bahwa, pihaknya siap untuk menarik kembali ratusan ribu orang Rohingya yang melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh karena penganiayaan.

Militer Myanmar telah dituduh melakukan pembersihan etnis terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara berpenduduk mayoritas beragama Buddha.

Pada bulan Januari, Myanmar dan Bangladesh menandatangani sebuah kesepakatan yang akan melihat sekitar 700.000 pengungsi Rohingya kembali ke Northern Rakhine State selama periode dua tahun.

Namun Pekan ini, Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Filippo Grandi menyatakan, waktu hampir habis sebagai alat darurat utama, dengan musim hujan segera dimulai dan lebih dari 107.000 orang Rohingya tinggal di daerah yang rawan banjir dan tanah longsor.

“Pemerintah Bangladesh melakukan upaya kesiagaan, namun dukungan internasional harus ditingkatkan untuk mencegah bencana,” kata Grandi kepada Dewan Keamanan .

Rae mengatakan bahwa memindahkan begitu banyak pengungsi kembali ke Negara Bagian Rakhine Utara dengan kesulitan.

“Masalahnya adalah besar dan ukuran dan ruang lingkup jumlah orang yang harus di akui,” katanya. “Dan bagaimana kondisi keamanan mereka saat mereka kembali?”

Dia menambahkan, ada masalah lain yang pada dasarnya terlepas dari perhatian internasional – berkembangnya kelompok gerilya bersenjata Arakan bergerak di Myanmar.

“Tentara tersebut telah menimbulkan banyak kerusakan pada tentara Myanmar,” kata Rae. “Mereka akan membentuk perlawanan serius terhadap kembalinya muslim Rohingya ke bagian utara Rakhine, tempat mereka tinggal.”

Muslim Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.

Lebih dari 650.000 pengungsi, kebanyakan anak-anak dan perempuan, telah meninggalkan Myanmar sejak 25 Agustus 2017 ketika pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas, menurut PBB.

Sedikitnya 9.000 Rohingya tewas di negara bagian Rakhine dari 25 Agustus hingga 24 September, menurut Doctors Without Borders. (T/R03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.