Al-Quran Sumber Peradaban (Oleh: Dr. L. Sholehuddin)

Oleh: Dr. L. Sholehuddin, M.Pd.; Dosen pada Sekolah Tinggi Shuffah Al-Quran Abdullah bin Masud Online

Secara otentik dan faktual Al-Quran telah menyajikan data fenomenal bahwa manusia melalui pendekatan Al-Quran telah mampu bangkit dari terpuruk menjadi terbangun, terbelakang menjadi maju, bodoh menjadi cerdas, dan pintar.

Dengan kemukjizatan Al-Quran, orang yang sebelumnya tidak dikenal, tidak diperhitungkan dan tidak terpandang, berubah menjadi buah bibir khalayak ramai, disegani, dihormati dan dibanggakan karena prestasi dan kepiawaiannya dalam mengurus, mengelola dan menata sebuah negara.

Misalnya, Bilal bin al-Rabbah pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Ia seorang budak dari seorang majikan bangsa Quraisy yang kafir bernama Umayyah. Dalam posisinya sebagai budak belian, Bilal bin Rabbah, hidupnya terpenjara, sangat terbatas tidak memiliki kesempatan yang layak, cukup dan memadai untuk berbuat guna mengangkat harkat dan martabat dirinya.

Namun, setelah ia merdeka atas kedermawanan Abu Bakar ah-Shiddiq membebaskannya dari perbudakan, Bilal pun mengikuti pengajaran dan pembelajaran Al-Quran atas bimbingan Raulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dengan para sahabat termasuk Abu Bakar, Umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan sahabat lainnya.

Hanya memerlukan waktu relatif singkat, hasil bimbingan Al-Quran ini, telah terbukti Bilal bin Rabbah dapat terangkat derajatnya dengan cepat dan mendapatkan hak-hak kemanusiaannya, bahkan menjadi manusia terhormat, terpandang dan disegani.

Di samping, memiliki keimanan, ketakwaan, dedikasi dan loyalitas tinggi kepada Allah, Rasul dan Jihad. Ia pun ahli di bidang strategi perang yang piawai memainkan pedang dan mampu membunuh Umayyah (majikannya di masa jahiliah) pada sebuah peperangan di medan perang Badar Kubra.

Juga, ahli di bidang administrasi pemerintahan sehingga ia mampu menjadi gubernur, memimpin negeri Syam yang sekarang ini terdiri dari empat negara, yaitu: Suriah, Yordania, Palestina dan Lebanon. Sungguh luar biasa prestasi dan kesuksesan mencengangkan dan menakjubkan gilang gemilang.

Yang lebih menakjubkan lagi, adalah Muhammad bin Abdullah, ia terlahir dalam kondisi yatim piatu, ummi (tidak bisa tulis baca), penggembala kambing, penjajak dagang Khadijah bangsawan Quraisy dan sederet julukan kekurangan secara fisik materiil duniawi dialamatkan pada beliau.

Meski dalam pandangan kacamata duniawi demikian kurang, namun Muhammad bin Abdullah seorang manusia pilihan yang dipersiapkan Allah untuk menjadi manusia terbaik, yang mampu mengubah tata dunia dari kegelapan (jahil) kepada cahaya (Al-Quran).

Beliau selalu berpikir dan merenung mencari solusi efektif untuk memperbaiki perilaku kaumnya bangsa Quraisy yang saat itu sedang mengalami degradasi moral, perilaku lalim, peperangan terjadi antar suku di mana-mana, perjudian merajalela, perkosaan, minum-minuman keras, dan banyak lagi perilaku-perilaku a moral dilakukan kaumnya.

Melalui bimbingan Al-Quran, setelah beliau melakukan beragam pendekatan (taqarrub ilallah), mediasi (tahanus) di gua Hira, beliau menerima wahyu (Al-Quran) dari Allah yang dibawa malaikat Jibril sebagai Nabi dan Rasul.

