KELOMPOK HOUTHI CULIK PENDUDUK SIPIL KOTA TAIZ

Kota Taiz, Yaman, satu-satunya kota yang masih dikontrol cukup kuat oleh pemberontak Syiah Houthi yang didukung Iran. Kelompok itu tak segan-segan menyerang penduduk sipil (Foto: The National)
Kota Taiz, , satu-satunya kota yang masih dikontrol cukup kuat oleh pemberontak Syiah Houthi yang didukung Iran. Kelompok itu tak segan-segan menyerang penduduk sipil (Foto: The National)

, 30 Muharram 1437/12 November 2015 (MINA) – Kelompok militab Syiah Houthi telah menculik puluhan warga sipil di Kota Taiz, Yaman, dan menahan mereka di penjara darurat sebagai sandera untuk memeras uang dari keluarga para tahanan.

Taiz merupakan satu-satunya wilayah yang masih di bawah kendali kuat kelompok pemberontak yang disokong oleh Iran tersebut.

Militer koalisi Arab yang dipimpin telah berhasil memukul mundur keluar dari wilayah Selatan dan sejumlah daerah kunci lainnya, termasuk Aden dan Ibu Kota Sana’a.

Karena terus terdesak dan putus asa menjaga kontrol atas Taiz, Houthi dalam beberapa bulan terakhir melancarkan taktik tangan besi. Seperti dilaporkan The National, Rabu (11/11), mereka mengintimidasi penduduk lokal dan dengan sengaja menembaki lingkungan sipil.

Dilaporkan ada peningkatan jumlah warga sipil yang telah diangkut ke sebuah pusat penahanan dadakan untuk diinterogasi. Dalam beberapa kasus, pemberontak Houthi menuntut uang tebusan dan memeras kerabat mereka.

Hani Al-Qadasi (27), misalnya. Pria ini sedang mengendarai busnya mencari penumpang pada 3 Oktober di Distrik Al-Hawban, Kota Taiz. Dua pemberontak Houthi menghentikan laju kendaraannya di sebuah bundaran.

Alih-alih sebagai pemeriksaan biasa seperti razia peredaran senjata, milisi Houthi malah memaksa Al-Qadasi untuk memperlihatkan telepon genggamnya dan mulai mencari dokumen foto-foto sampai mereka menemukan sebuah gambar Hamoud Al-Mikhlafi, pemimpin perlawanan rakyat pro-pemerintah di Taiz.

“Mereka mencari foto-foto tentara perlawanan di Taiz untuk menangkap saya dengan dalih mendukung pejuang perlawanan,” kata Al-Qadasi, seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

“Foto-foto Al-Mikhlafi masuk ke telepon genggam saya dari aplikasi WhatsApp dan saya tidak pendukung sisi mana pun, saya hanya ingin mencari nafkah,” tambahnya.

Houthi lalu menyita bus dan membawa paksa Al-Qadasi ke beberapa bangunan di bagian utara kota, yang pernah digunakan oleh mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang dilengserkan dari kekuasaan pada 2011 dan sejak itu berpihak kepada pemberontak.

 Uang Tebusan

Ketika ia tiba di daerah yang dikenal sebagai “Kota Saleh”, Al-Qadasi mengatakan bangunan tersebut telah dialihfungsikan menjadi sebuah penjara raksasa.

Pada hari ketujuh masa penahanannya, saudara Al-Qadasi memohon Hothi untuk membebaskan kerabatnya itu. Namun para pemberontak menuntut uang tebusan 200 ribu Riyal Yaman untuk pembebasan Al-Qadasi. Setelah membayar ia akhirnya diizinkan untuk pergi dan busnya dikembalikan.

Al-Qadasi mengatakan tiga dari bangunan digunakan untuk tahanan rumah. Bangunan pertama dijadikan tempat penahanan pejuang perlawanan. Bangunan kedua untuk para aktivis anti-Houthi, dan yang ketiga untuk pendukung pejuang pro-pemerintah, tempat ia ditaham.

Meski ia tidak tahu berapa banyak orang yang ditahan pemberontak di sana, Al-Qadasi memperkirakan para tahanan disandera di lantai lima dari setiap bangunan.

Moa’ath Al-Yaseri, seorang pemimpin tentara perlawanan rakyat, menegaskan Houthi menyandera puluhan warga sipil di dalam kompleks tersebut. “Sebagian besar tahanan adalah warga sipil dan kita tidak tahu rincian apapun tentang mereka karena tentara perlawanan tidak dapat menjangkau kota itu,” kata Al-Yaseri.

Dia menyatakan bahwa sejauh yang dia tahu, Al Qadasi tidak memiliki hubungan dengan pihak tentara perlawanan atau pasukan pro pemerintah.

Intimidasi Warga Sipil

Sami Alawi, seorang pengacara yang berbasis di Taiz, mengungkapkan kelompok pemberontak Houthi secara nyata melakukan kekerasan terhadap penduduk sipil Yaman dan melanggar hukum internasional dengan menahan warga sipil tanpa dakwaan atau tuduhan.

“Ini adalah semacam penculikan,” ujarnya, sembari menambahkan, “Para pemberontak Houthi bukanlah pemerintah dan tidak boleh menahan penduduk.”

Kota Taiz dan provinsi sekitarnya telah menjadi fokus atau medan tempur utama dalam konflik di Yaman antara kelompok pemberontak Houthi dan milisi pro pemerintah yang didukung koalisi pimpinan Saudi.

Badan-badan penyalur bantuan memperingatkan pengepungan atas Kota Taiz oleh Houthi telah menyebabkan situasi kemanusiaan di sana semakin buruk. Masyarakat tidak memiliki akses terhadap kesehatan dan makanan karena pemberontak memblokade konvoi penyalur bantuan kemanusiaan yang ingin masuk ke Taiz. (P022/R05)

 

 

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0