Arrin: Jepang Negara Yang Toleransi dengan Islam

Mahasiswa Indonesia di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Beppu, , Nadhira Asiyah Arrin. (Foto: Istimewa)

Beppu, Jepang, MINA – Mahasiswa Indonesia di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Beppu, Jepang, Nadhira Asiyah Arrin mengatakan Jepang merupakan negara yang kepada Islam. Sebagian besar kebudayaannya juga selaras dengan nilai-nilai keislaman.

Dia mengungkapkan, untuk dirinya yang baru menetap selama 6 bulan, tentu adaptasi menjadi tantangan terbesar selama tinggal di negeri dengan minoritas Islam.

Alhamdulillah kampus saya merupakan universitas internasional, sehingga untuk menemukan Muslim tidaklah terlalu susah. Untuk mahasiswa Indonesia sendiri juga tergolong banyak, jadi untuk masalah lingkungan mungkin bisa jadi lebih mudah dibanding dengan mahasiswa di kampus lain,” kata mahasiswa jurusan Culture, Society, Media, Fakultas Asia Pacific Studies, yang akrab disapa Arrin kepada Mi’raj News Agency (MINA), Senin (19/3).

Berada dalam lingkungan heterogen, membawa Arrin untuk memperkuat prinsip-prinsip agama yang dimiliki.

“Sebelum berkuliah, saya sempat belajar di sekolah berasrama Islami, yang juga familiar disebut pesantren. Saya rasa, saya mendapatkan banyak dasar-dasar keagamaan dan pembelajaran selama 6 tahun di sana,” ujar santri angkatan 2017 tersebut.

Arrin menyadari bahwa hal tersebut merupakan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang pernah di dapat semasa bersekolah.

“Dulu, saya belum terlalu memahami tujuan dan berkesadaran penuh dalam menjalankan seluruh syariat. Namun, berada di lingkungan yang serba asing dengan Islam membuka mata dan mengetuk mata hati saya untuk terus menjaga diri sesuai dengan cara-cara Allah. Karena, di saat kita jauh dari zona nyaman kita, di saat itu pula kita berkesempatan untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung dan berkeinginan kuat untuk selalu menjaga Allah di setiap langkah kita,” terangnya.

“Tantangan terberat saya selama berada di sini bagaimana saya berkompromi dengan diri saya untuk bisa terus istiqomah. Pada dasarnya Islam tidaklah menyulitkan, karena memang diturunkan untuk memudahkan manusia. Nah, kesusahan itu tentunya datang dari diri sendiri karena masih belum terlalu berpendirian kuat karena masih sering labil dan dilema perasaan,” katanya.

“Saya berharap semoga seiiring berjalannya waktu, saya dapat terus mengencangkan fondasi keimanan saya selama menuntut ilmu berada di Negeri Matahari Terbit ini,” tambahnya. (L/R07/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)