Atas dasar bimbingan, petunjuk, arahan dan nasihat Allah di dalam Al-Quran, beliau berpikir cerdas, bekerja keras, berjuang sungguh-sungguh menyelesaikan berbagai permasalahan kemanusiaan, lingkungan, membangun keadilan, menciptakan kesejahteraan dan ketenteraman umatnya.

Hanya dalam kurun waktu 23 tahun saja waktu yang dibutuhkan untuk menata kehidupan masyarakat Quraisy berubah menuju kejayaan, kemajuan, keberadaban, kebudayaan, bermartabat dan berintegritas yang dibangun di atas landaan iman, takwa dan akhlak mulia.

Semua keberhasilan yang telah dicapai Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam itu jelas karena beliau berpedoman kepada Al-Quran sebagai undang-undang dan garis-garis besar perjuangannya.

Keajaiban Al-Quran ini, juga dapat dibuktikan hari ini dalam menuntaskan permasalahan yang dihadapi. Satu peristiwa terjadi, yaitu: seorang pengusaha muda Tegar Prasetyo Abadi namanya, mendapat cobaan yang sangat besar dan begitu berat.

Saat usahanya maju dan lancar tiba-tiba bangkrut yang sangat fatal. Ia memiliki banyak utang di mana-mana, berbagai usaha dilakukan namun tetap mengalami jalan buntu. Ia mengalami dilema yang sangat hebat, dihadapkan pada dua pilihan yang sangat rumit; dipenjara atau semua rumah disita. Dia merenung di kamar berpikir dengan perasaan takut, sedih, bingung dan aliran air mata yang membasahi pipinya, benar-benar tak kuat.

Tak terpikir sebelumnya di dalam benak Tegar untuk membaca Al-Quran tetapi tiba-tiba Tegar ingin membuka dan membaca al-Quran bergegas berwudhu lalu membuka sembarang surat dan terbukalah surat ash-Shaf ayat 13 yang artinya: Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Dengan petunjuk Allah melalui baca Al-Quran tersebut hati Tegar benar-benar yakin kalau permasalahan yang dihadapi bisa diselesaikan. Tegar membuat penafsiran sendiri tentang ayat tersebut, menurutnya ada dua point penting yang bisa dipetik dari ayat ash-Shaff ayat 13, yaitu: sebuah pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya. Setelah itu Tegar pun kembali jaya sebagai pengusaha sukses.

Lain halnya dengan Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris seorang Katolik Tulen, sekutu Amerika Serikat yang sangat patuh pada Perang Teluk di Irak, sebagaimana dikutip di www.roomwithabrew.com ia memiliki hobbi membaca Al-Quran.

Bahkan tertulis juga di media internasional BBC, ia mendesak orang-orang untuk membaca Al-Quran dan tidak membakarnya” menanggapi perintah Pastor Terry Jones, yang memerintahkan untuk membakar Al-Quran pada peringatan serangan 9 September.

Saat ini Blair mengaku kegiatannya setelah pensiun adalah membaca Al-Quran setiap hari. Menurutnya, membaca Al-Quran bisa dipastikan bahwa dia menjadi melek agama‟. Menjadi, keyakinan literasi‟ sangat penting dalam dunia yang semakin global, itulah yang saya percaya,” katanya, seperti dimuat Daily Mail, Senin 13 Juni 2011.

Sekelumit peristiwa-peristiwa tersebut, memahamkan kita bahwa hanya dengan bimbingan, petunjuk, dan kompas Al-Quran melalui pembelajaran, pemahaman dan pengamalan Al-Quran; individu, komunitas sosial, dan bahkan suatu bangsa akan terangkat harkat, derajat dan martabatnya, maju, berwibawa dan berkembang.

Tanpa keterlibatan Al-Quran dalam kehidupan suatu komunitas masyarakat atau bangsa, apalagi secara terang-terangan memisahkan Al-Quran dari aktivitas kehidupannya, maka dapat dipatikan malapetaka dan kehancuranlah yang akan terjadi sebagaimana uraian berikut. Wallahu ‘alam.(AK/R01/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.