Anatomi Akhwat Shalehah

Oleh Bahron Ansori, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Seorang akhwat shalelah sudah tentu berusaha untuk menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tuntunan Ta’ala dan teladan dari orang terbaik sepanjang masa, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bila hal itu tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala, dan tidak dicontohkan oleh Nabinya, maka ia akan meninggalkannya meskipun hal itu sangat menyenangkan hawa nafsunya.

Seorang akhwat shalelah, selalu menjalani kehidupan ini dengan penuh kehati-hatian. Ia sadar betul setiap ucapan lisannya, kerlingan matanya, langkah kakinya akan menjadi fitnah bagi kaum lawan jenis ketika ia tak berhati-hati memanfaatkannya.

Itulah kenapa seorang akhwat yang shalelah dan berusaha keras untuk menjadikan Allah satu-satunya sebagai tujuan dan motivasi hidup, akan terus belajar menjadi lebih baik dan bijaksana dalam menjalani kehidupan. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Rabb dan Nabinya.

Sebagai bukti kecintaanya kepada Yang Maha Pencipta, ia selalu berusaha menjaga setiap panca indera dan bagian anggota tubuhnya agar terhindar dari hal-hal yang diharamkan. Berikut adalah anatomi seorang akhwat shalehah yang senantiasa harus dijaga agar tidak menjadi penebar fitnah di tengah kaum lelaki.

Pertama, Mata

Mata, bagi seorang wanita adalah salah satu bagian dari keindahan yang dimiliki dan harus selalu dijaga. Tak heran banyak alat kosmetik sebagai penambah indahnya mata di toko-toko kecantikan, habis diborong kaum hawa. Itu artinya, mata menjadi bagian tak terpisahkan untuk kecantikan seorang wanita.

Di luar sana, tak sedikit lelaki yang jatuh hati hanya karena kerlingan atau kedipan mata seorang wanita yang menggodanya. Maka tak heran ada pepatah mengatakan dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati. Berawal dari mata pulalah fitnah wanita muncul dikalangan Bani Israel. Hari inipun banyak fitnah terjadi menimpa Bani Adam karena tidak pandainya seseorang menjaga matanya.

Karena itu, Islam mengatur bagaimana seorang wanita (juga pria) menjaga atau menundukkan pandangan matanya (baca: Qs. An Nur: 30-31). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat-sifat mereka adalah menjaga pandangan.

Abu Umamah berkata,”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.”

Bahkan orang jahiliyahpun mengetahui bahwa menjaga pandangan adalah akhlak yang mulia. Berkata ‘Antarah bin Syaddad seorang penyair di zaman jahiliyah, “Dan akupun terus menundukkan pandanganku tatkala tampak istri tetanggaku sampai masuklah dia ke rumahnya.”

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin Al-’Abbad –Hafidzohumulloh- berkata, ”Inilah salah satu akhlak mulia yang dipraktekkan oleh orang pada zaman jahiliyah, namun yang sangat memprihatinkan justru kaum muslimin di zaman sekarang meninggalkannya.”

Memelihara mata dapat dilihat pada empat hal antara lain : Pertama, menggunakannya untuk melihat pada sesuatu yang tidak diharamkan. Kedua, menggunakannya untuk melihat pada sesuatu yang tidak mengumbar nafsu. Ketiga, menggunakannya untuk melihat pada seorang Muslim tidak dengan pandangan hina, dan keempat, menggunakannya untuk melihat pada seorang Muslim dengan tidak membuka aibnya.

Kedua, Mulut (Lisan)

Sejatinya, lisan seorang akhwat shalehah senantiasa terjaga dari setiap ucapan yang mengundang murka Allah dan RasulNya. Akhwat shalehah tak sembarangan apalagi serampangan dalam berbicara. Ia tak bicara kecuali pembicaraan itu akan mengundang ridha Allah. Tapi bukan berarti ia tak berani apalagi tak mampu bicara tentang kebenaran. Baginya, menyampaikan kebenaran dari Rabbnya adalah harga mati. Artinya, dakhwah merupakan kewajibannya yang harus ia sampaikan kepada sesama kaumnya.

