Menjaga Diri dari Maksiat dan Dosa

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Seorang muslim, harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjaga dirinya agar menjauh dan menghindari dari perbuatan dan -dosa yang mungkin tanpa sadar seringkali dilakukan. Meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat merupakan tanda bagi seseorang mendapatkan kebaikan dan kabar gembira. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jauhilah  dosa-dosa  besar dan  berilah   kabar   gembira   (orang yang meninggalkannya).” (HR. Ahmad. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 887)

Di antara dosa-dosa yang harus dijauhi oleh seorang muslim antara lain sebagai berikut.

Pertama, Syirik kepada Allah

Syirik merupakan dosa besar yang paling membahayakan. Dosa ini menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ  ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَابَنِى إِسْرَاءِيلُ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

Orang-orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, sungguh Allah mengharamkan kepadanya surga, dari tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zhalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72)

إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48)

Di antara yang termasuk perbuatan syirik, misalnya memakai benang, kalung dengan tujuan untuk menolak bahaya, seperti memakai jimat karena takut sihir dan lainnya. Atau jimat dalam bentuk benda lainnya, dengan keyakinan bahwa memakai benda-benda ini menjadi sebab terhindar dari bahaya. Padahal, yang memiliki kekuatan untuk menghindarkan seseorang dari segala mara bahaya hanyalah Allah Ta’ala. Tiada kekuatan kecuali dengan izin Allah Ta’ala.

Juga ada syirik yang tersembunyi, yang terletak pada niat, kehendak, riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (ingin didengar). Misalnya, seseorang membaguskan shalatnya atau bersedekah supaya dipuji manusia. Inilah yang ditakutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan terjadi pada diri kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya’.”.

Baca Juga:  Tanda-Tanda Israel Kiamat!

Oleh karena itu, waspadalah terhadap segala jenis syirik, karena ia akan menyebabkan amalan kita gugur.

Kedua, Tiga Hal yang Membinasakan

Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ada tiga hal yang menyelamatkan. Yaitu takut kepada Allah, baik pada waktu sepi maupun ramai, adil di kala sedang ridha maupun marah, dan bersikap tengah-tengah baik dalam keadaan fakir maupun kaya. Dan ada tiga hal yang membinasakan Yaitu hawa nafsu yang diikuti, bakhil yang dituruti, dan seseorang berbangga diri.” (Hadis hasan riwayat Ath Thayalisi, Jami’ush Shaghir 1:583 no. 3039).

Dalam hadis ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan tiga hal yang membinasakan. Di antaranya ialah hawa nafsu. Apabila hawa nafsu telah menguasai hati, maka akan melahirkan kelalaian dan memalingkan dari perintah-perintah Allah Ta’ala. Dalam Alquran, Allah Ta’ala memperingatkan,

وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaan melampaui batasan.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Adapun bakhil, adalah rakus terhadap dunia, yang akan membawa seseorang untuk berbuat apa saja memuaskan diri sendiri, tidak merasa cukup dengan nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan kepadanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Takutlah akan kebakhilan, karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan bisa membawa kepada pembunuhan dan menjatuhkan harga diri.” (HR. Muslim)

Dari Ibnu Ka’ab bin Malik Al Anshari dari bapaknya, berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah dua serigala lapar yang dikirim kepada satu kambing itu lebih merusak dibandingkan kerusakan pada agama akibat kerakusan seseorang kepada harta dan kemuliaan.” (HR. Ahmad dan At Tirmidzi).

Adapun berbangga kepada diri sendiri, akan menjerumuskan seseorang kepada kesombongan, sehingga ia merendahkan orang lain. Ini semua akan menyebabkan kehancuran dan kehinaan.

Ketiga, Tujuh Hal yang Membinasakan

 

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ  قَالَ الشِّرْكُ

بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan. (Yaitu) syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya kecuali dengan haknya, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan menuduh zina kepada perempuan baik-baik yang beriman.” (HR. An-Nasa’i)

Baca Juga:  Sejarah Hardiknas, Mengenang Bapak Pendidikan Indonesia 

Sekalipun manusia menjauhi perbuatan membunuh jiwa (yang diharamkan untuk dibunuh), tetapi banyak juga yang terjerumus kepada riba, karena bentuk dan cabangnya banyak, yang mengharuskan kita berhati-hati dan bertanya kepada ahlul ilmi sebelum melakukan muamalah. Di dalam hadis disebutkan.

Dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak ada seorangpun yang lebih banyak makan riba, kecuali akhir urusannya adalah sedikit.” (HR. Ibnu Majah)

Keempat, Terang-terangan Berbuat Maksiat

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

كُلُّ أُمَّتِي مُفَافًى إِلَّا المُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَجُلُ بِللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَةُ اللهُ عَلَيْهِ فَيَقُوْلَ يَافُلَانُ عَلِمْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبَّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ

Semua umatku dimaafkan (kesalahannya pen.), kecuali orang-orang yang terang-terangan (dalam berbuat maksiat). Yaitu seseorang yang bermaksiat di malam hari kemudian Allah tutupi kesalahannya di pagi hari (orang lain tidak ada yang tahu pen.). Akan tetapi ia mengatakan, “Wahai fulan, semalam aku telah melakukan ini dan ini.” Allah telah tutupi kesalahan itu di malam hari, akan tetapi di pagi hari ia bongkar kesalahan yang Allah telah tutupi.” (HR. Muslim)

Banyak manusia berperangai yang membinasakan ini. Mereka tidak mengetahui, bahwa dosa yang disebabkan terang-terangan berbuat maksiat lebih besar daripada karena semata-mata dosa. Karena pada sikap terang-terangan ini, terdapat sikap memperturutkan hawa nafsu dalam beragama, melakukan penentangan, dan tidak merasa takut kepada Allah.

Kelima, Menyakiti Orang Muslim

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

أَتَدْرُونَ مَنِ المُفْلِسْ؟ قَالُوا: المُفْلِسُ مَنْ لا دِرْهَمَ لَهُ ولا مَتَاعْ، قَال: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ، فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Tahukah kamu orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami ialah yang tidak memiliki dirham dan tidak pula kesenangan. “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian bersabda, “Orang yang bangkrut ialah, orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa shalat, puasa dan zakat, tetapi ia mencaci ini, menuduh ini, makan harta ini, menumpahkan darah ini dan memukul ini, sehingga kebaikan yang ia lakukan diberikan kepada oran gyang dizhalimi. Kemudian, apabila kebaikannya habis padahal belum cukup, (maka) diambilkan kejelekan mereka yang dizhalimi, lalu diberikan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim)

Baca Juga:  Fenomena Masyarakat Barat Dukung Palestina

Hadis ini menunjukkan bahwa meremehkan perbuatan yang menyakiti orang lain dapat membinasakan pelakunya pada hari kiamat. Sekiranya seorang muslim memikirkan hal yang berbahaya ini, niscaya ia akan mencegah diri dari menzhalimi dan menyakiti manusia, sehingga ia akan menghiasi dirinya dengan akhlak mulia.

Keenam, Meremehkan Dosa-dosa Kecil

Apabila seseorang meremehkan dosa-dosa kecil tidak menghitungnya sebagai hal berbahaya, dan tidak timbul keinginannya untuk bertaubat dan lepas darinya, niscaya dosa-dosanya yang dianggap kecil ini akan terkumpul kian menggunung. Sikap meremehkan ini dapat menyebabkan kehancuran bagi pelakunya. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Jauhilah oleh kalian sikap meremehkan dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil akan terkumpul pada seseorang hingga ia membi-nasakannya…” (HR. Ahmad dengan yang semisalnya).

Ketujuh, Melampaui Batas dalam Beragama

Sebagaimana halnya meremehkan maksiat sehingga menyebabkan kebinasaan, maka berlebih-lebihan dalam beragama juga menyebabkan kebinasaan. Ketahuilah amal yang paling baik ialah yang dilakukan secara kontinyu walaupun sedikit. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Waspadalah dari sifat berlebih-lebihan, karena umat-umat terdahulu telah binasa karena sikap berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. Ahmad)

Kedelapan, Dengki

Dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Waspadalah terhadap sifat dengki, karena ia akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar atau rumput.” (HR. Abu Dawud)

Dengki merupakan perangai buruk yang dapat menghapus kebaikan. Tidak menutup kemungkinan, sifat dengki ini hinggap pada seseorang. Seorang muslim yang cerdik, ia akan berjuang keras mengubur sifat dengki dalam dirinya.

Ibnu Taimiyyah menyatakan, tidak ada satu jasad pun yang terlepas dan sifat dengki, akan tetapi Allah yang Maha Bijaksana menutupinya dan menutupi kekejian yang dilakukan. Arti menutupi yaitu menolak dari dirinya dan meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’la dari kejahatannya, dan bermuamalah dengan saudaranya secara baik tanpa kezhaliman dan dengki.

Semoga Allah Ta’ala merahmati dan memudahkan setiap muslim untuk menjauhi maksiat dan dosa sekecil apa pun maksiat dan dosa itu, wallahua’lam.(RS3/P1)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.