Warga Paris Nyalakan Lilin Hormati Anggota WCK yang Dibunuh Israel

Warga paris melakukan aksi menyalakan lilin untuk menghormati Mendiang Zomi Franckom (43) dari Australia, salah satu relawan kemanusiaan World Central Kitchens (WCK) yang tewas pada awal pekan lalu. Aksi ini digelar pada Sabtu (6/4/2024). (foto: AA)

Paris, MINA – Puluhan warga Paris melakukan upacara penyalaan lilin untuk salah satu dari tujuh pekerja bantuan (WCK) yang tewas pada awal pekan lalu dalam serangan di , .

Aksi yang digelar pada Sabtu (6/4) di Paris itu menjadi simbol penghormatan kepada mendiang (43) dari Australia yang bertugas di selama 175 hari. Franckom menjadi relawan kemanusiaan di WCK untuk mendistribusikan 42 juta makanan di bawah pemboman Israel yang tiada henti.

Jasmin Kozowy-Mouflard, pendiri Instant Aid, sebuah badan amal yang bermitra dengan WCK, mengatakan apa yang dilakukan militer Israel adalah salah dan “harus bertanggung jawab” atas kematian para relawan kemanusiaan.

Dia mengatakan kepada Anadolu bahwa ia bertemu Franckom ketika dia berada di Paris dan berkata, “Pekerja bantuan harus dilindungi apa pun yang terjadi” karena “ini adalah tentang kemanusiaan,” dikutip MINA, Senin (8/4).

Baca Juga:  Ammo Baba, Pelatih Bola Legendaris Irak

“Ketika Anda menyerang seorang pekerja bantuan yang hanya berusaha berbuat baik di dunia, Anda mengirimkan pesan bahwa Anda tidak mempercayai hal tersebut, dan bagi saya, hal itu sudah melewati batas,” katanya.

“Kami bersatu dalam solidaritas dengan World Central Kitchen dan hari ini memperingati hilangnya tujuh pahlawan luar biasa yang berusaha memberikan kebaikan kepada dunia. Saya sangat sedih atas kehilangan ini,” tambahnya.

Kematian Franckom, serta rekan-rekannya, memicu gelombang kesedihan dan kemarahan internasional, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut serangan terhadap konvoi yang dengan jelas ditandai sebagai milik World Central Kitchen, “sama sekali tidak dapat diterima.”

Israel menargetkan konvoi bantuan kemanusiaan di Deir al-Balah di tengah Gaza, yang penumpangnya berkewarganegaraan Australia, Polandia, Inggris, Amerika, Kanada, dan Palestina.

Baca Juga:  Haneyya: Hamas Sepakat Lanjutkan Perundingan Genjatan Senjata

Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada awal Oktober lalu oleh pejuang Palestina yang dipimpin .

Lebih dari 33.000 warga Palestina telah terbunuh dan 75.577 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.

Perang Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang pekan lalu meminta Israel berbuat lebih banyak untuk mencegah kelaparan di Gaza.

Baca Juga:  Sejarah Hardiknas, Mengenang Bapak Pendidikan Indonesia 

Tentara Israel pada hari Jumat mengakui bahwa serangan terhadap konvoi “seharusnya tidak terjadi.”

Mereka mengakui bahwa penyelidikan atas serangan tersebut menunjukkan bahwa “mereka yang menyetujui serangan tersebut yakin bahwa mereka menargetkan operasi bersenjata Hamas dan bukan karyawan WCK.”

“Peristiwa itu terjadi pada 1 April 2024, saat operasi pemindahan bantuan kemanusiaan dari WCK ke Jalur Gaza,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Keluarga Frankcom memberikan dukungan pada penyelidikan apakah tentara Israel yang terlibat dalam kematiannya harus menghadapi tuduhan kejahatan perang. (T/Ai/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Arina Islami

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.