Berhati-hati menjaga lisan dari hal yang tak diridhai Allah tercermin dalam sebuah hadis yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka berkatalah yang baik atau (jika tidak mampu) hendaklah ia diam…”  (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat “siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat”, maksudnya adalah siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanannya itu) menyelamatkannya dari azab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancamanNya, mengharapkan pahalaNya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan laranganNya.

Menurut lmam lbnu Daqiq al-I’ed ketika menerangkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Maka hendaklah ia berkata baik atau diam”, menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata “hendaklah untuk berkata benar” didahulukan dari perkataan “diam”.

Ketiga, Tangan

Yang juga harus dijaga oleh seorang akhwat shalehah adalah bagaimana ia mampu menghindari tangannya dari mengganggu orang lain. Jangan sampai tangan itu digunakan untuk merugikan orang lain. Bila tangan tak mampu menjaga dari mengusik orang lain, maka kelak Allah Ta’ala akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan oleh tangan itu.

Akhwat shalehah harus mampu menjaga dan memelihara (Al-hifzhu) bagian-bagian tubuhnya, yaitu anggota tubuh yang ada dalam tubuh manusia baik yang tampak ataupun yang tidak tampak, yang ada di luar atau yang ada dalam tubuh, seperti tangan, kaki, telinga, mata, hidung, mulut, perut, dan hati. Tangan, adalah salah satu yang wajib di jaga dari perbuatan dosa dan maksiat.

Keempat, Telinga

Telinga diciptakan untuk mendengarkan kalam Allah, sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan ceramah-ceramah yang dapat memberikan faedah mengenal Allah Ta’ala, Raja Yang Maha Hidup dan Pemberi Nikmat Yang tiada henti.

Sebagai akhwat shalehah, maka telinga bukan hanya bagian dari panca indera yang harus dirawat saja. Lebih dari itu telinga harus dijaga dan selalu terpelihara dari mendengar sesuatu yang bid’ah, ghibah, maksiat, batil, dan dari menceritakan aib orang lain.

Menjaga telinga dari segala pendengaran berbau maksiat dan dosa tentu akan memberi efek positif tersendiri dari si pemiliknya. Kelak, telinga adalah salah satu yang akan diminta berbicara atas semua yang ia dengar selama menjalankan kehidupan dunia dahulu. Jika telinga itu lebih banyak untuk mendengar hal berbau maksiat, maka kelak telinga itu akan celaka di akhirat sana, begitu juga sebaliknya.

Kelima, Kaki

Kaki seorang akhwat tentu seharusnya lebih terjaga dari segala langkah keburukan. Menjaga kaki untuk tidak melangkah kepada sesuatu yang buruk adalah salah satu keharusan bagi setiap Muslim termasuk seorang akhwat shalehah. Membiarkan langkah kaki menuju semua tempat tentu jug tidak baik. Karena itu yang terbaik adalah selektif dalam melangkah.

Tidak menggunakannya untuk menendang atau melakukan kekerasan, dan berusaha untuk melangkahkannya ke tempat yang halal dan dibolehkan; seperti masjid, majelis taklim, berziarah ke tempat saudaranya sesama Muslim, dan membantu orang lain dalam kebaikan.

Menjaga kaki untuk istikomah di jalan Allah Ta’ala di akhir zaman ini tentu saja berat bagi sebagian orang. Karena itu, menjadi seorang akhwat tentu saja bukanlah seorang akhwat biasa. Jadilah akhwat-akhwat sejati yang merasa hina dan tak berdaya jika Allah tak bersamanya.

Keenam, Perut

Salah satu adab bagi perut adalah senantiasa menjaganya dari makanan-makanan yang diharamkan. Perut harus dipelihara dari memakan makanan yang haram dan syubhat. Berusahalah mencari yang halal. Bagi seseorang yang telah mendapatkan harta yang halal, maka hendaknya berusaha menggunakannya dengan sebaik-sebaiknya.

Tidak memakannya hingga kekenyangan karena kekenyangan akan membuat hati keras, merusak akal, melemahkan daya ingat, membuat anggota tubuh berat untuk beribadah dan membaca Al-Quran, meninggikan nafsu syahwat dan membuka pintu setan sehingga masuk ke dalamnya. Wallahu’alam.(R02/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0