Kobe, Jepang, 27 Jumadil Awwal 1436/17 Maret 2015 (MINA) – Melalui kelompok anak bangsa Aku Cinta Indonesia Kita (ACIKITA) Indonesia membangun masjid pertama di kota Kobe, Jepang.
Pendiri dan Ketua Internasional ACIKITA, Jumiarti Agus mengatakan kepada Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) melalui saluran telepon, pembangunan masjid bertujuan meningkatkan ibadah kepada Allah, menyiapkan tempat berdoa serta meningkatkan keagamaan umat Muslim.
Jumiarti yang kini juga tinggal di Kobe, Jepang, menegaskan, areal masjid yang kita bangun berawal dari rumah penduduk yang dijual cepat.
“Alhamdulillah, setelah mencari-cari lokasi untuk pembangunan masjid ini, akhirnya saya dan teman teman menemukan lokasi yang akan dijadikan masjid,” ujar Jumiarti.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Jumiarti mengatakan, semua administrasi hampir selesai dan rencananya akhir Maret ini panitia akan melunasi semua prosedur yang ditentukan.
“Sebenarnya membangun masjid di Jepang sangat sulit, kita harus mengumpulkan sekitar 200 tanda tangan, dan surat menyurat izin membangun,” kata Jumiarti, Muslimah berdarah minang tersebut.
Jumiarti menegaskan, meskipun masjid yang berbentuk rumah ini tidak seperti masjid biasanya, akan tetapi di dalamnya lengkapi dengan nuansa masjid sebagaimana biasanya.
“Di Jepang sangat sulit untuk membangun masjid atau melebarkannya, karena tempat yang terbatas dan izin pun sangat sulit,” ujarnya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Jumiarti menegaskan, Ini merupakan masjid pertama Indonesia di Jepang.
“Insya Allah kita akan jaga masjid ini, dan mengisi kegiatan keagamaan yang berguna bagi masyarakat muslim yang ada di Kobe Jepang dan sekitarnya, maupun tamu-tamu yang datang dari Indonesia nantinya,” papar Jumiarti.
Aku Cinta Indonesia Kita (ACIKITA), didirikan oleh sekelompok anak bangsa, terdiri dari akademisi dan pemerhati Indonesia di Jepang. ACIKITA pertama kali dicetuskan pada tanggal 4 Oktober, 2006 di Tokyo.
Pendirinya adalah Dr. Prihardi Kahar (saat itu postdoctoral di Tokyo Institute of Technology/TIT, sekarang sebagai Asc. Prof di Nihon University), Dr Jumiarti Agus (saat itu baru saja menamatkan studi di TIT, sekarang khusus memfokuskan diri untuk perjuangan di ACIKITA), dan Rahmiwati, S.Ag (alumni IAIN Padang, saat itu sedang belajar Bahasa Jepang, dan ilmu ilmu praktis menyangkut lifestyle, tata karma, serta budaya Jepang, di samping mendampingi suaminya yang studi di TIT).
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
ACIKITA juga memiliki program lainnya, seperti bidang pendidikan, ekonomi dan sosial, pusat penelitian dan penerbitan. (L/P007/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam